Elisa POV
Sudah seminggu aku tak melihat suamiku. Rindu? Jelas saja aku sangat merindukannya. Terlebih, aku sudah mencintainya lebih dari 5 tahun yang lalu. Jauh sebelum dia mengenal diriku.
Ingin sekali rasanya ku hubungi dia. Tapi aku enggan menghubunginya. Aku begitu takut mengganggu pekerjaannya. Aku sendiri ragu jika ia bisa mencintaiku.
Entahlah.
Pernikahan ini terpaksa aku lakukan. Meski aku mencintainya, tapi dia belum mencintaiku atau bahkan tidak akan pernah mencintaiku. Apa yang mendasari ku melakukan pernikahan ini adalah karena keinginan adik angkat ku.
Ya, Elvira adalah adik angkat ku. Terlalu banyak rahasia yang ku sembunyikan dari suamiku. Huffft.....
_____________
Nathan POV
Seminggu sudah aku tak melihat istriku. Aku sangat merindukannya. Aku tahu dia sangat mencintaiku.
Sebelumnya, aku mencintai Elvira adiknya. Namun, karena kecelakaan yang menyebabkannya koma selama dua minggu, bahkan ketika dia sadar dia ingin melihat ku menikah dengan kakaknya.
Pernikahan kami pun terjadi. Pernikahan yang pada awalnya ku jalani tanpa adanya cinta dariku. Sekarang berbeda.
Sepertinya, aku sendiri sudah jatuh cinta padanya. Ingin sekali aku memberitahunya. Biarlah. Kurasa dia akan menyadarinya. Aku tidak sabar ingin bertemu dengannya. Istriku. Istri yang sangat aku cintai.
_____________
Weekend kali ini, Lisa berencana berjalan-jalan menghabiskan waktu. Dia sengaja pergi keluar, untuk melupakan sejenak rasa rindu pada suaminya.
Jika biasanya, Lisa akan membersihkan kamarnya dan membuat sedikit camilan, namun tidak kali ini.
Lisa menggunakan pakaian santai dan sepatu kets berwarna putih. Ia memutuskan mengendarai mobil sendiri. Ia berpamitan dengan mertuanya.
"Mi, pi Lisa mau keluar dulu ya." pamit Lisa seraya mencium punggung tangan mertuanya.
"Kamu mau kemana sayang?" tanya mami Nindya.
"Lisa cuma mau jalan-jalan ke mall aja kok."
"Mau mami temani?" Nindya menawarkan.
"Gak usah mi. Nanti papi gak ada yang nemenin."
"Papi gak apa-apaa kok sendirian di rumah."
"Jangan pi. Lisa bisa kok pergi sendiri. Lain kali kita jalan bareng deh. Sekarang Lisa lagi pengen sendiri."
"Ya udah. Kamu hati-hati ya. Di anter sama pak Joni aja ya."
"Lisa nyetir sendiri aja mi. Biar pak Joni bisa anter mami dan papi kalo nanti mami dan papi mau keluar."
"Terserah kamu aja sayang."
"Kalo gitu, Lisa berangkat dulu ya." kedua mertuanya, menganggukkan kepala dan tersenyum. Lisa segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Lisa tiba di salah satu mall. Ada seorang pria yang melihatnya dan mengikutinya.
Dasar keras kepala. Tapi, apa yang dia lakukan di sini? Pria itu mengamati apa yang Lisa lakukan.
Dia memasuki toko yang menjual barang-barang branded. Ketika ia masuk, para pelayan justru membungkukkan tubuhnya. Lisa hanya tersenyum.
20 menit kemudian ia keluar tanpa menenteng apapun dan menuju salah satu resto di mall itu. Resto itu menyediakan makanan khas korea. Sudah dua jam Lisa berada disana. Ia tak kunjung keluar. Pria itu mengawasinya sejak Lisa memasuki mall itu.
Hem... Gue pikir dia lupa akan tugasnya. Baguslah anak keras kepala itu masih mau melakukan tugasnya. Pria itu pun meninggalkannya.
Tiga jam sudah. Akhirnya Lisa keluar. Ia menuju supermarket yang terletak di lantai paling bawah.
Hufth syukurlah dia berhenti ngikutin gue. batin Lisa.
Lisa menyadari kehadirannya. Namun ia tak menggubris kehadiran pria itu. Lisa membiarkannya mengikuti kegiatan yang tengah ia lakukan.
Sepeninggal pria itu, Lisa akan segera pulang. Ketika ia tiba di lobby utama mall itu, ia melihat sosok Nathan yang sangat di rindukannya. Hatinya bergemuruh. Air mata sudah menumpuk di ujung matanya.
Nathan yang sudah turun dari mobil, melihat istrinya yang terdiam menatapnya. Dengan langkah lebar, Nathan menghampiri Lisa dan memeluknya. Lisa masih terdiam.
"Aku merindukanmu." kata yang meluncur itu terdengar begitu tulus dan sungguh-sungguh.
Lisa tak dapat lagi membendung air matanya. Air mata itu mengalir begitu deras. Nathan melepas pelukannya dan menghapus air mata Lisa dengan ibu jarinya.
"Kenapa nangis? Aku jadi di lihatin orang-orang nih. Di sangka aku melecehkan kamu nanti." canda Nathan.
Lisa tersenyum dan menghentikan tangisnya.
"Aku mau ajak kamu jalan ke pantai. Mami bilang kamu bawa mobil." Lisa mengangguk membenarkan ucapan Nathan.
Mereka berjalan menuju parkiran sambil bergandengan tangan. Sesekali Nathan mengecup punggung tangan Lisa dan menatap Lisa dengan senyum manisnya.
Tiba di parkiran, Lisa memberikan kunci pada Nathan. Nathan membukakan pintu untuk Lisa. Kemudian berjalan memutar dan menjalankan mobil dengan kecepatan sedang.
"Kita mau kemana kak?" tanya Lisa. Ia tak fokus dengan ucapan Nathan sebelumnya karena masih tak percaya dengan pendengarannya.
"Ke pantai." Lisa menatap Nathan dengan intens.
"Kenapa gak percaya?" Lisa menggeleng.
"Bukan gak percaya. Tapi, sikap kakak manis banget hari ini. Ada apa?" Lisa merasakan ada yang berbeda dengan sikap Nathan padanya.
Nathan hanya tersenyum tak berniat menjelaskan. Ia kembali fokus dengan jalan di depannya.
Satu jam kemudian mereka tiba di pantai. Nathan melarang Lisa keluar sebelum Nathan yang membukakan pintu.
Saat mereka tiba, hari sudah beranjak sore.
"Kak, lihat sunset yuk." Nathan mengangguk.
Mereka duduk di pinggir pantai. Nathan merangkul bahu Lisa. Sementara Lisa menyandarkan kepalanya di bahu Nathan. Menikmati indahnya sunset bersama, tak pernah ada dalam bayangan Lisa.
Nathan mengeluarkan ponselnya dan memotret kebersamaan mereka. Lisa tersenyum sangat manis. Waktu terus berganti. Langit berubah menjadi gelap.
Nathan dan Lisa menyusuri pantai bersama. Nathan menghentikan langkahnya dan menghadap Lisa. Nathan menatap Lisa dalam. Kalimat selanjutnya yang terucap dari bibir Nathan adalah kalimat yang sudah lama di nanti.
"Aku mencintaimu." Lisa mencoba mencerna ucapan Nathan.
"Kau tidak percaya padaku?" Lisa menggeleng. Entah mengapa, air matanya menetes.
"Kakak gak lagi bercanda kan?" ucapnya terisak.
"Aku serius sayang." Lisa menatap dalam mata Nathan mencoba mencari kebohongan di sana. Namun, ia tak menemukan kebohongan. Yang ada hanya ketulusan. Nathan mencium bibir Lisa. Disertai hembusan angin pantai dan langit yang semakin berubah menjadi gelap.
Nathan melepaskan bibir mungil itu dengan tak rela. Menyatukan keningnya dengan kening Lisa. Nathan memeluk Lisa, dan Lisa membalas pelukan Nathan.
Ada kelegaan dalam dada Nathan. Seakan beban berat itu sudah terlepas. Lisa sendiri merasa terharu dan bahagia.
Akhirnya, Nathan mencintainya. Penantiannya agar Nathan mencintainya, sudah berhasil. Ia mendapatkan cinta dari orang yang sangat di cintainya.
Cinta yang berbalas, adalah dambaan setiap orang. Namun, tidak semua orang mampu bersabar dalam menanti cinta mereka terbalaskan. Mencintai dalam diam itu menyakitkan. Tapi tidak bagi Lisa.
Lisa begitu bersabar dan menanti cintanya terbalas. Saat ini kebahagiaan itu sudah di dapatnya. Kesabarannya sudah berbuah manis.
Tuhan, semoga ini bukanlah mimpi. Tapi jika ini memang mimpi, bolehkah aku bermimpi sedikit lebih lama? ucap Lisa dalam batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
SyaSyi
mampir aku kak
mampir juga di karyaku
My Kids My Hero
2021-10-22
1