Bab 16

Hari-hari menjelang ujian akhir sekolah semakin dekat. Hampir semua anak sudah memikirkan akan masuk ke sekolah mana. Waktu pulang sekolah yang biasanya dihabiskan untuk nongkrong dan main ke rumah teman sekarang sibuk dengan Pendalaman Materi (PM) dan belajar untuk try out.

Ujian praktek pun mulai dilaksanakan. Dari praktek olahraga, lab biologi dan kesenian. Semua murid kelas 3 sangat sibuk, ibaratnya saat ini adalah penentuan kedepannya akan masuk sekolah mana.

Berbeda dengan teman-temannya yang ingin masuk SMA, Ami malah tidak ingin masuk SMA. Bapak Budi sepertinya tidak berencana membiayai kuliah Ami. Bagi Bapak Budi, Ami hanyalah anak perempuan. Untuk apa sekolah tinggi-tinggi jika nanti ujung-ujungnya akan menjadi ibu rumah tangga biasa yang mengurus kasur, sumur dan dapur.

Ami termenung di tempat duduknya. Ia seperti tidak semangat menghadapi ujian kali ini. Dalam pikiran Ami toh Ia hanya akan berakhir sampai SMA saja. Ia tidak akan mengenyam bangku kuliah, padahal Ami ingin sekali merasakan menjadi seorang mahasiswa.

Bapak Budi hanya berencana membiayai kuliah Akbar, sang anak laki-laki satu-satunya di keluarga Ami. Ami harus membuang jauh cita-citanya yang ingin menjadi sarjana.

Ami menatap ke sekeliling kelas. Semua teman-temannya sudah tahu akan ke sekolah mana mereka selanjutnya, termasuk Bagas yang akan mengambil sekolah SMA. Ami menimbang-nimbang keputusannya mengambil sekolah SMA. Kalau Bapak Budi tidak mengijinkan Ia kuliah maka Ia hanya menjadi lulusan SMA yang mungkin akan sulit mendapat pekerjaan.

Ami mencoba memikirkan untuk masuk SMEA atau SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dengan tujuan selesai lulus sekolah Ia akan mudah mendapat pekerjaan dan dengan uang gajinya nanti Ia akan meneruskan ke bangku kuliah. Dewasa memang pemikiran Ami. Terbiasa diperlakukan tidak adil membuat Ami berpikir bahwa Ia harus bisa mengembangkan potensi dalam dirinya sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain termasuk bantuan Bapak Budi, ayah kandungnya sendiri.

Ami sebenarnya merasa minder dengan penampilannya. Ia tidak cantik. Dunia terbiasa memperlakukan istimewa terhadap orang cantik atau ganteng. Yang wajahnya pas-pasan menurut Ami harus punya sesuatu yang lain agar bisa dihargai, sesuatu tersebut adalah kepintaran.

Alasan Ami rajin belajar adalah agar orang lain lebih menghargai dirinya. Mencintai kelebihan dalam dirinya bukan hanya kecantikan fisik yang akan sirna seiring berjalannya waktu.

Yang membuat Ami galau adalah, jika Ia tetap melanjutkan rencananya masuk SMK maka bisa dipastikan Ia tidak akan bisa bertemu dengan sahabat-sahabat baiknya saat ini. Ia galau antara memilih sahabat atau pendidikan untuk masa depannya.

Sampai ketika Titi mengajak Ami melihat SMK Negeri yang lumayan bagus namun lokasinya berada jauh di tengah sawah. Ami merasa sekolahnya jauh dari kesan 'masa sekolah yang berkesan'. Benar-benar Ia harus belajar serius di sekolah ini. Oh iya, Ami dan Titi sudah berteman akrab lagi karena mereka memang tidak punya masalah.

Titi yang mengajak Ami sekolah bareng lagi membuat Ami yakin kalau Ia akan memilih SMK karena ada teman barengnya. Namun sayang, standarisasi nilai yang diterapkan oleh SMK tersebut lumayan tinggi. Ami lolos dengan mudah karena nilai UASnya tinggi, namun Titi ternyata tidak lulus. Apa yang terjadi? Ami terjebak di SMK tersebut seorang diri.

Ami sudah terlanjur mendaftar tidak bisa membatalkan kembali, jika tidak Ia harus masuk sekolah swasta dan Ami tidak mau itu. Ami hanya merenungi nasibnya kelak. Tak ada teman yang menemani hanya seorang diri. Jadilah saat perpisahan sekolah Ami menangis sedih, Ia benar-benar harus berpisah dari sahabat-sahabatnya.

********

Tahun 2002

Sekolah di SMK memang jauh dari yang Ami bayangkan. Biasanya dalam satu kelas ada 20 orang siswa cowok eh ini dalam satu kelas hanya 2 orang cowok aja. Ami yang lebih mudah bergaul dengan teman cowok merasa tak berkutik masuk sekolah ini.

Ia kangen Bagas. Ia kangen Widi. Bahkan Ia kangen dikejar-kejar Ahmad seperti hari-hari indahnya saat di SMP dulu.

Ia terjebak di SMK seorang diri. Terjebak dalam mata pelajaran Akuntansi yang tak pernah Ia bayangkan akan serumit ini. Dengan hapalan yang lebih banyak lagi dari pelajaran fisika yang hanya menghapal rumus.

Nilai pelajaran Ami turun drastis. Tak ada lagi rangking 1 seperti di SMP dulu. Ia mendapat rangking 20 dari 40 orang siswa.

Ami hampir merasa putus asa sekolah disini. Ia hampir ingin pindah sekolah, namun Ia mau minta pindah sama siapa? Sama Bapak Budi? Jangan harap!

Ami merasa amat tertekan. Ia butuh Bagas. Kemanakah Bagas? Bagas sudah melupakan Ami. Ternyata Bagas hanya memanfaatkan Ami agar bisa lulus dari sekolah dengan mendapat nilai yang bagus.

Loh kok?

Tau dari mana?

Sekolah Ami letaknya lumayan jauh dari rumah. 2x naik angkutan umum lebih tepatnya. Kebetulan saat naik angkutan pertama Ami berhenti di dekat rumah Bagas.

Ami awalnya senang masih bisa bertemu Bagas sesekali. Namun apa yang terjadi? Bagas bahkan tidak menganggap keberadaan Ami. Beberapa kali Ami memanggil Bagas namun Bagas seakan tidak mengenal Ami.

Ami bahkan sampai harus ditarik oleh Indri teman satu sekolah yang kebetulan dekat dengan rumahnya agar tidak mengejar Bagas.

"Ngapain sih lo masih aja manggil tuh cowok? Lo gak liat kalo Dia tuh udah gak mau kenal sama lo lagi? Jangan jadi cewek bodoh deh. Lo bilang Dia sahabat lo, tapi mana? Ketemu sama lo aja pura-pura gak kenal! Sadar Mi. Mungkin dulu Dia deket sama lo ada maunya aja kali!" perkataan Indri yang menusuk dirasa Ami ada benarnya juga.

Setelah beberapa kali bertemu Ami namun Bagas bersikap acuh akhirnya Ami pun melakukan hal yang sama. Mungkin benar perkataan Indri, selama ini Ia hanya dimanfaatkana saja oleh Bagas. Bagas kan playboy, ucapan manisnya penuh tipu daya. Ami yang pintar pun masuk dalam jebakannya.

Ami mengusap air matanya yang tak kuasa Ia tahan. Ia sangat sayang sama Bagas. Ia bahkan menolak mengakui perasaan sukanya hanya agar tetap bisa berteman baik dengan Bagas. Tapi apa? Bahkan Bagas tidak melihatnya sedikit pun.

Bagi Ami, inilah patah hati paling menyakitkan yang pernah Ia alami. Patah hati ditambah perasaan dimanfaatkan dan dikhianati. Mau marah sama siapa? Sama Bagas? Atas dasar apa?

Ami memandang cincin di jari manisnya. Ia ingat dulu Bagas bilang kalau ini adalah cincin tunangannya. Jangankan tunangan, dianggap teman pun tidak.

Apa yang membuat Bagas berubah? Ami mendapat info dari salah seorang temannya yang kebetulan satu sekolah dengan Bagas. Ia bilang di SMA nya Bagas terkenal dan menjadi bintang. Bagas yang jago basket banyak digandrungi cewek cantik. Huft.... lagi-lagi cewek cantik. Ami tak akan mampu bersaing dengan cewek cantik.

Ami mengembalikan cincin milik Ibu Budi yang selama ini berada di jari manisnya. Ia tak mau ada kenangan dengan Bagas lagi dalam hidupnya. Baginya hubungannya dengan Bagas berakhir saat perpisahan SMP dulu. Ami berniat fokus pada pelajaran di sekolahnya dan mengejar ketertinggalannya. Selamat tinggal Bagas Perdhana.....

⚘⚘⚘⚘ Hi semua! Maaf aku dari kemarin sibuk dan belum ada ide yang fresh. Kalau ada yang nanya kok hubungan Ami dan Bagas berakhir gitu aja sih? tenang masih ada kelanjutannya. Terkadang kita akan kehilangan sesuatu yang berharga dan menyadarinya saat sudah tiada. Masih penasaran? Yuks bikin Authornya semangat update dengan rajin like dan vote. Oke? ⚘⚘⚘⚘⚘

Terpopuler

Comments

🇮🇩Imelda🇰🇷

🇮🇩Imelda🇰🇷

suka ceritanya thor

2022-11-01

0

Nonn Yunia Hermawan

Nonn Yunia Hermawan

kayak ny SMK yg Deket sawah SMK akuuu deh .. author rumah nya dimana siii ? tw banget seluk beluk daerah TMII deh .. kayk Deket situ ya rumahnya..

2021-12-30

0

BirVie 💖🌈☁️

BirVie 💖🌈☁️

oalaahhhh Ami Ami

2021-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!