Malam-malam selanjutnya adalah malam yang indah bagi mereka. Lisa sendiri berharap, benih yang mereka tanam akan segera tumbuh dalam rahimnya. Berharap cinta mereka tak akan tergoyahkan.
Tanpa terasa, wedding anniversary mereka tinggal satu minggu lagi. Waktu yang cukup panjang bagi Nathan untuk menyadari cintanya pada Lisa, dan melupakan almarhum Vira. Lebih tepatnya bukan melupakannya, namun menyimpan nama dan sosok itu jauh di lubuk hatinya yang terdalam.
Lisa bersyukur bisa bertahan selama ini. Hingga buah dari kesabarannya adalah cintanya yang berbalas. Dalam hati ia berdoa, semoga Tuhan tak memisahkan mereka.
*****
Lisa sudah kembali pada posisinya sebagai manager keuangan. Setelah perdebatan panjang yang di lalui nya dengan Nathan selama beberapa hari.
"Ingat ya, tiap jam makan siang kamu harus bareng aku. Kecuali aku sedang ada kerjaan di luar kantor. Kalau kamu langgar, kamu tahu akibatnya." Nathan kembali memperingati Lisa.
"Iya sayangnya aku..." rayu Lisa.
"Kamu tadi bilang apa?" Nathan sangat suka menggoda Lisa. Terutama ketika Lisa menyebut kata 'sayang'. Pasalnya, kata itulah yang belum pernah Lisa ucapkan padanya.
"Apa?" Lisa berpura-pura tidak tahu.
"Yang terakhir." mereka telah tiba di parkiran kantor saat ini. Lisa tampak malu.
"Sayangnya aku..." ucap Lisa berbisik.
Setelah mengulang ucapannya, Lisa segera berlari. Wajahnya sudah memerah. Dengan cepat ia melangkahkan kakinya menuju lift sebelum Nathan berada di dekatnya.
Namun terlambat, Nathan sudah menariknya masuk ke dalam lift khusus. Setelah mendengar Lisa mengatakan 'sayang' tadi, Nathan sudah merekah kan senyumnya. Dengan langkah lebar, ia segera menyusul Lisa istrinya.
Beruntung Lisa belum memasuki lift karyawan.
"Apa sih kak? Aku harus kerja, sebelum aku kena SP?!"
"Emang ada ya istri dari pemilik perusahaan kena SP dari karyawannya?"
"Profesional dong kak?! Aku kan karyawan juga di sini."
"Terus kenapa? Mereka kan tahu kamu istriku, kalau mereka macam-macam aku yang akan pecat mereka."
"Jangan ngomong begitu mereka semua karyawan terbaik kakak. Kalau gak ada mereka, emang perusahaan bisa jalan?." Nathan tersenyum kecil. Dalam benaknya, ia tak mengerti mengapa Lisa sangat baik memikirkan nasib orang lain.
Lisa terlihat kesal dengan tingkah Nathan. Ia tak mengerti mengapa suaminya itu tidak bisa membedakan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan.
Sejak ia menyadari perasaannya pada Lisa, ia banyak merubah peraturan perusahaan. Ia menjadi seperti orang yang di buta kan oleh cinta.
"Malam ini, kita cari lokasi untuk anniversary kita ya?!" ajak Nathan. Nathan terlihat antusias.
"Emang mau di buat pesta?" tanya Lisa tak percaya.
"Rencananya iya. Kamu gak suka?"
"Enggak. Aku lebih suka kita habiskan waktu berdua atau memberikan bantuan untuk panti asuhan." obrolan mereka terjeda karena lift sudah terbuka.
"Ya sudah nanti kita bicarakan. Kamu kerja aja dulu nanti kita bahas lagi." Nathan mengecup kening Lisa.
Lisa masuk ke dalam ruangannya. Suasana divisinya tak lagi ramai dengan pemberitaan tentang dirinya. Santi sendiri sudah meminta maaf. Sementara Mia, dialihkan kembali ke posisinya semula.
Jari lisa dengan asyik menari di atas keyboard. Membuat laporan keuangan bulanan adalah hal tersulit bagi Lisa dan Mia. Karena jika terdapat satu saja kesalahan, maka mereka harus mengulangnya lagi dari awal. Jika tidak, maka akan ada miss dalam penghitungan.
Lisa tenggelam dalam pekerjaannya. Tanpa ia sadari, Nathan sudah berdiri tegak di hadapannya.
"Lisa, ayo pergi makan siang dulu?" ajak Nathan.
"Sebentar kak. ini sedikit lagi." jawab Lisa.
Nathan menunggu. Lima belas menit kemudian Lisa menyelesaikan pekerjaannya. Mereka makan siang bersama di restoran bernuansa barat.
Dari kejauhan, Lisa melihat seorang pria yang sangat ia kenal. Lisa memutuskan tidak menyapanya. Nathan melihat arah pandang Lisa.
"Kamu kenal?" tanya Nathan. Lisa langsung melihat Nathan.
"Hem?" Lisa terlihat bingung menjelaskan.
"Enggak." Aduh, kenapa kak Nathan harus lihat dia sih? Ah mungkin gue salah orang. Selain takut salah orang, ia pun tak ingin memperkeruh suasana rumah tangganya yang sedang damai dan tenteram.
Pria itu melihat Lisa. Ia memutuskan mendekati Lisa. Sekedar menyapa pikirnya.
"Lisa...?" pria itu terlihat tersenyum senang. Nathan menatap Lisa. Dari matanya terlihat bahwa ia menuntut jawaban Lisa.
Lisa tercekat. "Iya. Apa ka-kabar?" tanya Lisa terbata.
Tanpa di minta, pria itu duduk di samping Lisa. Nathan terkejut, wajahnya sudah terasa panas. Senyum di wajahnya menghilang.
"Ke-kenalin kak, ini teman aku na-namanya Kenzi." Lisa gugup. Bukan karena keberadaan Kenzi, lebih karena perubahan ekspresi pada wajah Nathan.
Duh, Kenzi.... Hah... Kenapa harus duduk di situ sih?
"Kenzi." Kenzi memperkenalkan dirinya. Nathan menyambut uluran tangannya dan memperkenalkan diri.
"Nathan." wajahnya terlihat menahan amarah.
Lisa semakin bingung. Ia semakin takut. Lisa akhirnya memegang tangan Nathan dengan lembut. Nathan menoleh pada istrinya itu. Lisa mencoba menenangkan amarah Nathan.
"Kayanya aku ganggu ya. Tenang aja bro, Lisa itu cuma teman ku kok. Kita gak pernah punya hubungan lebih dari teman." jelas Kenzie.
Kenzi berpindah ke sebelah Nathan. Tiba-tiba ia berbisik. Lisa tak bisa mendengarnya. Tapi itu sukses membuat wajah Nathan semakin merah. Setelah mendengar ucapan Kenzi, Nathan segera membawa Lisa pergi dengan cepat.
"Kak kita gak jadi makan?"
"Nafsu makan ku hilang." nada bicara Nathan terdengar emosi.
Lisa terdiam mengikuti kemauan Nathan. Ia tahu, jika seperti ini Nathan tak akan bisa di ajak bicara. Ia harus menunggu sampai emosi Nathan mereda.
Kenzi mengikuti mereka. "Lisa..." teriaknya. Nathan berhenti karena mendengar Kenzi memanggil nama istrinya.
"Tutup mulut mu. Jangan panggil nama istri ku dengan mulut mu." Lisa hanya memperhatikan Nathan. Ia tak tahu harus berbuat apa. Ia bingung, siapa yang harus di belanya.
"Santai bro. Aku hanya memanggil teman ku tersayang. Apa kau cemburu? Hahahaha..." tawa Kenzi menggelegar.
"Kenzi cukup." Lisa mengambil nafas dalam dan membuangnya kasar.
"Jangan ganggu suami ku."
"Aku itu cuma menyapa kamu teman kecilku. Teman yang selalu bermain dan mengikuti ku kemana pun aku pergi." wajah Kenzi terlihat sangat menyebalkan di mata Lisa.
Sementara Nathan mencoba meredam emosi yang berkecamuk.
"Lisa sayang..., kita pulang yuk." Nada bicara Nathan di buat selembut mungkin. Ia merangkul pundak Lisa.
Apa yang di katakan Kenzi sih? Kok kak Nathan jadi emosi? Lisa
Dasar b********. Berani-beraninya dia minta izin deketin istri gue. Gak sudi gue istri gue di deketin cowok kaya gini. Nathan
Semakin lo cemburu, semakin gue seneng bikin lo sengsara. Gue pengen lihat, sebesar apa lo cinta sama teman baik gue. seringai jahil muncul dari wajah Kenzi.
"Lisa..." lagi-lagi Nathan harus menghentikan langkahnya.
Kali ini Lisa melangkah ke arah Kenzi. Nathan terdiam melihat istrinya. Ada kilat cemburu di matanya. Lisa tersenyum pada Kenzi.
"Denger aku baik-baik. Kamu tahu aku seperti apa kan?" Kenzi mengangguk. "Jadi, jangan pancing emosi ku." Lisa berbalik meninggalkan Kenzi.
Kenzi hanya mengendikkan bahunya tak peduli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments