*Sebenernya kamu suka gak sih sama aku?
Bagaimana aku di mata kamu?
Apa benar kamu putusin Titi karena Titi selingkuh? Bukan karena kamu lebih suka sama aku*?
Ami memilah pertanyaan yang akan Dia ajukan. Ia memikirkan resiko dari pertanyaannya. Kalau Ia mengajukan pertanyaan diatas mungkin hubungannya dengan Bagas akan terasa canggung.
Dalam hubungan persahabatan yang dilandasi dengan rasa cinta, ada dua kemungkinan. Rasa cinta saling berbalas lalu lanjut ke tahap pacaran. Atau rasa cinta sebelah pihak, yang kemungkinan besar membuat persahabatan itu hancur? Hubungan yang berubah jadi canggung dan akhirnya kehilangan semuanya baik cinta maupun sahabat.
Sayangnya Ami terlalu pengecut untuk mengutarakannya. Ami terlalu takut kehilangan Bagas. Kehilangan hubungan baik dengan Bagas akan terasa amata sulit bagi Ami.
"Ayo mau nanya apa?" Bagas menunggu pertanyaan dari Ami yang tak juga Ami tanyakan.
"Hmm..... Lo kenapa setiap senin jarang masuk sih?"
Bodoh... Ami bodoh.... dikasih kesempatan bertanya kok malah nanya kayak gitu! - Ami.
"Oh nanya itu. Soalnya.... I dont like monday." Bagas menyunggingkan senyumnya.
Kok kesel ya. Susah-susah mikirin pertanyaan dan akhirnya nanya yang lain tapi kok jawabnya kayak gitu? Pengen gue tonjok aja nih mukanya si Bagas! -Ami.
"Jawab yang bener!" Ami memicingkan tatapan setajam pisaunya pada Bagas. Bagas tau Ami kesal dengan jawaban yang Ia ucapkan.
"Iya... iya.... Sabar.... Selow atuh Mi." Bagas mengusap rambut Ami yang kini sudah mulai memanjang. "Rambut lo nanti panjangin lagi ya Mi. Jangan dipotong pendek lagi. Cewek tuh cantik kalo rambutnya panjang."
Wajah Ami langsung bersemu merah mendengar perkataan Bagas. Tak mau terlalu lama terhanyut dalam kegombalan Bagas, Ami pun mengajak Bagas kembali ke topik pembicaraan mereka.
"Jadi kenapa kalo senin sering gak masuk?" Ami menagih kembali jawaban Bagas.
"Gue kerja Mi. Kerja. Pasti Widi udah cerita deh sama lo. Gue tuh harus kerja Mi. Pulang sekolah langsung cabut pulang ke rumah, ganti baju terus ke pasar. Pulang dari pasar udah diatas maghrib. Baru deh pulang ke rumah lagi. Gitu aja terus setiap hari. Bedanya kalo hari senin tuh barang dagangan pada dateng dari supplier. Kasihan Abang gue kalo ngangkat semuanya sendirian. Berdua aja capek apalagi sendiri? Ya jadi gue bantuin Dia."
"Abang lo tau kalo lo sampe bolos sekolah?"
"Tau kok. Ya Dia juga gak mau gue kayak gitu. Makanya sekarang Dia nyewa orang buat bantuin Dia di pasar. Sekarang lo perhatiin deh, udah rajin masuk kan gue tiap hari senin?"
"Owhh... begitu. Kirain gue lo tuh sibuk pacaran."
Bagas tersenyum. "Jangan cemburu gitu ah. Cinta gue tetep buat lo seorang kok Mi."
"Preeettt. Udah ah gue laper mo jajan. Ikut gak?" Ami bangun dari tempat duduknya dan hendak ke kantin.
"Ikut. Ayo!" Bagas dengan santainya merangkulkan lengannya di bahu Ami. Bagas tak peduli dengan pandangan mata setiap orang yang memandang lalu mencibir di belakangnya.
Ami juga bukan orang yang peduli akan pendapat orang lain. Toh mereka memang hanya bersahabat biasa. Peduli setan dengan komentar orang.
Bagas memperlakukan Ami layaknya seorang putri. Ia mengosongkan tempat duduk untuk Ami.
"Mau makan apa Mi?"
Ami melihat sekeliling. Pandangannya tertuju pada soto ayam yang terlihat segar jika pakai jeruk nipis. "Soto ayam aja deh."
"Oke. Tunggu disini. Biar gue yang pesenin." Bagas langsung memesankan dua buah soto untuk dirinya dan Ami. Ia juga memesan es teh manis.
Bagas menaruh mangkuk soto yang Ia bawa. "Gue ambilin minum dulu ya." Ami benar-benar hanya duduk diam menunggu makanan dan minumannya tiba.
"Nih uangnya." Ami menyerahkan selembar uang lima ribuan pada Bagas untuk membayar makanannya namun Bagas tolak.
"Udah makan aja. Gue yang traktir." Bagas menuangkan sesendok sambal pada sotonya dan memakannya dengan nikmat.
"Bener nih?"
Bagas pun mengangguk. Ami mengikuti Bagas memakan soto miliknya.
"Coba punya lo Mi. Kayaknya enak." pinta Bagas.
"Yaudah ambil aja." Ami mendekatkan soto miliknya pada Bagas.
"Gak mau. Suapin."
Ami sudah tidak kaget dengan sikap manja Bagas. Mereka sudah sering satu sedotan bareng kalau minum es teh manis. Tapi kalau satu sendok bareng? Bukankah ini namanya ciuman tidak langsung?
Seperti biasa Ami menuruti permintaan Bagas tanpa bisa menolaknya. "Hmm.. asem banget. Tapi seger. Tukeran ah." Bagas seenaknya saja menukar soto miliknya dengan milik Ami.
Terpaksa Ami membumbui lagi soto Bagas agar sesuai dengan seleranya. "Kok soto di kantin bisa seenak ini ya? Perasaaan kalo gue makan rasanya biasa aja deh. Lo jago masak Mi, gue yakin itu. Karena racikan lo makanya sotonya jadi lebih enak." puji Bagas.
"Udah jangan bawel. Makan aja yang banyak. Ini makan lagi kalo kurang." Ami menuangkan lagi soto miliknya untuk Bagas. Rasanya sudah kenyang hanya dengan melihat Bagas makan.
Keasyikan Ami dan Bagas terganggu ketika Lita teman sekelas Titi datang dan menyindir Ami. "Oh jadi ini toh yang udah menyebabkan putusnya hubungan Titi dan Bagas. Ternyata temennya sendiri loh yang ngambil pacar temennya. Tega ya sama temen sendiri." sindiran Lita menarik perhatian anak-anak yang sedang makan di kantin. Semua mata langsung tertuju pada Ami dan Bagas.
"Maksud lo tuh gue?" Ami menunjuk dirinya sendiri.
"Yaiyalah buodoh. Pinter kok buodoh sih." Lita berdiri dengan melipat kedua tangannya di dada.
"Udah Mi gak usah ditanggepin." kata Bagas menenangkan Ami. Bagas menarik tangan Ami hendak mengajaknya kembali ke kelas.
"Mau kabur? Kalo salah sih kabur paling enak." sindir Lita kembali.
"Maksud lo apa ngomong gitu sama gue?" Ami menghentikan langkahnya. Ia tidak terima dengan perkataan Lita tersebut. "Siapa yang kabur? Gue? Kenapa gue harus kabur? Apa salah gue?"
"Cih... Masih enggak ngerasa salah lagi. Gak nyadar lo kalo lo tuh udah ngerebut pacar temen lo sendiri?!"
"Gue? Ngerebut pacar temen gue? Siapa? Gak ada yang gue rebut. Orang gue juga masih jomblo. Udah dicek dulu belom kebenarannya? Jangan asal nyeletuk aja tanpa tau kebenarannya." jawab Ami dengan santainya.
"Kalo gak ngerebut ngapain dong lo sama Bagas main suap-suapan dengan mesra di kantin? Mau nunjukkin kemesraan lo berdua di depan umum? Mau tertawa diatas tangis temen lo sendiri? Mau buktiin kalo lo yang menang daripada Titi?" kata Lita dengan nada ketusnya.
"Ih kenapa lo yang sewot? Perasaan gue aja sama Titi santai. Sebelum Titi putus sama Bagas hubungan gue sama Bagas ya kayak gini. Kita murni sahabatan. Gak ada tuh niat gue buat ngerebut Bagas dari Titi. Dan satu lagi. Lo tanya dulu sama Titi, apa penyebab Dia putus sama Bagas? Kalo lo udah tau baru lo protes sama gue." kata Ami tak mau kalah.
"Alaaahhh... Mana ada maling yang mau ngaku?"
"Lah gue mah bukan maling, ngapain juga gue ngaku?" balas Ami lagi.
"Lo ya... Tengil juga lo kalo dibilangin!" Lita mulai tersulut emosinya. Ia pun mulai maju hendak menggampar Ami.
Sekarang Bagas yang pasang badan. Ia berdiri di depan Ami. "Mau ngapain lo? Kalo sampai lo sentuh Ami sedikit aja, gue bakal bales berkali-kali lipat!" suara Bagas terdengar serius dan penuh ancaman.
Titi yang mendengar kalau ada keributan di kantin segera datang dan menengahi sebelum keributan semakin parah. "Stop... Stop. Udah jangan ribut lagi."
"Tapi Ti-"
Titi langsung memotong ucapan Lita. "Ami gak salah, Lit. Putusnya hubungan gue sama Bagas bukan karena Ami. Ini karena gue sama Bagas udah gak cocok lagi. Please jangan bikin gue makin malu lagi di depan yang lainnya. Please...." pinta Titi dengan berlinang air mata.
Lita pun membuang pandangannya karena malu. Tanpa minta maaf pada Ami, Ia pun meninggalkan kantin, tentunya dengan diiringi oleh sorakan anak-anak yang mendukung Ami.
"Gue gak mau ya ada temen lo yang mikir kita putus karena Ami. Lo tau kan siapa yang menyebabkan kita putus? Gue gak mau Ami kena sama ulah temen lo lagi!" ancam Bagas. Ia pun menarik Ami meninggalkan kantin. Meninggalkan Titi yang menghapus air matanya karena merasa malu.
Ami menatap Titi dengan pandangan kasihan. Bagaimanapun Titi temannya juga. Ia hendak menghiburnya namun Bagas menggenggam tangannya dengan erat seakan tak mau ada seorang pun yang akan mengganggu Ami lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Zezen
perasaan.. aku jaman SMP g gini pacaran y🤔🤔. jangan harap bisa gandengan tangan, bisa² langsung di nikahin sama bapak🤣
2022-01-28
1
BirVie 💖🌈☁️
SMP blm kenal pacaran...cm jodoh2an n olok2an 🤣🤣🤣🤣🤣
2021-12-26
1
AuliaNajwa
jaman SMP aku suka sma lawan jenis tpi cuma bisa mengagumi 😁 . tpi ada si slh 1 cowo bilang ktanya suka sma aku pas kls 1 SMP aku nya tuh rada2 Telmi nggk ngrti pacara2an 😁
2021-12-15
0