Bab 11

Beberapa minggu setelahnya sudah menjadi kebiasaan Bagas selalu pindah duduk di depan bersama Ami setiap jam pelajaran Bu Fanny. Mulai terlihat kemajuan dalam pelajaran Bagas. Ia mulai rajin ngerjain tugas yang diberikan oleh guru.

Berbeda dengan Bagas yang mengalami kemajuan, Ami malah mengalami kemunduran. Kebanyakan bergaul dengan Bagas dan Widi malah membuat Ami malas belajar dan jarang ngerjain PR. Belum lagi tiap malam Ami selalu main ke rumah Nani hanya demi berlatih main gitar.

Keadaan mulai terbalik sekarang. Ami bahkan mencontek tugas milik Bagas. Ia benar-benar lupa kalau ada tugas. Semalam Ia habis nemenin Nani nongkrong bersama pacarnya dan pulang sudah jam 9 malam lebih. Ibu Budi sudah memasang wajah juteknya melihat anak gadisnya pulang malam.

"Kenapa jadi lo yang sekarang nyontek sama gue sih Mi?" tanya Bagas bingung.

"Udah jangan bawel. Semalem gue nongkrong nemenin temen gue pacaran." Ami masih asyik menyalin jawaban Bagas. Untung saja soalnya piliham ganda jadi tinggal di silang saja.

"Mau aja lo jadi obat nyamuk? gue sih ogah." celetuk Bagas.

"Ya kan sekalian ngeliat gebetan gue yang ada di tongkrongan juga."

"Ih jangan gitu lah. Ngapain sih anak cewek nongkrong segala? Pake acara ngejar-ngejar gebetan segala? Cowok tuh gak suka cewek kayak gitu."

Ami menaruh pulpennya di tempat pensil. Selesai sudah menconteknya. Ia sambil menyalin juga sambil menyimak perkataan Bagas.

"Memangnya cowok suka cewek yang kayak gimana?" kesempatan ini Ami gunakan untuk belajar tentang kehidupan dari Bagas. Playboy kayak Bagas pasti lebih mengerti tentang kehidupan percintaan.

Bagas menatap wajah Ami. "Cowok tuh kadang gak mikirin fisik. Kalau Dia sudah nyaman sama seorang cewek, Dia akan menempel terus sama tuh cewek. Yang terpenting, saat Ia nyaman dengan cewek tersebut Ia akan menjadi dirinya sendiri apa adanya. Gak ada yang Ia sembunyikan."

"Maksudnya?" Ami yang memang gak pengalaman dalam pacaran benar-benar gak ngerti perkataan Bagas.

Bagas menghela nafas, heran dengan kebodohan Ami. "Pelajaran sekolah aja lo pinter. Pelajaran pacaran lo minus. Udah berapa kali lo pacaran?"

Ami mengacungkan jari telunjuknya dengan malu-malu.

"Hah? Baru satu doang?" Bagas kaget dengan jawaban Ami.

"Iya. Emang lo udah berapa banyak sih sampe segitu kagetnya?"

"Baru 25 sih." jawab Bagas santai.

"Apa? 25? Lo pacaran apa bikin kumpulan arisan?" sekarang gantian Ami yang kaget mendengar jawaban Bagas.

"Biasa aja kali. Namanya juga petualang cinta ya gitu deh. Udah ah gak usah gue bahas. Kita balik ke topik pembicaraan kita mumpung Bu Fanny telat kayak biasanya nih. Kita bicarakan tentang lo yang suka nongkrong karena mau deket sama gebetan. Mulai sekarang jangan lo lakuin."

"Memangnya kenapa?"

"Kadang cowok tuh suka males kalo diintilin terus sama cewek yang naksir Dia. Gak ada tantangannya sama sekali. Cowok tuh sukanya ngejar bukan dikejar. Kalo lo mau dapetin tuh cowok ya lo jual mahal lah. Jangan malah lo samperin terus."

"Kata temen gue suka tuh datang karena biasa. Jadi lebih baik gue deketin terus." jawab Ami polos.

"Temen lo siapa? Udah berapa kali Dia pacaran?" tanya Bagas tak mau kalah.

"Ada temen rumah gue. Nani namanya. Kalo gak salah sih udah 20 kali lebih Dia pacaran." memang benar seperti itu. Nani memang banyak pacarnya. Sekali pacaran bisa dengan 3 bahkan 4 cowok sekaligus.

"Ah masa sih ada yang nyaingin gue. Sini kenalin sama gue. Mau gue ajak kenalan." tantang Bagas.

Ami merasa kalau Bagas kenal dengan Nani mungkin Bagas akan ikut suka dengan Nani juga. Kali ini Ami merasa gak rela kalau Bagas sampai Nani ambil juga seperti gebetannya yang lain.

"Hmm... susah sih ketemu temen gue. Dia sibuk. Ya pokoknya gitu deh. Jadi lebih baik gimana nih saran lo? Gue gak usah nongkrong lagi aja?" Ami mengalihkan pembicaraannya agar Bagas tidak membahas tentang Nani lagi.

"Pokoknya lo jangan nongkrong lagi. Kalo tuh cowok emang suka sama lo, Dia yang bakalan deketin lo. Inget Mi, lo tuh cewek. Jaga harga diri lo. Lagi juga masih banyak kok yang suka sama lo."

"Siapa?" Ami tidak merasa ada siapapun yang beneran suka dengan dirinya.

"Hmm.... tuh si Ahmad. Dia kan suka sama lo." kata Bagas gelagapan. Bagas membuang wajahnya. Ia tak mau Ami melihatnya gugup.

"Ya elah... Ahmad. Kayak gak ada yang lain aja."

"Mungkin ada yang lain juga kali. Gue gak tau." Bagas menundukkan pandangannya. Ia tak mau Ami menyadari kalau ada sedikit rasa suka untuk Ami.

Ami merasa agak kesal. Kenapa bukan Bagas sih yang suka sama Dia. Kenapa harus Ahmad. Ami dan Bagas sama-sama terdiam. Asyik dengan pikirannya masing-masing.

******

"Mi, ikut ke tongkrongan yuk." Nani sudah menunjukkan batang hidungnya di depan kamar Ami setelah maghrib. Ia heran kenapa Ami yang biasanya sudah datang ke rumahnya tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali.

"Males ah Ni. Semalam Bu Hajah Budi ngomel gue pulang malam. Gue gak keluar ya. Lo aja." Ami sedang ngerjain PR matematika. Kalau matematika Bagas jarang ngerjain katanya gak ngerti jadi Ami yang akan memberikan contekannya.

"Yah, Mi.... Ayo sebentar aja. Gak malem-malem kok. Lo gak mau ketemu sama Ayang Beb lo? Kata Taufik Dia lagi ada tuh di tongkrongan." Nani mulai membujuk Ami.

Ini salah satu yang Ami gak suka lagi dari Nani. Selalu berkelit dan mencari cara agar Ami menemaninya nongkrong. Mana boleh Nani nongkrong tanpa adanya Ami? Bisa kenal omel orang tuanya lagi Dia.

"Gak ah. Gue juga udah males gebet Dia lagi. Udah gak ada harapan. Buang-buang waktu aja." jawab Ami dengan tegas. Ternyata Bagas lebih mencuci otak Ami dibanding Nani. Bagas pemenangnya.

Raut wajah Nani menggambarkan kekecewaan. Niatnya mau bermesraan dengan sang pacar pupus sudah. Ami kalau udah bilang gak mau ya gak bakalan mau. Mau dipaksa kayak apapun pasti akan nolak.

Nani akhirnya pamit pulang. Meninggalkan Ami yang masih sibuk ngerjain PR matematikanya. Besok pasti anak-anak seneng deh bakalan ada contekkan bermutu dengan presentasi salahnya sedikit.

******

Ami dan Nani mulai jarang bertemu. Ami lebih sering bergaul dengan teman-teman satu sekolahnya. Apalagi sekarang ada tugas sekolah dari pelajaran kesenian. Tugasnya adalah perform tari daerah. Kali ini Ami dan Bagas beda kelompok.

Bagas satu kelompok dengan Ahmad. Ami dengan Feby dan geng anak-anak baik lainnya. Enaknya gabung sama anak baik adalah konsep kerja kelompoknya jelas. Latihannya fokus dan kalo ada yang gagal fokus langsung diingetin. Jadilah seminggu latihan sudah hafal gerakan. Sisanya ya di rumah aja sepulang sekolah. Gak perlu kayak tim Bagas yang masih saja latihan terus.

"Mi, nanti pulang sekolah ikut gue yuk ke rumah Ahmad. Kita mau latihan disana. Temenin gue ya." pinta Bagas. Rumah Ahmad jauh, harus naik angkot dulu.

Ami berpikir sejenak, kayaknya enakkan nongkrong sama teman sekelasnya dibanding nongkrongin Nani pacaran. "Boleh deh."

"Asyik. Nanti ajak Titi juga ya." Ami mencium bau-bau pemanfaatan di dalamnya.

"Kenapa harus ngajak Titi?"

"Oh iya, gue lupa. Titi sama gue balikan lagi. Kemarin gue pulang sekolah jalan bareng Dia." kata Bagas dengan santai.

Balikan lagi? Semudah itu? Apa memang Ami segitu gak dianggep sebagai cewek apa di mata Bagas? Terselip rasa sakit yang sedikit menyayat hati Ami. Apakah sekarang Ami mulai punya perasaan suka pada Bagas? Sejak kapan rasa suka itu ada? Bukannya Ami sudah memprotect dirinya agar tidak sampai menyukai Bagas?

Terpopuler

Comments

BirVie 💖🌈☁️

BirVie 💖🌈☁️

hahaha Ami kecewa yaa sm Bagas...

2021-12-26

0

BirVie 💖🌈☁️

BirVie 💖🌈☁️

ciiiieeee Bagas

2021-12-26

0

BirVie 💖🌈☁️

BirVie 💖🌈☁️

setuju Bagas

2021-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!