"Malam ini, kita gak usah pulang aja ya sayang. Aku ingin berduaan sama kamu di sini." ucap Nathan.
"Loh, kenapa gak pulang? Di rumah juga kita masih bisa berduaan. Kasihan mami sama papi nanti kepikiran." jelas Lisa. Nathan tersenyum melihat wajah Lisa yang menggemaskan ketika sedang cemas.
"Kamu tenang aja. Aku udah bilang kok sama mami dan papi."
Nathan tiba di rumah tepat pukul satu siang. Ia masuk dan melihat orangtuanya di ruang makan. Mereka baru saja selesai makan siang.
"Mi, pi." sapa Nathan. Ia mencium punggung tangan mami dan papinya.
"Kamu pulang kok gak kasih kabar?" tanya mami Nindya.
"Iya, nak. Gimana kerjaan kamu di sana? Udah beres semua?" tanya papi Gerry. Nathan hanya mengangguk.
Saat ini mulutnya tengah memakan buah apel yang di ambilnya dari meja tadi. Ia mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang sangat di rindukannya.
Mami dan papinya saling pandang, kemudian tersenyum mengerti.
"Kamu cari Lisa?" tanya mami Nindya. Nathan mengangguk cepat.
"Lisa kemana?" tanyanya seraya menengguk air minum.
"Dia lagi jalan-jalan." jawab mami Nindya.
"Biarkan dia jalan-jalan Than. Dia pasti bosan di rumah terus." jelas papi Gerry.
"Dia bilang gak mau kemana?" tanya Nathan.
"Mall." jawab papi dan maminya bersamaan.
"Ya udah Nathan susul deh."
"Emang kamu tahu dia ke mall mana? Di Jakarta itu mall banyak."
"Nathan tahu mall mana aja yang dia datengin mi."
"Sudah nempel sama istri, jadi lupa sama mami dan papi ya? Sekarang yang di kangenin istrinya aja mi. Kita enggak." papi Gerry meledek Nathan.
"Nathan juga kangen papi dan mami kok."
"Halah, sudah sana susul istrimu. Keburu di culik orang nanti." mami Nindya memanasi.
"Coba aja. Kalau ada yang culik Lisa, Nathan jadiin lemper dia." ucap Nathan dengan menggebu-gebu.
"Oh iya pi, mi malam ini Lisa dan Nathan gak pulang. Jadi, papi dan mami gak usah nunggu kami pulang."
Mami dan papinya, hanya saling berpandangan. Nathan setengah berlari menuju mobil. Beruntung Kris masih di sana.
"Kris antar saya ke Mall xx" ucapnya.
"Baik pak." jawab Kris.
Kris melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Mereka tiba di mall bertepatan ketika Lisa tiba lobby.
Nathan sudah meyakini dirinya bahwa ia sangat mencintai Lisa. Ia akan segera menyatakannya. Sekarang di sinilah mereka. Menikmati malam dan hembusan angin di pantai.
Mereka tiba di hotel sekitar pantai. Nathan memesan kamar. Sebelumnya, Nathan dan Lisa menuju restoran. Mereka akan makan malam bersama.
Sikap Nathan memang berubah 180°. Lisa sangat menyukai Nathan yang seperti ini. Ia berharap ini bukanlah mimpi. Jika memang ini mimpi, ia berharap tidak akan terbangun dari mimpi ini.
"Kakak tahu gak?" Nathan menatap selidik pada netra Lisa. "Aku suka kakak yang sekarang." Nathan tersenyum.
"Mulai sekarang, aku akan selalu seperti ini." ucap Nathan sungguh-sungguh.
"Kakak gak lagi bohongin Lisa kan?"
"Emang aku pernah bohongin kamu?"
"Enggak sih. Tapi wajar kan Lisa waspada."
"Sekarang kamu gak perlu waspada sama aku. Aku tulus mencintaimu." mereka beradu pandangan.
Lisa melihat ketulusan dalam manik coklat milik Nathan. Tak lama, makanan yang mereka pesan tiba. Mereka makan sambil menanyakan pekerjaan mereka. Sekaligus melepas rindu.
Lisa menceritakan bagaimana Santi meminta maaf padanya. Nathan begitu senang mengetahui istrinya begitu pemaaf. Bahkan mereka sudah kembali bersahabat.
Lisa juga memberitahu Nathan tentang pertemuannya dengan Stevi. Ia juga memuji Stevi di depan Nathan. Semakin mengenal Lisa, ia semakin mencintainya.
Hatinya yang tulus, pemaaf, baik, dan tidak pendendam, membuat Nathan semakin mengaguminya. Tidak ada yang tidak bisa membuatnya jatuh cinta.
Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Nathan dan Lisa berjalan menuju kamar mereka. Mereka banyak bersenda gurau. Namun, ucapan Nathan berikutnya, mampu membuat bulu kuduk Lisa bergidik sempurna.
"Kamu udah siap kan?" tanya Nathan.
"Siap apa?" tanya Lisa. Lisa mengernyitkan dahinya. Nathan melangkah mendekati Lisa.
"Siap untuk memberikan hak ku." ucapnya berbisik.
Mata Lisa sudah membola dengan sempurna. ia menelisik wajah Nathan. Ia hanya melihat seringai nakal dari wajah suaminya.
Hah yang benar aja. Kak Nathan beneran mau minta haknya malam ini juga? Ya ampun gimana ini? Lisa sedang berperang dengan pikirannya sendiri. Ketegangan meliputi dirinya.
Tanpa ia sadari, mereka sudah tiba di depan kamar. Lisa terkejut saat bunyi pintu kamar terbuka. Nathan sendiri sudah masuk lebih dulu. Lisa terdiam mencoba menenangkan denyut jantungnya yang sudah tak karuan.
Jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Seakan jantung itu akan segera melompat keluar dari tempatnya. Hingga Nathan menyadarkan lamunan Lisa.
"Kenapa berdiri di situ. Ayo masuk." Lisa tak menjawab.
Kakinya melangkah masuk kedalam kamar. Namun, butiran keringat sudah terlihat jelas di dahinya.
Nathan sudah mengunci pintu. Lisa masih terdiam di tempat. Jarak Lisa dan Nathan hanya beberapa langkah saja. Nathan mulai mendekati Lisa perlahan. Tepat di depan Lisa, ia mengangkat dagu Lisa dan berbisik.
"Kamu tenang aja." Lisa semakin menegang.
Nathan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Lisa. Nathan menciumnya lembut. Mereguk manisnya bibir dari istrinya itu.
Mereka hanyut dalam suasana romantis yang tercipta. Lisa membalas permainan Nathan. Nathan pun semakin merasa candu.
Lisa ingin menolak, namun reaksi tubuhnya justru berbanding terbalik dengan keinginannya. Tubuhnya lemas mendapat sentuhan dari suaminya itu.
Hingga terjadilah apa yang seharusnya terjadi sejak lama. Kini, mereka sudah menyatu. Nathan bahagia, rupanya ia adalah pria pertama yang dimiliki Lisa.
Jelas dia bahagia menjadi yang pertama. Di zaman seperti ini, sudah cukup sulit menemukan seorang wanita yang menjaga kehormatannya.
Namun, melihat bagaimana cara keluarganya mendidik, sudah pasti Lisa dijaga dengan baik.
Mereka pun mencapai puncak kenikmatan itu. Rasa lelah mulai mendera Lisa. Tubuhnya terasa remuk redam. Inikah rasanya? pikirnya. Tapi sejujurnya, Lisa menikmatinya.
Nathan mengecup kening Lisa dan membawanya kedalam pelukan. "Terimakasih atas kesabaranmu menungguku." ucapnya. Lisa membenamkan wajahnya ke dada bidang suaminya dan mengangguk.
Ia sendiri tak menyangka, jika kini dirinya sudah menyerahkan mahkota kehormatannya. Semoga saja, ia memberikannya pada orang yang tepat.
Rasa takut itu masih ada dalam diri Lisa. Takut, jika Nathan hanya mempermainkannya dan tidak sungguh-sungguh mencintainya.
Mereka pun tertidur. Hingga subuh menjelang, mereka terbangun dan mengulangi aktifitas yang melelahkan itu.
"Anggap aja kita sedang bulan madu. Meski bulan madu yang sebenarnya, udah aku siapkan." Lisa menatap ke dalam mata Nathan.
Nathan tersenyum dan mengecup kening Lisa berkali-kali. Lisa menikmati perlakuan manis itu.
I love you Nathan. ucap Lisa dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments