Bab 18

Angin sore yang sejuk menerbangkan rambut panjang Ami yang dibiarkannya tergerai. Ami tak pernah menyangka naik motor bisa seindah ini. Naik motor bisa seseru dan bikin deg-degan seperti ini.

Ami mana mengerti, Ia kan tidak bisa mengendarai motor. Sekalinya naik motor hanya kalau sedang naik ojek aja. Belum pernah sampai kebut-kebutan seperti ini.

Bagas menarik tangan Ami yang awalnya hanya memegang ujung kemeja flanelnya menjadi memeluk erat tubuhnya. Ami hendak melepaskan pelukannya ketika Bagas menambah kecepatan motornya lagi.

"Gas jangan gila deh. Ngebut banget ini!" teriak Ami.

Bagas menyunggingkan senyumnya. Ami yang pemberani pun takut kalau Ia ajak ngebut.

"Tenang aja Mi. Lo percaya sama gue kan?" kata Bagas dengan penuh percaya diri. Kata-kata ini biasa Bagas gunakan jika Ia mengajak pacar-pacarnya ngebut, tapi Bagas lupa Ia bukan mengajak pacarnya tapi mengajak Ami.

Bletak.... Ami menjitak helm Bagas. "Gue jitak lagi nih kalo lo makin ngebut!" ancam Ami.

Bagas tersenyum, memang tidak sakit hasil jitakan Ami di kepalanya kan ada helm yang melindungi. Bagas lupa yang Ia bonceng kali ini adalah Ami. Cewek paling gak mempan dengan segala pesonanya. Begitu pikir Bagas. Tak tahu saja Ia kalau Ami sejak tadi jantungnya berdegup kencang karena bisa bersama dengan Bagas lagi.

"Siap, Bos!" Bagas hanya mengurangi sedikit kecepatannya, kalau Ia benar mengendarai dengan pelan pasti Ami tidak akan mau memeluknya lagi. Sama seperti Ami, Bagas pun kangen dengan kebersamaan mereka.

Bagas membelokkan motornya ke sebuah mall. Ia pun memarkirkan motornya di parkiran motor. Bagas menitipkan helm mahalnya di penitipan helm. Lalu helm Ami? He..he...he... Ami tidak pakai helm. Belum banyak CCTV yang bertebaran pada tahun 2004 dan polisi juga jarang melakukan operasi zebra.

Bagas berbalik badan dan melihat Ami dengan rambutnya yang berantakan setelah tertiup angin. Ami tak menyadari kalau rambutnya berantakan, seperti biasa Ami memang kurang memperhatikan penampilannya.

Bagas kembali tersenyum. Dirapihkannya rambut Ami. "Berantakan ya?" tanya Ami. Ami melihat wajahnya di kaca spion Bagas.

"Udah sini gue aja yang rapihin." tanpa menunggu persetujuan Ami Bagas merapihkan rambut Ami yang kini sudah panjang melewati bahunya.

"Tuh kan kalo dipanjangin rambutnya jadi lebih cantik." Bagas menyelipkan anak rambut Ami yang berantakan ke belakang telinganya. Bagas juga menyadari wajah Ami yang memerah setelah mendengar pujiannya. Rupanya Ami masih manusia normal yang bisa merasa malu saat mendengar pujiannya.

"Au ah. Mau kemana nih kita?" Ami tidak mau berlarut-larut dalam kebahagiaan semu walau Ia tak memungkiri kalau jantungnya berdegup kencang dengan perhatian kecil yang Bagas berikan.

"Minum es bubble aja. Haus nih. Ayo!" Bagas mengulurkan tangannya. Agak ragu namun akhirnya Ami menyambut uluran tangan Bagas.

Ami dan Bagas menuju ke kedai minuman yang menjual minuman bubble. Baru pertama kali Ami mencoba minuman rasa taro dengan bubble di dalamnya.

"Gimana? Enak kan?" tanya Bagas sambil menyeruput minumannya.

"Enak. Kayaknya sekarang lagi musim ya minuman kayak gini. Biasanya minum pop ice depan sekolah eh ada yang lebih enak lagi ternyata." Ami berkata dengan jujur. Ia tak peduli akan dianggap kampungan atau apa. Letak sekolahnya yang jauh dari mall membuatnya jarang nongkrong di mall. Wajar saja kalau Ami agak norak, Ia biasa nongkrong di warung mie ayam ketimbang di mall.

"Ya gitu deh. Gue juga tau dari pacar gue kok." glek... Ami menelan ludahnya. Ternyata ini tempat Bagas biasa pacaran. Kenapa harus mengajak Ami ke tempat yang sama juga? Suasana hati Ami langsung berubah mendung.

"Ooh..."

Suasana langsung berubah sunyi. Yang Bagas tau adalah Ami tidak punya perasaan apapun kepadanya. Tapi yang Bagas tahu adalah siapapun ceweknya mau Dia suka atau tidak tapi kalau membicarakan tentang cewek lain saat jalan berduaan seperti ini tetap saja salah. Dan Bagas menyadarinya. Ia tahu Ami gak suka saat Bagas mengungkit tentang pacarnya. Bagas sedikit bingung dengan perasaannya. Kenapa Ami harus marah?

"Hmm... gimana di sekolah Mi? Banyak temen juga gak?" Bagas mengalihkan pembicaraan. Ia tidak mau suasana semakin canggung.

Ami menyeruput es bubblenya yang sudah tidak terasa nikmat lagi. Rasanya sudah hambar walau rasa manisnya masih terasa, sehambar hati Ami saat mendengar kalau Ia nongkrong di tempat kenangan Bagas dan pacarnya.

"Lumayan. Banyak temen kok."

"Pacar gimana? Ada?"

Ngapain Bagas pake nanya pacar segala?- Ami.

"Ada. Tapi udah putus."

Bagas menatap Ami seakan tidak percaya. Siapa cowok yang berhasil berpacaran dengan Ami. Yang Bagas tau adalah Ahmad yang kaya raya saja ditolak mentah-mentah dengan Ami. Lalu sehebat apa cowok ini?

"Kenapa putusnya? Ganteng?"

"Hmm... lumayan. Kayak Ariel Peterpan." jawab Ami santai. Memang benar kok mantannya memang ganteng. Karena ganteng juga makanya kurang ajar.

"Wah...keren... Putus kenapa?"

Ami melirik Bagas dengan curiga. Kenapa Bagas ingin tahu dengan kehidupan percintaannya. Ada yang aneh, hampir 3 tahun cuekkin Ami begitu ketemu malah banyak pertanyaan tentang kehidupan asmara Ami.

"Tumben nanya-nanya. Biasanya juga sebodo amat sama gue." balas Ami acuh.

"Emangnya gak boleh gitu nanya-nanya?"

"Boleh aja kalau bisa dijawab."

"Yaudah jawab dong kenapa bisa putus? Pacarnya udah keren gitu kok malah diputusin?"

"Ya emang udah jalannya putus mau gimana lagi?"

"Tuh kan gak mau cerita kenapa putus?! Gitu ya? Oke." Bagas memasang wajah cemberut.

"Iya...iya... aku cerita. Aku putus karena diselingkuhin sama temen sekelas aku. Puas?"

"Masih diselingkuhin? Masih direbut sama temen? Ah masa sih masih belum jago juga pacaran. Kan udah gue ajarin gimana caranya." kata-kata Bagas malah membuat Ami sebal.

"Ya gimana mau menang, kan temen gue lebih cantik makanya gue kalah." Ami beralasan karena tidak mau kalah dengan perkataan Bagas.

"Heh Mi. Buang deh pemikiran lo kalo semua cowok tuh emang suka berdasarkan fisik aja. Gak semua cowok kayak gitu tau."

"Masa sih? Bukannya lo juga salah satu penganut yang kayak gitu ya? Buktinya gak boleh ngeliat cewek bening dikit langsung lo deketin."

"Itu kan menurut lo. Gak semua yang lo pikirin tentang gue tuh sesuai sama pemikiran lo. Ada yang emang gue deketin karena gue suka tapi kadang hubungan gue gak lama kalo emang gak ada kecocokan setelah gue tau sifatnya yang sebenarnya. Memang bener sih cinta datang dari mata dan turun ke hati, nah walau dari mata udah cantik tapi gak sreg ya gak akan turun ke hatilah."

"Iya.... iya... iya... playboy cap badak kalo ceramah ngalahin pemuka agama dah." Ami mengalah saja daripada panjang urusannya.

"Mi, di sekolah lo ada cowoknya gak sih?" topik pembicaraan pun beralih.

"Ada dong. Tapi gak sebanyak di SMA. Paling sekelas cuma 2 orang. Total per angkatan sekitar 17 orang gitu."

"Ada team basketnya?"

"Ada. Kebetulan ketua tim basketnya temen deket gue. Kenapa gitu?"

"Kita sparing yuk Mi. Sekolah lo lawan sekolah gue. Gimana?"

"Boleh aja. Nanti gue bilang temen gue deh biar Dia buatin surat ijin ke sekolah lo. Mau?"

"Mau. Nih nomor hape gue. Mana nomor hp lo?" Bagas mengeluarkan Hpnya hendak mencatat nomor Hp Ami.

"He...he...he... gue gak punya Hp." kata Ami cengengesan.

"Ya ampun Mi... Hari gini gak punya Hp?" Bagas tidak mempercayai kenyataan kalau Ami tidak punya Hp. Ami kan anak keluarga yang lumayan mampu, kenapa Hp aja sampai tidak punya.

"Gak dibeliin sama Ibu Hajah Budi. Katanya gak usah kegayaan, tapi Doi malah beliin Akbar. Udah sini mana nomor Hp lo, nanti gue pinjem Hp bokap gue buat kabarin lo."

"Yaelah Mi.... Masa gue nanti nyari lo pake telepon Bapak lo segala sih?!"

"Udah sini jangan bawel!" dengan terpaksa Bagas pun memberikan nomor Hpnya. Ami mencatat nomor Hp Bagas dalam buku catatan nomor telepon Bagas yang jika dibuka maka ada kertas panjang yang berisi catatan nomor telepon beserta namanya. Mau bagaimana lagi, mau punya Hp tapi gak akan ada yang mau beliin Ami.....

Terpopuler

Comments

Amalia Khaer

Amalia Khaer

pertama kali baca ceritanya Ami tuh msih jdi ank kuliahan dan pas banget lgi suka2nya dgn rasa Taro. jdi rindu masa2 itu.

2023-08-19

0

Reliya

Reliya

Baca hingga part ini serasa melihat diri sendiri dimasa itu. Semuanya tergambar nyata.
KEREN Thor.

2022-08-01

0

deyani

deyani

jd inget,prnh di posisi ami,yg anak cewe ga akan di utamain sm ortu di banding anak cowo,bc novel ini,di part ini jd ikut sedih,jaman org sdh punya ho,kita ga punya🥲

2022-06-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!