Hingga tiba-tiba mata Nathan terbuka dan melihat istrinya yang tengah menelusuri wajahnya dengan jemarinya. Lisa terkejut....
Mata Lisa membola dengan sempurna. Tidak dengan Nathan. Ia memandang istrinya dengan tatapan teduh. Bahkan, sebelum Lisa menarik tangannya dari wajah Nathan, ia sudah memegang tangannya. Menahannya tetap di sana.
Wajah Lisa sudah terasa panas. Benar saja, Nathan melihat semburat merah di wajah Lisa. Nathan tersenyum manis. Entah dorongan apa yang membuat Nathan mendekatkan wajahnya dengan wajah Lisa.
Saat ini, jarak mereka hanya tinggal beberapa inchi saja. Hembusan nafas masing-masing pun terasa di wajah mereka. Namun, seketika Nathan tersadar dan menjauh.
Kecewa? Ya, Lisa kecewa. Ia sempat berharap kiss itu terjadi. Tapi nyatanya tidak. Mereka saling menjauh.
"Maaf." ucap Nathan.
"Lisa juga minta maaf." secepat kilat Lisa berlari masuk ke dalam kamar mandi.
"Argh b***h banget sih Lis...." ucapnya pelan sambil menepuk pipinya.
"Untungnya ga jadi." Lisa masih mengatur nafasnya. Setelah teratur kembali, Lisa segera mandi.
Sementara Nathan juga merutuki dirinya sendiri.
"Ya ampun, apa yang ku pikirkan?" Nathan mengusap wajahnya dengan frustasi.
"Untung aja gak jadi!"
Lisa keluar dengan menunduk malu. Tak lama setelah Lisa keluar, Nathan masuk ke kamar mandi tanpa menatap ataupun menegur Lisa.
Selesai mandi, Lisa segera menggunakan pakaian kerjanya dan menyiapkan baju Nathan. Lisa memoles tipis wajahnya dengan make up natural.
Saat ini, mereka keluar dari kamar bersamaan. Nathan dan Lisa sama-sama sedang menata hati mereka agar tak merasa canggung akibat insiden beberapa waktu lalu.
Tiba di meja makan, mereka bersikap seperti biasa. Di meja makan sudah tersedia nasi goreng, rori tawar dan bermacam selai. Lisa melayani Nathan seperti sebelumnya.
"Sarapan apa kak?" tanya Lisa.
"Apa aja."
"Nasi goreng mau?"
"Boleh." Lisa menyiapkan nasi goreng untuk sarapan Nathan.
Lisa sendiri mengambil roti tawar dan mengoleskan selai strawberry. Selesai mengoles selai, Lisa memakan sarapannya dan meminum teh hangat.
"Kenapa gak makan nasi sayang?" tanya mami Nindya.
"Gak apa-apa mi. Ini juga sudah cukup." jawab Lisa dengan tersenyum manis.
Nathan bangun dari duduknya dan menuju dapur. Mami Nindya, papi Gerry, dan Lisa menatap bingung. Keluar dari dapur, Nathan membawa sebuah kotak makan.
Ternyata, Nathan meminta mbok Surti untuk menyiapkan bekal untuk Lisa bawa.
"Ini, nanti makan di kantor. Aku gak mau kamu sakit." ucap Nathan datar.
"Makasih kak." ucap Lisa masih dengan ekspresi yang penuh tanda tanya. Sementara mami Nindya dan papi Gerry, tersenyum melihat perhatian Nathan pada istrinya Lisa.
Selesai makan, mereka berangkat bersama. Nathan terlihat berbeda hari ini. Lisa sendiri merasa heran. Sedikit perhatian dari Nathan, sudah membuat jantung Lisa berdegup dengan kencang.
"Nanti, kalo kamu udah gak tahan sama sikap mereka, jangan ragu bilang ke aku. Biar aku pecat sekalian." ucap Nathan tanpa menoleh pada Lisa.
Lisa terkesiap. Ia tak mampu bicara.
Kenapa kak Nathan tiba-tiba perhatian? Ahh jantung ku. Lisa terlihat memegang dadanya.
Karena jujur saja, ini pertama kalinya perhatian Nathan tertuju padanya. Sejak menikah, Nathan tak pernah bersikap manis seperti ini. Dia justru lebih terlihat cuek.
"Kenapa, kamu sakit?" Nathan menghentikan mobilnya. Ia melepas sabuk pengamannya dan memegang kening Lisa.
Lisa terkejut hingga bola matanya membulat sempurna tanpa dapat berkata-kata. Lisa diam sejenak hingga ia menggeleng kuat saat telapak tangan Nathan yang besar, menyentuh keningnya.
"Gak kak, aku baik-baik aja." ucapnya
"Tapi wajahmu kenapa merah?" tanyanya lagi.
Ya ampun kak, tolong jangan siksa aku lebih dari ini... please... jerit Lisa dalam hati.
"Kamu gak demam kok?" ucap Nathan.
Lisa sudah menatap Nathan. Nathan masih sibuk menelusuri kening dan pipi Lisa. Hingga matanya menatap manik mata Lisa. Mata mereka bersirobak. Saling menatap dalam. Hingga Lisa memajukan wajahnya dan memberanikan diri mengecup bibir pria yang sudah menjadi suaminya itu.
Cup.
Nathan membelalakkan matanya. Lisa tersadar dan melepaskan tangan Nathan dari wajahnya serta membuka seat belt. Ia bergegas keluar dan lari secepat mungkin. Untung saja jarak kantor mereka sudah dekat.
Nathan masih terdiam. Dia memegang bibirnya dan tersenyum. Beberapa menit kemudian, Nathan kembali melaju menuju kantornya.
Saat ia tiba di loby, ia melihat lisa sedang menunggu lift terbuka. Ia mempercepat langkahnya. Namun sayang, sebelum ia tiba pintu lift terbuka. Lisa sengaja berdiri jauh di belakang. Ketika ia di depan lift, pintu lift tertutup.
Tiba di ruangannya, Lisa mendesah lega. Dalam hati ia merutuki dirinya yang tak bisa mengendalikan diri.
Ih, b***hnya aku.... Gimana nanti kalo ketemu kak Nathan??? Hah.... Lisa sudah merasa ingin menangis.
Lisa teringat dengan rencananya untuk resign. Saat ia membuka laci mejanya, di sana sudah ada surat pengajuan pengunduran diri yang belum ia berikan pada pihak HRD.
Ia merasa ragu. Akhirnya, ia putuskan menyibukkan dirinya dengan pekerjaan.
Kerja dulu deh. Nanti baru di pikirin lagi.
Ia larut dalam pekerjaannya. Hingga terganggu saat ponselnya berdering. Ia segera membuka aplikasi pesan itu. Ia terkejut melihat nama Nathan yang mengirimnya pesan.
//Siang ini temani aku makan siang di ruangan ku.
"Tumben banget. Apa gara-gara yang tadi ya? Ah...." gumamnya. Ingin rasanya ia menenggelamkan dirinya ke laut saat ini.
Pikiran Lisa sedang bercabang saat ini. Ia tak bisa berkonsentrasi. Hingga jam makan siang tiba, ia belum bisa menyelesaikan pekerjaannya. Padahal, pekerjaannya sedang menunggu di depan mata.
Ponselnya kembali berdering. Lisa tak menggubrisnya. Tertera nama Nathan menghubunginya. Setelah beberapa saat, Lisa mengangkatnya.
"Iya kak?"
//Kenapa belum datang. Ini sudah jam makan siang kan?
"Lisa makan di ruangan Lisa kak. Soalnya kerjaan Lisa masih banyak banget."
//Kamu makan apa?
"Nasi goreng tadi pagi."
//Memang belum kamu makan dari pagi tadi?
"Lisa gak sempet kak."
//Ya udah kalo gitu, aku ke ruangan kamu.
tut..tut..tut..
Tanpa menunggu jawaban Lisa, Nathan mematikan ponselnya. Lisa menganggap ucapan Nathan hanya candaan. Ia melanjutkan makannya sambil bekerja.
Alasan yang sebenarnya adalah Lisa menghindari Nathan. Ia tidak tahu bagaimana menghadapi Nathan sekarang setelah ciuman pagi tadi. Yang pastinya menjadi ciuman pertama bagi Lisa.
Ciuman itu memang hanya sekedar menempelkan bibir mereka. Namun tetap saja, ini adalah yang pertama bagi keduanya setelah menikah.
Beberapa menit kemudian, pintu ruangan Lisa terbuka.
"Serius banget kerjanya." suara yang tidak asing bagi Lisa.
Kak Nathan.... Lisa mengangkat kepalanya dan melihat Nathan masih berdiri di depan pintu ruangannya.
"Boleh masuk gak?" tanyanya. Lisa menelan salivanya dengan susah payah. Nathan tersenyum manis pada Lisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
re
Beneran datang
2021-10-02
0