Lisa beristirahat di kamar dan merebahkan tubuhnya di sofa. Ia mengambil ponselnya dan berselancar di dunia maya. Sesekali ia membalas pesan dari sahabatnya Mia.
//Hei pengantin, lo lanjut kerja apa resign? (Mia.)
//Lanjut dong. Gue juga gak mungkin bergantung sama suami terus kan? (Lisa.)
//Kali aja gitu. Secara udah dapet laki tajir. Pewaris perusahaan kita pula. (Mia.)
//Gak lah. Bisa stress gue kalo diem doang di rumah. (Lisa.)
//Oke deh sampe ketemu besok. (Mia.)
Tanpa terasa matanya mulai terpejam. Ia sudah tak bisa lagi menahan kantuknya.
Di taman belakang.
"Mi, pi." sapa Nathan.
"Sayang. Sini duduk." ajak mami Nindya. Nathan duduk di samping maminya dan memeluknya erat.
"Ya ampun, udah punya istri masa masih meluk mami juga?" ejek mami Nindya.
"Jadi Nathan gak boleh peluk mami lagi nih, ya udah Nathan peluk papi aja deh." ucapnya seraya berpindah ke sebelah papi Gerry.
"No. Papi mending peluk mami." papi Gerry ikut mengejek Nathan.
" Wah, papi sama mami kompakan ya. Udah ga sayang Nathan lagi." Nathan terlihat merajuk.
"Siapa yang ga sayang kamu?" tanya mami Nindya. Nathan tak menjawab.
"Kamu kan sekarang sudah menikah. Sudah seharusnya kamu sayang-sayangan sama Lisa gak sama mami lagi."
" Apaan sih mi."
Tak lama mbok Surti mengantarkan kue bolu buatan Lisa dan teh yang sudah disiapkan Lisa.
"Den, silahkan." ucap mbok Surti seraya meletakkan kue dan teh di atas meja.
"Mbok bikin kue?" tanya Nathan melihat kue bolu yang di bawa mbok Surti.
"Sejak kapan mbok Surti bisa bikin kue?" tanya mami Nindya.
"Iya juga sih. Apa mami beli?" tanyanya lagi. Mami Nindya menggeleng. "Terus?" Nathan mengambil potongan kue itu dan mencicipinya.
"Enak gak den?" Nathan mengangguk.
"Beli dimana mbok?"
"Non Lisa yang bikin tadi den."
Nathan terkejut mendengar penjelasan mbok Surti.
"Yang bener mbok?" Nathan belum percaya.
"Iya den. Setelah sarapan tadi, non Lisa yang rapihkan dapur. Setelah keluar kamar, non Lisa juga bawa keranjang baju kotor dan mencuci baju itu sendiri dengan mesin cuci. Sambil menunggu mesin berhenti, non Lisa membuat kue ini. Terus non juga menjemur baju yang di cuci tadi." mbok Surti menjelaskan apa yang sudah di lihatnya tadi pada majikannya.
"Wah, menantu kita luar biasa pi. Padahal ada mbok Surti yang bisa mengerjakan semua. Tapi Lisa tetap ngerjain sendiri."
"Iya mi. Dia memang wanita luar biasa."
"Tuh Than, kamu gak salah nikahin Lisa kok. Dia baik." puji mami Nindya.
Nathan sendiri terlihat diam. Dia tak mengerti akan perasaannya. Ia belum bisa menerima kepergian Vira, ia juga belum bisa memberi kepastian pada Lisa tentang perasaannya.
Lisa menjalankan perannya dengan sangat baik. Namun dirinya, masih tetap bersikap dingin pada istrinya itu. Pikirannya menerawang.
Nathan sudah meminum teh dan menghabiskan kue bolu itu. Ia kembali ke kamarnya.
"Lihat pi, kayanya Nathan udah mulai menerima Lisa." bisik Nindya
"Mudah-mudahan mi. Dia harus bangkit dari keterpurukannya." ucap Gerry penuh harap.
Orang tua Nathan sebenarnya prihatin melihat Nathan. Namun mereka sadar bahwa hanya waktu lah yang mampu menyembuhkan luka hatinya. Di bantu dengan kehadiran Lisa yang memberikan perhatian pada Nathan.
Mereka yakin, suatu saat Nathan akan membuka hatinya pada Lisa.
•••••
Nathan masuk ke dalam kamar dan melihat Lisa tertidur di atas sofa. Ia mendekati Lisa dan memandanginya.
Aku tidak pernah memberimu perhatian. Bahkan aku terkesan cuek padamu. Tapi, kenapa kau begitu baik padaku. Sedikitpun aku tak pernah melihatmu marah atau protes. Kau bahkan melakukan tugasmu dengan sangat baik.
Nathan mengangkat Lisa yang tertidur pulas ke atas ranjang.
Kamu pasti lelah melakukan pekerjaan rumah tangga. Salahmu sendiri. Sudah tahu ada mbok Surti yang mengerjakannya. Kau malah mengerjakan semua itu sendiri.
Nathan duduk di sofa dan membuka laptopnya. Ia membaca setiap laporan yang masuk ke dalam email nya.
Tanpa terasa, waktu sudah semakin siang Lisa belum juga bangun. Nathan mendekati Lisa dan menepuk pundaknya lembut.
"Bangun Lis, ayo makan siang dulu." ucap Nathan. Lisa mengerjapkan matanya.
"Sudah siang ya kak. Loh kok aku pindah ke sini?" tanyanya polos.
"Aku yang pindahin kamu." jawab Nathan seraya meninggalkan kamarnya.
"Hah...." Lisa terkejut. Setelah itu, ia beranjak ke kamar mandi mencuci mukanya lalu bergabung di ruang makan.
Lisa menuruni anak tangga. Semua sudah berkumpul di sana. Lisa melakukan hal yang biasa ia lakukan. Baik sebelum makan sampai selesai makan.
Selesai membereskan dapur, ia melihat pakaian yang ia jemur tadi. Semua sudah kering sempurna karena cuaca hari itu memang sedang sangat panas.
Lisa mengangkatnya dan membawa ke ruang setrika. Lisa menyetrika semua pakaiannya. Nathan sendiri sedang berada di ruang keluarga menonton tv.
Nathan mengganti setiap channel. Namun, tidak ada yang menarik perhatiannya. Ia mematikan tv dan melihat mbok Surti.
"Mbok, Lisa di mana?" tanya Nathan.
"Di belakang den. Di ruang setrika." jawab mbok Surti.
Nathan melangkahkan kakinya menuju tempat yang di katakan mbok Surti. Ia melihat dari luar bagaimana cekatannya Lisa mengerjakan pekerjaan rumah. Tanpa di sadari, senyumnya terbit di wajah tampannya.
*****
Tanpa terasa, hari sudah berganti menjadi senin. Hari yang sangat sibuk dengan rutinitas yang padat.
Lisa sudah selesai mandi dan menggunakan pakaian kerja formalnya. Ia menggunakan kemeja lengan panjang putih dengan aksen pita yang melingkar di bagian lehernya. Ia pun menggunakan celana bahan panjang coklat tua di tambah dengan sepatu heels setinggi 3cm.
Tidak lupa ia memoles make up tipis di wajah cantiknya. Di percantik dengan lipstik warna bibir. Ia sudah menyiapkan baju suaminya. Nathan menggunakan pakaian yang di siapkan Lisa dan memakai dasi sendiri.
Selesai sarapan, mereka berangkat bersama. Papi mertuanya sendiri berangkat sedikit lebih lambat dari mereka. Dalam perjalanan, tidak ada pembicaraan sama sekali. Hanya keheningan yang tercipta.
Mereka tiba di kantor. Lisa keluar lebih dulu. Dengan cepat lisa berjalan menuju lift karyawan. Dengan langkah lebar, Nathan menyusul Lisa. Mereka masuk ke dalam lift bersama.
Masuk ke dalam lift, Lisa hampir terjepit. Dengan cepat, Nathan menarik Lisa untuk berdiri di depannya. Nathan hanya memandang Lisa dari belakang.
Nathan memang di didik untuk belajar segala sesuatu dari bawah. Bukan karena orangtuanya tak percaya. Justru, Gerry sangat percaya pada Nathan.
Tiba di lantai tempat mereka bekerja, Lisa menuju kubikel nya. Sementara Nathan masuk dalam ruangannya.
Mereka memulai pekerjaan mereka lagi setelah satu minggu lebih di tinggalkan.
"Lis, lo kan udah jadi istri manager kita ngapain lagi lo kerja. Kalo gue jadi lo sih, gue tinggal shopping sepuasnya." ejek Sinta teman satu divisinya. Lisa sendiri tidak menanggapinya.
"Sayangnya Lisa bukan lo tuh Sin." balas Mia yang baru saja tiba. Lisa tersenyum melihat sahabatnya itu. Sinta merasa kesal dan meninggalkan mereka menuju kubikel nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
re
Ya tuh betul
2021-10-24
1
yayan
ikut baca ya thor
2021-06-21
1