POV Nathan
Siang ini, aku mengajak istriku makan siang bersama di sebuah restoran. Tiba di sana, kami memilih tempat duduk dekat dengan taman.
Restoran ini memang memiliki taman kecil di sebelah dalam. Aku sangat tahu jika istriku sangat menyukai pemandangan seperti yang di suguhkan restoran ini. Beruntung, ketika kami sampai, tempat yang kami duduki belum terisi.
Selesai memesan makanan, istriku pamit ke toilet. Sambil menunggu, aku memainkan ponselku.
Aku tak menyadari kehadiran seorang gadis hingga ia berdeham.
"Ekhmm..." aku mengalihkan pandanganku pada gadis itu. Ternyata dia adalah gadis yang selalu mengejar ku beberapa tahun lalu.
"Kamu.... Tania kan?" tanya ku. Ia menganggukkan kepalanya.
"Kapan kamu balik dari Amerika?"
"Baru dua hari ini." Nathan masih fokus dengan ponselnya dan hanya menganggukkan kepalanya.
"Aku kangen sama kamu." aku terkejut ia menggelayut manja di lenganku. Bahkan ia sudah menyandarkan kepalanya di bahuku.
Aku merasa risih terlebih lagi aku datang bersama istriku. Aku berusaha melepaskan lenganku dari rangkulan Tania.
"Tan, jangan kaya gini. Aku tuh bukan pria lajang lagi." ucapku. Di luar dugaan, Tania mengecup pipiku. Aku membatu.
Sudah lebih dari sepuluh menit Lisa pergi ke toilet, namun ia belum juga kembali. Aku takut Lisa melihat Tania mencium pipiku dan membuatnya berfikir buruk tentang diriku.
"Sebaiknya kamu pergi Tan." usir ku.
"Memang kenapa? Aku juga mau kenal sana istri kamu." jawabannya sangat merisaukan hatiku.
Aku sangat mengenal sifat Tania. Ia mampu menyingkirkan semua wanita yang mencoba mendekatiku. Ya, lebih tepatnya Tania adalah wanita yang memiliki obsesi yang sangat mengerikan. Dia tidak boleh mengenal Lisa. Itulah yang ku pikirkan saat ini.
Aku mengambil ponselku dan menghubungi Lisa.
"Halo, kak." aku lega mendengar suaranya.
"Kamu masih lama di toilet?"
"Lisa udah di taxi mau balik ke kantor kak." aku mengernyit bingung.
"Kamu kan belum makan sayang? Kok udah balik ke kantor aja?" aku sedikit khawatir jika Lisa melihat adegan saat Tania mengecup ku tadi.
"Kakak kan udah di temani cewek cantik di sana, sexy lagi." ternyata benar dugaan ku istriku melihatnya.
"Jadi istriku ini lagi cemburu ya?" aku sengaja menggodanya.
"Enggak kok. Lagian, Lisa kurang enak badan jadi Lisa gak nafsu makan." seketika aku panik mendengar istri ku tak enak badan.
"Kamu sakit? Kenapa gak bilang dari pagi? Tunggu aku di kantor ya." aku menutup panggilan.
Aku memanggil pelayan dan meminta makanan yang ku pesan di bungkus saja. Tania terlihat bingung.
"Kamu kenapa sih? Dia kan cuma gak enak badan. Gak usah lebay deh." aku mengernyitkan dahi memandangnya.
"Apa maksud kamu ngomong kaya gitu? Dia itu istri aku. Dan dia sedang mengandung anak ku. Aku rasa sangat wajar jika aku mengkhawatirkan keluarga kecil ku." emosiku sudah memuncak. Hingga aku mengarang bebas tentang kehamilan Lisa. Meski aku sangat berharap, kini buah hati kami, hadir dalam rahim istri ku.
Pelayan datang menyerahkan makanan yang ku pesan tadi. Selesai membayar, ku langkahkan kaki ku cepat. Tania terlihat sangat kesal. Beruntung Lisa tak bertemu dengannya. Aku tidak mau jika Tania sampai menyakiti istri ku.
Tiba di ruangannya, ku lihat Lisa tertidur dalam posisi duduk dengan kepalanya menengadah. Aku membaringkan tubuhnya dan menyelimutinya dengan jas ku. Aku duduk di dekat kepalanya dan menghubungi asisten ku untuk membawa berkas dan laptop. Aku akan mengerjakan pekerjaan ku di ruangan istriku ini.
Sambil menunggu, aku menatap wajah istriku dengan intens. Dia sangat cantik. Kulitnya yang putih, bulu matanya yang lentik, bibirnya yang mungil dan berwarna pink. Tidak ada yang kurang. Di mataku, dia sangat sempurna.
Kris sudah membawakan pekerjaan ku. Aku melanjutkan pekerjaan ku, sambil sesekali aku memandangi wajah istriku. Satu jam sudah berlalu. Mata indah itu tiba-tiba mengerjap beberapa kali. Sepertinya ia akan segera bangun.
Aku tersenyum dan menatapnya. Sepertinya dia bingung dengan perubahan posisinya. Dengan cepat ia duduk dan menatapku malu. Sebenarnya aku tahu dia pasti melihatku dan Tania, namun aku tak ingin mengungkitnya. Ku sodorkan makanan dari restoran tadi, makanan ku sendiri sudah ku makan.
Lisa terlihat menikmati makanannya. Sesekali ku lirik dia dengan ekor mataku. Aku tersenyum. Ia sudah menyelesaikan makannya. Ku putuskan untuk menjelaskan siapa Tania. Ku letakkan pekerjaan ku.
"Istriku lagi cemburu ya?" tanyaku.
"Enggak." aku tertawa melihat wajah nya yang menggemaskan. "Kenapa kakak ketawa?"
"Kamu tuh lucu banget tahu sayang." aku tak tahan lagi ingin mencubitnya.
"Ihhh.." dia terlihat mulai kesal namun, terlihat sangat menggemaskan. "Siapa dia?" benar dugaan ku ia cemburu. Sangat jelas terdengar dari nada bicaranya.
"Kamu mau tahu dia siapa?" tanyaku, ia menganggukkan kepalanya. Aku menjeda ucapan ku.
Aku mulai menjelaskan padanya siapa wanita di restoran tadi. Ia terlihat menyimak ucapan ku.
"Berarti dia gak tahu malu dong ya. Udah di tolak masih berani cium-cium kakak." fix dia sungguh cemburu. Aku tersenyum geli mendengar nada ucapannya.
"Sepertinya istri ku ini sedang cemburu?!" ucapku dengan seringai nakal.
"Pede banget sih..." gumamnya yang masih terdengar telinga ku.
"Bener kan? Kalau gak, mana mungkin kamu masih suka sama aku?" ucap ku berbangga hati.
"Iya deh terserah kakak. Udah aku mau lanjut kerja. Kakak bisa kembali ke ruangan kakak?" kenapa aku merasa dia mengusir ku?
Aku hanya tersenyum tanpa berniat kembali ke ruangan ku. Aku kembali fokus dengan pekerjaan ku. Sesekali ku lirik istri ku.
Lisa sudah larut dalam pekerjaannya. Bahkan ia tak menyadari jika aku masih berada di dalam ruangannya. Aku mengamati istri ku itu dan tersenyum manis.
********
Tanpa terasa waktu berlalu sangat cepat. Pasangan suami-istri itu sudah menyelesaikan pekerjaannya. Lisa sedikit terkejut melihat keberadaan Nathan dalam ruangannya.
"Sudah selesai?" tanya Nathan. Lisa menganggukkan kepalanya.
"Ayo kita pulang." ajak Nathan.
"Kok kakak masih di sini?" tanya Lisa.
"Kamu terlalu fokus. Sampai gak sadar kalau aku gak keluar dari ruangan kamu." Lisa terlihat menerawang mengingat kejadian tadi.
"Ayo." ajak Nathan.
Mereka pulang bersama. Sepertinya, masalah mereka sudah selesai. Mereka mulai terlihat harmonis kembali. Menikmati waktu berdua dan menghabiskan malam panas bersama. Lisa menikmati setiap perlakuan manis dari Nathan. Menikmati waktu yang masih bisa ia nikmati bersama suaminya.
Ia menyadari cepat atau lambat, ketika waktunya tiba, akan ada yang di korbankan dalam hubungannya.
Laporan yang Lisa inginkan, sudah ia terima. Tepat seperti dugaannya. Sepupunya itu, belum menyadari keberadaannya. Jika ia mengetahuinya, ini akan sangat berbahaya bagi keselamatan keluarga suaminya.
Lisa mulai mempersiapkan dirinya untuk pertempuran yang akan terjadi. Berpisah atau tidak, itu akan menjadi keputusan nanti. Meski ia mencintai suaminya, dan menyayangi kedua mertua dan orang tua angkatnya, namun ia sudah siap jika harus mengambil keputusan terburuk sekali pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments