Hari terus berganti. Tanpa terasa, kebahagiaan mereka masih terus terjadi. Pernikahan mereka sudah berjalan selama delapan bulan. Tidak ada hari tanpa senyum dan kejahilan dari keduanya.
Hanya satu kekurangan dalam pernikahan mereka, mereka belum saling memiliki seutuhnya (readers pasti pada paham ya maksudnya.). Nathan benar-benar memenuhi janji yang sudah di ucapkan nya dengan tulus.
Nathan semakin bergantung pada Lisa. Ada rasa tidak ingin kehilangan dalam dirinya. Bila berjauhan pun, ada rindu yang tak terkatakan. Perlahan tapi pasti, Nathan sudah mencintai Lisa. Nathan masih saja belum mengakuinya.
Saat ini Nathan sedang memeriksa anak cabang perusahaannya di Surabaya. Ia tidak membawa Lisa ikut dengannya, karena ia tak ingin Lisa kelelahan.
Saat makan siang tiba. Lisa yang merasa sepi, menghubungi sahabatnya Mia untuk makan bersama.
//Hallo Mi, makan siang bareng yuk? Lisa
//Ayo. Mia
//Ya udah ketemu di lobby ya. Bye... Lisa
//Oke. Bye.... Mia.
Seperti yang di janjikan Mia dan Lisa bertemu di lobby. Mereka akan makan di cafe terdekat. Saat ini mereka tiba di cafe seberang kantor mereka.
Sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka berfoto ria dan saling bertukar cerita.
"Lo, semenjak sudah akur sama paksu, jarang banget nongkrong bareng gue. Nge-chat gue juga jarang." Mia mengerucutkan bibirnya.
"Bibir biasa aja dong." Lisa tertawa melihat ekspresi sahabatnya.
"Ya, gue kan bukan gadis lagi Mia sayang. Kalo gue masih kaya lo sih enak." Lisa menjelaskan.
"Hahahaha.. Iya juga ya. Ya udah mumpung sekarang paksu lo lagi gak ada, gimana kalo kita jalan. Udah lama kita gak jalan."
"Ayo. Siapa aja?" mereka masih menikmati makan siang mereka.
"Lo mau ajak Santi sama Rani juga? Gue sih ogah. Santi udah gak asyik lagi. Rani sibuk banget."
"Emang kenapa?"
"Semenjak lo ribut sama Santi, gue jadi gak respect."
"Lo tuh, gak perlu ikutan masalah gue sama Santi. Sebenarnya, gue pengen baikan sama Santi. Sekalian mau tanya sama dia, ada masalah apa antara gue sama dia sebenarnya? Itu aja kok." Mia menganggukkan kepalanya mengerti.
"Ya udah. Entar gue ajak mereka deh."
_____________
Mereka kembali ke kantor sambil bersenda gurau. Hal itu tidak luput dari perhatian Santi. Santi sedikit iri. Hanya karena terhasut seseorang, hubungannya dengan Lisa dan Mia menjadi renggang.
Ada rasa bersalah yang menelusup kedalam relung hatinya. Dia sangat ingin meminta maaf pada sahabatnya itu. Namun ia ragu, ia takut Lisa dan Mia tak akan memaafkannya.
Santi merindukan masa kuliahnya dulu. Dimana mereka seringkali menghabiskan waktu bersama. Entah kapan waktu itu akan terulang. Santi terisak mengingat kejamnya ia menghina dan memfitnah sahabatnya sendiri.
Santi sudah duduk di meja kerjanya. Ia sedang fokus membuat laporan. Ia di kejutkan dengan kedatangan Mia.
"San." panggil Mia. Santi menoleh sebentar. Kemudian ia melanjutkan pekerjaannya.
"Pulang kerja ada acara gak?" tanya Mia lagi.
"Gak ada. Kenapa?" tanyanya.
"Jalan yuk." ajak Mia.
"..." Santi terkejut, namun tak mengalihkan pandangannya.
"Kok diem? Mau gak?" tanyanya lagi.
"Eh... Iya mau." jawabnya gugup.
"Oke, kalau gitu nanti ketemu di lobby ya. Lanjutin kerjanya." ucapnya dengan menepuk pelan bahu Santi.
Duh, kenapa gue iya-in ya? Bakal canggung nih. Tapi ini kesempatan gue buat minta maaf sama Mia. Gue juga udah nyakitin dia. Santi menghela nafas kasar kemudian melanjutkan pekerjaannya.
_______________
Sesuai waktu yang mereka sepakati, mereka bertemu di lobby. Sebelumnya, Lisa sudah mengambil mobilnya. Selama Nathan tidak ada, Lisa di izinkan membawa mobil sendiri.
"Udah kumpul semua?" Mereka mengangguk.
"Yuk naik mobil ku aja. Atau ada yang bawa kendaraan sendiri?"
"Gue ikut lo aja Lis. Motor gue lagi di servis." ucap Mia cepat.
"Gue boleh ikut lo?" tanya Santi terbata.
"Boleh kok. Ayo masuk."
"Gue bawa mobil sendiri. San, lo ikut gue aja." Rani menawarkan.
"Gak usah Ran, ada yang pengen gue omongin sama Lisa." jawab Santi jujur.
"Oh, ya udah deh kalo gitu, mobil gue biar di kantor aja. Besok gue bisa nebeng adik gue atau naik ojek." ucap Rani.
"Oke, ayo masuk semua."
Mereka masuk ke dalam mobil Lisa. Mia duduk di bangku depan, Santi di belakang Lisa, dan Rani di belakang Mia. Mereka sepakat akan menghabiskan waktu ke mall terdekat. Mereka bersenda gurau bersama. Santi ikut larut dalam canda tawa itu seakan tak terjadi apapun di antara mereka.
30 menit kemudian, mereka tiba di mall yang mereka tuju. Mereka mulai menuju salah satu resto yang menyajikan makanan khas Thailand. Saat di resto, ponsel Lisa berdenting. Lisa membalas pesan dari mamah mertuanya. Sebelumnya, Lisa sudah mengatakan pada mertuanya akan berjalan-jalan sebentar bersama teman-temannya. Dan mertuanya mengizinkannya.
Lisa juga sudah menghubungi Nathan. Setelah memesan makanan dan minuman, mereka kembali bertukar cerita.
"Eh, gue ke toilet dulu ya." izin Rani.
"Bareng Ran, gue juga pengen ke toilet." ucap Mia. Santi dan Lisa mengangguk.
Setelah Rani dan Mia pergi, Santi berusaha bicara pada Lisa.
"Lis, a..a..aku.." Lisa masih menunggu Santi menyelesaikan ucapannya. Ia terlihat sangat gugup.
"A..a..aku.." Santi menarik nafas dalam dan mengeluarkannya melalui mulut. Lisa tetap menunggu.
"Aku minta maaf karena selalu memfitnah mu." ucap Santi cepat.
"Aku udah maafin kamu kok." Lisa tersenyum tulus. Santi merasa tenang setelah mendengar Lisa memaafkannya.
Kini, beban di hatinya sudah berkurang. Saat ini, ia masih bingung menyampaikan pada Lisa bahwa ada seseorang yang ingin menghancurkan Lisa, namun ia takut. Yang lebih ia takutkan Lisa tidak mempercayainya.
Serba salah?
Tentu saja ia merasa serba salah. Di satu sisi ia ingin menyelamatkan sahabatnya. Di sisi lain, ia yakin Lisa tak akan mempercayainya.
Rani dan Mia sudah kembali. Makanan yang mereka pesan pun sudah tersedia. Mereka kembali makan sambil bersenda gurau.
"Lisa..." panggil seseorang. Mereka semua menoleh ke sumber suara.
"Kak Stevi kan?" tanya Lisa. Stevi mengangguk.
"Wah kamu tambah cantik setelah jadi istrinya Nathan." puji Stevi.
"Makasih kak. Kakak juga tambah cantik." puji Lisa.
"Ayo gabung kak."
"Lain kali aja. Aku lagi ada meeting. Oh iya, Nathan mana? Udah lama gak ketemu."
"Kak Nathan lagi di luar kota kak."
"Oh, salam buat dia ya. Aku pamit ya. Bye semua." pamit Stevi.
"Kak Stevi." Stevi menoleh.
"Kenapa?" Lisa menghampirinya.
"Boleh minta nomor ponsel kakak?" tanya Lisa. Stevi mengambil ponsel Lisa dan mengetikkan nomornya.
"Ini. Jangan lupa miss call." ucap Stevi.
"Oke." Lisa langsung menghubungi nomor yang di berikan Stevi.
"Udah ya kak. Makasih kak."
"Sama-sama. Aku duluan ya."
"Hati-hati kak." Stevi tersenyum.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Lisa mengantarkan teman-temannya ke rumah mereka masing-masing. Setelahnya, Lisa kembali ke rumah. Ia tiba di rumah pukul 9 malam. Lisa langsung membersihkan diri dan merebahkan tubuhnya. Ia merasa sangat lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments