Bab 3

Ami memainkan gitar dengan judul lagu kesukaannya yakni Karma dari group band Cokelat. Bak teman duet yang klop, Nani sebagai vokalisnya. Suara Nani yang mirip Kikan membuat lagu tersebut terdengar bagus meski permainan gitar Ami masih belum profesional.

Inilah rutinitas mereka hampir setiap hari. Kumpul, ngobrol, makan gorengan dan bermain gitar. Kalian pikir Ami belajar gitu? Enggaklah.

Itulah bedanya Ami dengan anak lain. Di saat anak lain rajin belajar karena mau ulangan, Ami malah asyik nongkrong di wartel. Ngapain? Ya nelepon gebetannya yang seabrek tapi gak ada yang berhasil jadi pacarnya.

Ami pernah pacaran? Jawabannya pernah. Tapi dengan mantan pacar Nani. Ganteng? Hmm... kayak Andika Kangen Band. Kok mau? Ya abisnya mau nolak kasihan.

Ami tuh salah satu orang yang amat percaya dengan yang namanya karma. Ia terlalu takut menyakiti hati Arif, pacar terpaksanya itu. Menerima ajakan Arif untuk berpacaran juga karena rasa kasihan. Sampai sekarang mereka belum putus. Digantung begitu saja oleh Ami.

"Ke wartel yuk. Gue mau ketemu pacar gue nih." ajak Nani yang pacarnya kebetulan penjaga wartel.

"Yaudah ayo." Ami pun mengikuti kemauan Nani. Ami tuh bagai kerbau yang dicocok hidungnya oleh Nani. Apapun kemauan Nani sebisa mungkin Ia kabulkan.

Di wartel sudah banyak anak tongkrongan yang menunggu KBU 1 kosong. KBU itu kayak bilik wartel yang letaknya paling pojok. Jadi kalau mau pacaran terus mau ngomong mesra gak ada yang gangguin. Biasanya KBU yang dekat dengan kasir yang sering sepi, karena si kasir suka iseng nguping pembicaraan yang kebetulan terdengar dari tempatnya.

"Wuih... rambut kenapa jadi bondol begitu." goda Taufik pacar Nani begitu melihat kedatangan Ami.

"Iya. Baru aja potong kemarin." jawab Ami santai.

"Kenapa dipotong? Patah hati nungguin cinta pujaan hati tak kunjung datang?" ledek Taufik.

"Ih siapa yang patah hati? Orang lagi ganti model rambut aja kok." Ami sok santai tapi hati pedih.

Dan begitulah Ami menghabiskan malamnya dan hari-harinya dengan menemani Nani dan Taufik pacaran. Kayak obat nyamuk. Habis mau gimana lagi, Ami gak punya teman selain Nani. Kalau di rumah terus juga bosan, nonton TV dikuasai Akbar. Jadi Ami lebih baik menahan diriny daripada kehilangan teman.

Ami tidak sepenuhnya bodoh. Keseringan dimanfaatkan membuat dirinya bisa membaca jalan pikiran orang lain. Entah suatu magic atau apa, Ami terkadang bisa membaca maksud dan tujuan orang tanpa orang itu ketahui.

*****

Ami menarik kursi makan dan ikut sarapan pagi bersama Pak Budi. Seperti biasa Pak Budi masih asyik sarapan dengan ikan gabus asin sisa kemarin yang Ia cuilin sedikit demi sedikit.

"Ih itu kan ikan kemarin. Emangnya Bapak gak makan yang baru aja?" celetuk Ami.

Pak Budi santai saja mendengar celetukan Ami. "Ikan asin gabus tuh mahal harganya. Enaknya dimakan pakai nasi panas sedikit demi sedikit. Ya kalau gak habis kan bisa buat besok. Selama dihangatkan gak ada masalah. Daripada anak sekarang, lebih banyak makan makanan yang mengandung unsur kimianya. Gak bagus buat kesehatan."

Kan... Malah Ami yang dapat serangan balik dari Pak Budi. "Iya...iya... Oh iya Pak. Minta duit buat beli LKS (Lembar Kerja Siswa)."

Pak Budi langsung memberi tatapan tidak suka dengan Ami. Ia paling gak suka jika ada anaknya yang meminta uang saat Ia sedang sarapan. Ami tahu apa yang Pak Budi pikirkan, namun Ami tak peduli. Ia memang harus membeli LKS di koperasi pagi ini. Semalam Ia lupa meminta uang, kalau minta sama Ibu pasti ujung-ujungnya disuruh minta sama Bapak juga. Jadi malah bolak-balik nantinya.

"Berapa duit?"

"50 Ribu."

Pak Budi melanjutkan makannya. Bukannya langsung mengambil uang. Ami tahu Pak Budi akan memberikan mereka uang tapi nanti setelah Ia selesai makan. Ami pun tak menagihnya lagi.

Akbar kebetulan belum bangun padahal Ibu sudah membangunkannya sejak tadi. Kesempatan ini Ami manfaatkan. Dengan langkah seribu Ia meninggalkan piring bekas sarapannya di meja makan dan langsung masuk kamar mandi.

"Fuh.... Selamat. Hari ini gak telat." baru saja Ami membuka bajunya hendak mandi suara gedoran di pintu kamar mandi mengagetkannya.

"Nek! Rese banget sih lo. Bukan mandi dari tadi." teriak Akbar yang ternyata sudah bangun namun kalah cepet sama Ami.

Ami tak menjawab suara Akbar. Ia melanjutkan mandinya. "Nek cepetan! Aduh perut gue sakit nih." Sudah kebiasaan Akbar, memanggilnya Nenek dan kebiasaan setiap bangun tidur pasti perutnya mules.

Ami membuka pintu kamar mandi dengan santainya. Suara semprotan Akbar langsung Ia dapatkan. "Lama banget sih! Sakit perut nih!" Akbar menyerobot masuk ke kamar mandi dan menutup pintu setelah Ami sudah di luar.

Ami tak menanggapi kemarahan Akbar. Gak ada gunanya. Bisa terjadi keributan besar nanti. Ami pun melangkah masuk ke kamarnya. Matanya melirik sekilas pada uang 50 Ribu yang tergeletak di meja makan.

"Kata Bapak buat bayar LKS." Ibu menyerahkan uang 50 ribu pada Ami.

"Iya." Ami mengambil uang yang Ibu berikan lalu masuk ke dalam kamar. Memakai seragam putih biru beserta dasi yang menjadi seragamnya hari ini.

Senyum Ami mengembang di depan kaca. Sesekali Ia bersiul tapi suara teriakan Ibu menghentikannya bersiul lagi. "Jangan bersiul dalam rumah! Siul itu manggil setan! Mau rumahnya rame sama setan?"

Apa hubungannya coba bersiul sama manggil setan? Tapi Ami tetap menuruti kemauan Ibunya. Ia kembali menyisir rambut sambil tersenyum. Lumayan ada bisa ngentit 20 ribu.

Jadi, harga satu LKS adalah 5 ribu. Ami beli 6. Totalnya 30 ribu. Nah sisa 20 ribu dari uang yang Bapak kasih ya buat jajanlah. Ami tersenyum lagi, moodnya hari ini benar-benar bagus.

*******

"Ratna, sini dong menghadap ke arah Bagas. Kan Bagas mau lihat wajah cantik Ratna dari deket." gombal Bagas. Ami bosan mendengarnya. Bagas ngegombalin hampir setiap cewek cantik yang Ia temui.

Bukan apa-apa, setiap Bagas muji, Ratna akan mengeluarkan kaca dari kantong seragamnya yang ketat dan melihat pantulan wajahnya di cermin sambil tersenyum.

Ami gusar, perasaan Dia juga cewek tapi enggak segitu hobby ngaca kayak Ratna. Apa yang mau dilihat? Pakai make up enggak. Rambut pendek jadi jarang kusut. Muka standar.

Ami tak menanggapi obrolan mereka. Ami asyik saja mengerjakan LKSnya. Walau gak suka belajar namun daripada mendengar mereka saling ngegombal lebih baik belajarlah.

"Ami. Pinjem tugas matematika dong." pinta Widi. Ami mengeluarkan buku tulisnya dan memberikannya pada Widi. Ami dan Widi pernah sekelas sebelumnya jadi mereka lumayan akrab.

"Nih. Tapi gak tau bener apa enggak." kata Ami jujur.

"Yah lo aja gak yakin apalagi gue yang enggak ngerti. Udah gak apa-apa yang penting gue ngerjain PR." Widi menerima buku Ami dan mulai menyalin jawaban PRnya.

"PR apaan sih Wid?" tanya Bagas yang mulai bosan menggombali Ratna.

"Matematika. Lo udah ngerjain emangnya?" tanya Widi balik.

"Tau juga enggak gue kalau ada PR. Gue liat dong."

"Bilang dulu sana sama Ami."

Bagas lalu menepuk belakang bahu Ami. "Mi, boleh liat PRnya gak?"

"Boleh. Liat aja."

"Asyik! Makasih ya Mi. Ami cantik deh."

Mudah sekali menggombali cewek. Ami tahu itu hanya gombalan, namun dipuji oleh Bagas yang tampan dan terkenal banyak yang naksir sudah membuat Ami senang. Dalam hati Ami berharap kalau hubungannya dengan Bagas akan lebih dekat lagi.

Widi dan Bagas dengan anteng menyalin buku PR Ami tanpa harus pusing membedakan jawabannya agar tak terlihat mencolok kalau mereka nyontek. Ami pikir kalau Widi yang akan mengembalikan bukunya, ternyata Bagas yang menepuk bahu Ami dan mengembalikan bukunya. Tak lupa Bagas mengucapkan terima kasih pada Ami.

Siapa yang menyangka perkenalan singkat itu justru membuka hubungan bahkan sampai puluhan tahun kemudian. Itulah hidup, gak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

Terpopuler

Comments

neni onet

neni onet

satu aliran neeh sama ami, karma memang pas banget buat nyindir orang yang selingkuhin kita 😁

2022-11-08

0

Sofia

Sofia

w prnh ky gtu..buahahahah

2022-10-30

0

merti rusdi

merti rusdi

duh lagunyaaaa

2022-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!