Bab 12

Cerita tentang Ahmad adalah anak orang kaya memang benar adanya. Rumahnya mewah dan dan luas. Rumahnya juga dijadikan sebagai rumah kost untuk mahasiswa dan karyawan karena letak rumahnya strategis tidak jauh dari jalan raya.

Ami dan teman-teman dari tugas kelompok Bagas diajak berkeliling rumah Ahmad. Ami hitung ada total 16 kamar kost yang disewakan. Semuanya full tidak ada yang kosong. Benar-benar anak orang kaya.

Mobil sedan milik Mama Ahmad ada di parkiran mobil. Papa Ahmad sedang kerja dengan pakai mobil yang lainnya. Ami masih gak nyangka, Ahmad yang aslinya anak orang kaya kenapa kelakuannya kadang kayak orang susah. Ia suka bawa kabur jualan Siti ya walau ujung-ujungnya dibayar juga sih tapi tetep aja gak sesuai dengan kekayaan yang dimilikinya.

"Ma, ini yang namanya Ami. Calon menantu Mama." Ahmad mengenalkan Ami pada Mamanya. Ami yang tidak tahu menahu lalu tiba-tiba dikenalkan tidak tau harus berbuat apa. Ia hanya teman saja dengan Ahmad, suka juga enggak.

"Ami, Tante." Ami mencium tangan Mamanya Ahmad. Hanya formalitas dan salah satu wujud kesopanan saja. Tidak ada maksud lain.

"Wah anaknya sopan dan pintar. Pantas saja Ahmad suka sama Ami. Ahmad suka cerita loh sama Tante kalau ada temen sekelasnya yang pinter dan suka kasih unjuk PR nya buat anak-anak kalau mau nyontek. Ayo mainnya di atas aja ya yang lebih luas. Kalian harus latihan tari kan?" Mama Ahmad lalu memanggil pembantunya dan menyuruh menyediakan minum dan makanan untuk kami semua.

Kami semua pun ke teras di lantai dua rumah Ahmad. Terdapat teras yang lumayan besar cukup untuk teman-teman latihan tari Saman.

"Mi, nanti lo yang perhatiin ya kalau ada yang salah langsung lo tegur." pinta Richard yang juga satu kelompok dengan Bagas. Bener-bener ya ini kelompok gak ada yang bener isinya. Bagas, Richard, Ahmad, Widi dan hanya Rina ceweknya. Itu juga karena Rina saat pemilihan kelompok gak masuk dan hanya kelompok Bagas yang tersisa.

"Iya." Ami pun memperhatikan teman-temannya latihan sambil duduk di tangga yang menuju lantai 3 rumah Ahmad.

Bagas yang memang tidak ada bakat dalam seni tari beberapa kali melakukan kesalahan. Setiap kali salah maka Widi akan langsung menjitak kepalanya. Ami terkekeh-kekeh melihat ulah dua sahabatnya tersebut.

Titi yang awalnya duduk dekat tempat Bagas latihan berjalan mendekati Ami. Titi pun duduk di samping Ami. "Ternyata lo deket juga ya sama Bagas, Mi." kata Titi memulai percakapan.

"Iya. Bagas sering sebangku sama gue kalo pelajaran PPKN." jawab Ami tanpa mengalihkan pandangannya dari Bagas. Titi dapat melihat dengan jelas arah pandangan Ami yang hanya tertuju pada pacarnya tersebut.

"Bagas sering cerita kok sama gue tentang lo. Padahal kita sering pulang bareng Mi, kok lo gak pernah cerita tentang Bagas sama gue?" selidik Titi.

Ami sekarang menatap Titi yang menurutnya mengajukan pertanyaan yang aneh. "Ya karena gak ada yang perlu gue ceritain tentang Bagas. Lo kan pacarnya pasti lebih kenal Bagas daripada gue yang hanya seminggu sekali duduk sebangku."

"Bagas udah bilang ya kalo gue sama Dia balikkan? Bagas bilang kalo Dia mau balikkan sama gue karena lo suka cerita tentang gue yang baik-baik di depan Bagas. Makasih ya Mi. Jujur aja, gue masih suka dan sayang sama Bagas. Pas Bagas minta balikan langsung gue terima tanpa pikir panjang." Titi menyunggingkan senyum penuh terima kasih pada Ami. Walau agak bingung namun Ami pun membalas senyum Titi.

"Bisa aja si Bagas. Gue cuma cerita apa adanya aja kok. Mungkin Bagas emang masih suka kali sama lo." Ami berusaha menyembunyikan perasaan yang sedikit teriris saat mengatakannya.

Kekurangan teras rumah Ahmad adalah terlalu terbuka jadi kelompok yang sedang latihan mengeluh kepanasan. Apalagi tari Saman kan identik dengan tari sambil duduk di lantai.

Bagas yang merasa kehausan dengan peluh yang menempel di dahinya datang menghampiri Ami yang sejak tadi memegang Aqua botol dingin di tangannya. "Mi, bagi minum dong."

Titi mau mengambilkan Aqua miliknya yang Ia masukkan dalam tas untuk Bagas, namun Bagas langsung mengambil Aqua dari tangan Ami dan meminumnya. Titi pun mengurungkan niatnya mengambilkan minum.

"Gas. Ini ada minum yang disediain sama Ahmad. Caper banget lo segala minum aja minta sama Ami!" omel Widi yang sedang menuangkan air es ke dalam gelasnya.

"Kasihan Ami udah bawain gue minum dari tadi. Makanya gue minum punya Ami." jawab Bagas yang sedang mengembalikan botol Aqua yang sudah tinggal sedikit isinya pada Ami.

"Ih siapa yang bawain lo minum. Ini mah emang tadi gue beli di depan sebelum masuk ke rumah Ahmad." Ami merasa gak enak dengan Titi. Ami melihat kalau Titi tadi mau mengambilkan Bagas minum namun ditolak oleh Bagas.

Ahmad lalu datang menghampiri Ami dan membawakan segelas air es untuknya. "Nih Mi minum. Jangan mau minum bekas Bagas. Rabies nanti." celetuk Ahmad. Ia juga menyerahkan cemilan sosis solo untuk Ami makan. Pulang sekolah pasti Ami lapar karena belum makan.

"Iya, makasih Mat." Ami menerima gelas dan makanan yang Ahmad berikan.

"Santai, Mi. Anggep aja di rumah mertua sendiri." Ahmad mengedipkan sebelah matanya pada Ami.

Melihat Ami yang sedang digombali oleh Ahmad, Bagas pun beraksi. Ia menghampiri Ami dan mengambil gelas berisi air es dan meminumnya. "Bagi lagi Mi. Masih haus." Bagas meminum habis gelas minuman milik Ami.

"Rese banget lo Gas. Gangguin gue lagi deketin Ami aja." omel Ahmad.

"Haus abisnya panas banget. Lo sih latihan di tempat panas begini. Bisa gosong deh kulit gue." Bagas tidak langsung kembali dan berdiri di samping Titi. Jika Bagas terus mendekati Ami, bisa terjadi perang beneran nih sama Ahmad.

Rina pun menengahi. Ia yang menjadi ketua kelompok harus membuat tim nya berhasil melakukan kerja kelompok. Demi dirinya sendiri juga. Ia tak mau dapat nilai jelek karena ketidakseriusan anggota yang lain. "Udah ayo kita latihan lagi. Mau pulang jam berapa nanti?"

"Iya...iya.. Ayo kali ini latihan yang serius ya." celetuk Richard yang sejak tadi diam saja menikmati minumannya.

Mereka pun latihan kelompok lagi. Kali ini Ami dan Titi tidak lagi ngobrol. Entah kenapa Titi tiba-tiba jadi lebih diam. Tak mau ambil pusing Ami juga ikut diam saja.

Jam 4 sore latihan pun bubar. Ami sudah mengajak Titi pulang bareng karena rumah mereka searah, namun Titi menolak. Ia beralasan akan jalan dengan Bagas dulu baru pulang ke rumah. Jadilah Ami pulang hanya berdua saja dengan Widi.

"Hati-hati di jalan ya Ami Sayang." pesan Ahmad saat Ami mau pamit.

Mama Ahmad hanya tersenyum melihat ulah anaknya yang sangat menyukai Ami tersebut. "Tante seneng nih kalau sampai Ami dan Ahmad jadian. Ahmad pasti akan lebih rajin belajar deh ngikutin Ami yang pintar."

"Enggak kok Tante. Ahmad ceritanya berlebihan. Ami biasa aja gak sepintar itu kok." kata Ami merendah.

"Bohong Tante. Ami tuh paling **** dapet rangking 4. Itu juga karena Dia males ngerjain PR. Seringnya sih dapet rangking 1." kata Widi berpromosi kepintaran sahabatny tersebut.

"Sudah. Ayo kita pulang." Ami pun menarik tangan Widi dan pamit pada Ahmad dan Mamanya. "Kami pulang dulu Tante. Makasih ya atas semuanya. Maaf kalo ngerepotin Tante."

"Ah makin yakin deh Tante sama pilihan Ahmad. Pinter dan sopan lagi kamu. Nanti main ke sini lagi ya Sayang." Mama Ahmad sudah jatuh hati dengan Ami.

Ami pun pulang berdua dengan Widi. Di perjalanan Widi bercerita alasan dulu Bagas dan Titi putus. Widi bilang kalau Titi selingkuh, padahal dulu Bagas suka banget sama Titi yang feminim dan lembut.

Ami melihat pantulan dirinya dalam kaca spion mobil angkot. Rambutnya yang bondol. Wajahnya yang tanpa riasan bahkan tanpa pakai bedak sama sekali. Baju seragamnya yang agak kebesaran dengan rok seragamnya yang pendek. Amat berbeda dengan penampilan Titi yang rapi dan feminim. Semakin banyak alasan kalau Bagas tidak akan pernah menyukai Ami. Semakin jauh Ami dari tipikal cewek yang Bagas sukai.

Terpopuler

Comments

Henny Kesumawati

Henny Kesumawati

🥰

2022-02-26

0

BirVie 💖🌈☁️

BirVie 💖🌈☁️

hhmmm cerita real anak sekolahan 😁

2021-12-26

1

BirVie 💖🌈☁️

BirVie 💖🌈☁️

ciiiieeee

2021-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!