Setelah perkataan Nathan beberapa hari lalu, ia benar-benar membuktikan perkataannya. Ia memberikan perhatiannya pada Lisa. Mengucapkan kata-kata manis yang membuat wajah Lisa merona.
Terkadang Lisa ikut memberikan perhatiannya pada suaminya itu. Tak jarang mereka mulai saling menggoda.
Sabtu ini, mereka tidak pergi bekerja. Nathan berencana mengajak Lisa berkencan. Nathan belum memberitahunya tentang rencana ini.
Pagi ini Nathan bangun lebih dulu. Ia memandangi wajah Lisa yang tertidur pulas. Saat tengah asyik memandangi wajah sang istri, Lisa bergerak. Refleks Nathan mendekatinya. Lisa pun memeluk Nathan dan menelusup kan wajahnya di dada bidang Nathan.
Nathan tersenyum menang. Ia membalas pelukan Lisa dan menikmati aroma vanila dari rambut Lisa. Nathan mengeratkan pelukannya.
Kamu tuh menggemaskan banget sih. Kenapa aku cepat sekali jatuh cinta sama kamu ya? Kamu seakan penuh pesona yang menarik aku untuk semakin mendekatimu.
Lisa merasa sulit bergerak dan memaksa membuka matanya. Saat Lisa bergerak, Nathan berpura-pura tidur. Lisa yang terbangun melihat posisi tidurnya berpelukan dengan Nathan membelalakkan matanya.
Ketika Lisa melihat Nathan masih tertidur, ia tersenyum. Ia melihat wajah suaminya itu dengan tatapan kagum.
Aku gak bisa bohongin hatiku. Aku benar-benar jatuh cinta sama kakak. Kalau aku boleh minta sama Tuhan, aku ingin kakak juga mencintaiku. ucapnya dalam hati.
Secara tiba-tiba Nathan membuka matanya dan menatap dalam mata Lisa. Lisa terkejut namun tidak dengan Nathan. Nathan tersenyum dengan sangat manis pada Lisa.
Nathan mendekatkan wajahnya dan mencium b***r Lisa. Ia memperdalam c******nya. Mereguk manisnya b***r itu. Bahkan Nathan sudah menarik tengkuk Lisa.
Lisa tak bergeming. Ia pun belum bisa membalas ciuman Nathan. Nathan semakin memainkan b***r mungil itu dan menarik tubuh Lisa semakin dekat dengannya.
Nafas keduanya sudah tersengal-sengal. Nathan melepaskan c*****nya dengan tidak rela. Setelah melepasnya, Nathan membelai b***r mungil basah milik Lisa dan mengusapnya dengan ibu jarinya.
"B***r kamu manis. Aku suka." Lisa tak menjawab. Ia masih tertegun dengan perlakuan Nathan.
Wajah Lisa bahkan sudah memerah. Baru kali ini ia sangat dekat dengan suaminya. Nathan terkekeh melihat wajah menggemaskan istrinya itu. Ia kembali memeluknya. Lisa semakin menyembunyikan wajahnya di dada Nathan.
"Kakak bikin aku malu." ucapnya.
"Malu kenapa?" Lisa diam.
"Aku sudah bilang kan mau mulai semua dari awal sama kamu? Sekarang kita bisa pacaran bebas." Lisa mencubit pinggang Nathan.
"Aduh..." Nathan meringis menahan sakit.
"Kok aku di cubit sih?"
"Kakak sudah mulai genit. Sudah ah aku mau mandi dulu." Lisa melepas pelukannya dan segera bangun menuju kamar mandi.
"Mandi bareng yuk." teriak Nathan saat Lisa masuk ke kamar mandi.
"Gak mau. Dasar mesum." Lisa menutup pintu kamar mandi.
Nathan tertawa melihat istrinya malu-malu. Tak berapa lama Lisa keluar dari kamar mandi. Nathan pun segera masuk untuk mandi. Lisa menyiapkan pakaian Nathan.
Saat Nathan keluar, Lisa sedang mengeringkan rambutnya. Setelah selesai, mereka bergabung di meja makan. Mereka sarapan bersama.
"Pagi mi, Pi." sapa Nathan.
"Pagi sayang. Cerah banget muka kamu?" ucap mami Nindya. Wajah Lisa kembali merona mengingat ciuman panasnya dengan Nathan di kamar tadi. Ia menundukkan kepalanya.
"Iya nak. Mami kamu bener. Ada apa? Apa ada kabar gembira?" tanya papi Gerry.
"Apa ya?" Nathan terlihat menimbang.
"Cuma abis dapet vitamin aja kok." Lisa kembali mencubit pinggang Nathan.
"Aduh sayang. Sakit tahu." Nathan terkekeh melihat wajah merona Lisa.
"Oh. Kalo gitu calon cucu mami udah otw dong yah?" tanya mami Nindya.
"Belum mi. Proses aja belum, gimana mau otw?"jawab Nathan.
"Loh kenapa belum di proses? Papi tuh sudah gak sabar mau gendong cucu loh."
"Sabar ya pi. Iya kan sayang?" Lisa bahkan sudah tak berani mengangkat wajahnya karena rasa malu.
"Gak usah malu sama mami dan papi Lis. Kalo mau minta tips, nanti mami
kasih tahu." mereka tertawa terkecuali Lisa yang semakin malu.
Selesai makan Nathan mengajak Lisa jalan-jalan. Awalnya Lisa enggan pergi Ia beralasan ingin membersihkan dan merapihkan kamar mereka.
"Kita jalan-jalan yuk sayang." ajak Nathan.
"Aku mau beres-beres kak."jawab Lisa.
"Ada mbok Surti sayang yang bisa ngerjain semua. Sekarang tugas kamu, kencan sama aku."
"Oh, kakak ngajak aku kencan? Gak romantis, gak mau ah." ejek Lisa.
"Harusnya gimana?" tanya Nathan dengan raut bingung.
"Gak tahu. Aku gak pernah pacaran kak, jadi gak tahu gimana cara ngajak pasangan kencan dengan cara yang romantis." ucap Lisa jujur.
"Kalau gitu sama." Lisa terkejut.
"Gak mungkin. Kakak kan pernah pacaran sama Vira. Pasti kakak lebih tahu."
"Dulu sama Vira aku biasa saja. Kalau ku ajak jalan Vira ok aja. Kita juga gak pernah romantis-romantisan." Nathan mengingat masa pacarannya dengan Vira.
"Waktu kuliah dulu bukannya kakak pernah pacaran sama kak Stevi?" Nathan menatap heran pada Lisa.
"Aku gak pernah pacaran sama Stevi loh. Dia memang pernah bilang suka sama aku. Tapi aku tolak. Tunggu, jadi kamu merhatiin aku dari jaman kuliah ya?" Lisa tersenyum kaku.
"Kok kamu gak pernah dekati aku?" tanyanya penasaran.
"Kakak itu banyak fansnya dari dulu, cantik-cantik lagi. Aku jadi minder kalau dekati kakak."
"Kamu yang banyak fansnya. Tapi kamu nya gak pernah menggubris mereka."
"Masa sih? Gak ah. Aku yakin banget kakak tuh yang banyak fans."
"Kalo aku ladenin kamu debat, gak akan pernah selesai. Cepat siap-siap kita jalan."
Benar kata Nathan, jika mereka terus berdebat, itu tidak akan selesai dalam waktu sekejap. Akhirnya Lisa mengikuti kemauan Nathan. Selesai mengganti baju, mereka berpamitan pada papi Gerry dan mami Nindya.
Nathan melajukan mobilnya menuju sebuah mall yang cukup terkenal. Weekend kali ini, terasa istimewa bagi keduanya. Lisa terlihat bahagia. Ini kencan pertama bagi keduanya.
Mereka memutuskan untuk bermain ice skating di salah satu mall yang menyiapkan layanan ini. Sebenarnya Lisa tak mau. Namun Nathan berjanji akan mengajarinya.
"Kita main ice skating yuk." ajak Nathan.
"Aku gak bisa kak. Aku belum pernah ke sana." tolak Lisa.
"Nanti aku ajarin." bujuk Nathan.
"Benar ya kak. Awas kalau bohong." ancam Lisa.
"Iya. Makanya aku suruh kamu bawa jaket."
Sampai di mall, mereka menuju arena ice skating. Nathan menepati janjinya mengajari Lisa bermain ice skating. Hingga waktu makan siang, Lisa sudah sedikit menguasai tehniknya.
"Kak lapar, makan yuk." rengek Lisa. Nathan tersenyum dan membelai rambut Lisa.
"Mau makan apa?" tanyanya.
"Apa saja." jawabnya.
"Kok apa saja sih? Emang gak ada yang kamu pengen gitu?"
"Lisa gak pilih-pilih makanan kok."
"Ya sudah ayo."
Nathan menggandeng Lisa masuk ke dalam sebuah restoran. Kencan mereka benar-benar sangat menyenangkan. Hingga malam tiba, mereka kembali pulang.
"Makasih ya kak sudah ajak aku kencan" saat ini mereka baru sampai di halaman rumah.
"Aku juga makasih karena kamu mau kencan sama aku. Ini akan jadi kenangan yang gak mungkin aku lupakan." Nathan mengecup dahi Lisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments