Sudah seminggu Ami tidak ke rumah Nani. Ia masih bete karena menurutnya Nani berusaha menjebak dirinya untuk bertemu dengan Arif waktu itu. Bagaimana tidak, Nani sudah tau kalau siang itu Ami akan main ke rumahnya namun malah sengaja mengundang Arif agar Ami dan Arif bisa ketemuan.
Namanya juga berteman, walau mereka bertengkar namun akan kembali berteman lagi. Nani yang main ke rumah Ami. Kebetulan Ami siang itu lagi santai di kamarnya sambil mendengarkan radio.
"Lagi ngapain Mi?" tanya Nani yang sudah berdiri di depan pintu kamar Ami.
"Eh Nani. Sini masuk. Gue lagi ngerekam lagu dari radio. Bentar ya abis lagu ini ada lagu yang gue suka."
Nani pun masuk ke dalam kamar Ami. Tempat tidur Ami sangat besar, cukup untuk 3 orang. Berbeda dengan tempat tidur Nani yang hanya satu ranjang kecil.
Kehidupan perekonomian keluarga mereka memang berbeda. Nani hanyalah anak dari seorang security dengan ibunya yang harus bekerja di pabrik. Nani kesepian kalau siang hari karena di rumahnya tidak ada siapapun. Kedua orang tua dan kedua kakaknya sibuk dengan urusannya masing-masing.
Berbeda dengan Ami yang setiap pulang sekolah selalu disambut dengan Ibu Budi yang walau terlihat judes namun hatinya baik dan tidak tegaan. Ia langsung menyuruh Nani makan siang bersama begitu melihatnya.
"Oke. Lagunya dimulai." Ami langsung menekan tombol record di radionya. Kaset kosong sudah terpasang, sengaja Ia membelinya biar diisi lagu kesukaannya. Yang menyebalkan adalah kalau si penyiar radio sudah bicara sebelum lagunya habis. Rekaman yang Ami rekam tidak bagus jadinya.
Kenapa gak beli satu kaset aja sih? Biasanya kalau penyanyi ngeluarin album baru satu atau dua lagunya aja yang enak diantara 16 atau 20 lagu. Kalau ngerekam sendiri pakai kaset kosong kan bisa beberapa penyanyi. Paling enak tuh ngerekam di acara radio jam 8 malam. Jarang disela dengan suara penyiar jadi benar-benar hasil rekamannya seperti album asli si penyanyi.
Lalu kenapa Ami merekamnya di siang hari? Karena lagu-lagu di siang hari lebih update dibanding lagu-lagu di malam hari. Kenapa gak beli kaset kompilasi penyanyi-penyayi aja? Kan ada tuh yang kayak gitu. Hmm.... bener sih ada, tapi biasanya kaset kompilasi itu yang lagunya udah terkenal dan populer duluan alias udah sering diputer di radio baru dikumpulin jadi satu. Bagi Ami dirinya udah terlanjur bosan duluan.
Merekam kaset dari musik radio tuh ada sensasinya. Misalnya saat lagi nyanyi yang gak jelas, Ami bisa mengulang-ulang kasetnya sambil mencatat lirik lagu tersebut di buku diarynya.
Jangan salah, koleksi kaset Ami banyak. Biasanya Ami beli yang memang baru banget keluar seperti lagu Agnes Monica, Peterpan, Sheila on 7, Rossa dan Ada Band. Kalau lagu barat Ia beli yang kompilasi dan lagunya sudah terkenal.
Yang Ami suka dari beli kaset lagu barat adalah ada lirik lagu bahasa inggrisnya. Tau sendiri bahasa inggris Ami mepet.
"Huft.. Untunglah penyiarnya ngomongnya setelah lagu selesai. Kalau disela pas lagu lagi diputer bisa ngulang lagi deh rekamannya." Ami mematikan rekaman kasetnya dan mengeluarkan kaset miliknya dari radio. Bukan apa-apa, Akbar suka rese. Hasil rekamannya suka ditiban dengan rekaman yang lain.
"Ini baru Mi?" Nani mengangkat buku chord gitar yang berisi kumpulan lagu terbaru. Ami rajin membelinya. Biar saat memainkan gitar khasanah lagunya banyak.
Buku chord gitar biasanya terbit seminggu sekali. Berisi campuran lagu lama yang populer dan lagu baru yang lagi ada di top 10 lagu terpopuler di radio.
"Iya. Tadi tukang korannya jualan di depan sekolah. Pas gue liat ada lagunya Ada Band yaudah gue beli. Nih lo coba mainin aja. Gue ambilin lo minum dulu ya." Ami menyerahkan gitar miliknya. Gitar yang Ia beli hasil dari ikut arisan. Dapat arisan 110 ribu, harga gitarnya 100 ribu. Habis dalam sekejap padahal nunggu keluar arisannya bisa 4 bulan lebih.
Tak lama Ami kembali lagi dari dapur dan membawa air es untuk Nani. Nani paling suka air es yang Ami sajikan, karena di rumahnya belum punya kulkas. Di rumah Ami malah ada 2 buah kulkas, yakni kulkas biasa dan kulkas freezer.
Ami juga membawa bakwan goreng yang Ibu Budi buatkan. "Makan, Ni." tawarnya.
"Tau aja lo kalau gue suka gorengan." Nani menaruh gitarnya diatas paha dan mengambil sebuah gorengan. "Lo marah ya sama gue karena gue ngajak lo ketemuan sama Arif?"
Ami membaca majalah chord gitar dan mempelajari kunci gitar lagu yang Ia suka. Lumayan susah juga. Banyak not baloknya. Tangannya suka kapalan karena sering main gitar.
"Gak kok. Santai aja. Toh memang itu yang terbaik, kan gue jadi bisa mutusin hubungan gue sama Arif. Kasihan udah 2 tahun tuh anak gue gantungin hubungannya." jawab Ami sambil tidak memalingkan pandangannya dari majalah.
"Iya sih. Tapi gue kasihan sama Arif. Dia suka banget sama lo. Dia bahkan udah bikin handuk dengan sablon nama lo atasnya."
Ini yang membuat Ami malas dengan Nani. Seenaknya memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan perasaan Ami. Nani terlalu membela Arif dan gak mikirin perasaan Ami yang tertekan menjalani hubungan tanpa perasaan dan hanya berdasarkan rasa kasihan aja.
Ami teringat percakapannya dengan Bagas. Ia harus berani memutuskan sesuatu sebelum lebih menyakitkan nantinya. Ami mengangkat pandangannya dan menatap Nani yang berusaha mencuci pikirannya agar menurut dengan kehendaknya tersebut.
"Gue gak suka sama Arif dari pertama. Gue udah berusaha mendekatkan diri dan mencoba suka sama Arif dari awal namun gue gak bisa membohongi perasaan gue sendiri. Hubungan gue sama Arif udah kelar. Kalau gue terusin malah lebih nyakitin bagi gue dan Arif. Biarlah Arif sedih dan kasihan sekarang, daripada Dia terus mengharap gue yang malah lebih nyakitin lagi." entah keberanian dari mana tapi Ami akhirnya berhasil menyuarakan isi hatinya pada Nani.
Selama ini Ami selalu manut dengan setiap permintaan Nani. Diminta menemani pacaran sampai pulang malam dan diomeli Ibu Budi pun Ia mau, sampai rasanya bosan jadi obat nyamuk melulu. Di suruh menerima Arif jadi pacarnya pun Ia nurut. Tapi sekarang tidak lagi. Ami harus berani bilang tidak, jika tidak mau orang lain memaksakan keinginannya pada Ami lagi.
Lihatlah sekarang hasil dari ketegasannya. Hasil cuci otak yang Bagas lakukan. Nani tak berkutik. Ia tidak memaksakan lagi keinginannya pada Ami.
"Yaudah kalo emang itu yang terbaik buat lo berdua. Eh tapi nanti maghrib lo temenin gue ketemuan sama Taufik ya."
Huft... Ami menghembuskan nafasnya kesal. Ia sekarang dipaksa jadi obat nyamuk lagi. Kenapa Ami diajak terus saat ketemuan? Karena orang tua Nani tidak mau Nani pacaran dengan Taufik. Kalau ada Ami kan Nani bisa beralasan kalau lagi main dengan Ami gak sengaja ketemu Taufik. Ah alasan basi. Ami mulai jengah dengan keadaan ini.
"Maaf, Ni. Nanti malam Bu Hajjah Budi ada pengajian di majelis taklim. Pengajian malam jumat. Kalau gue ketahuan main keluar pas malem jumat bukannya baca yasin bisa kena omel gue. Lo ketemuannya besok aja pulang sekolah. Suruh Taufik jemput lo pulang sekolah." penolakan Ami yang kedua.
Raut wajah Nani terlihat kecewa dengan penolakan Ami bahkan sampai dua kali. Tapi mau bagaimana lagi, Nani tidak bisa terus menerus memaksakan keinginannya pada Ami.
"Yaudah deh, gue ketemu sendiri aja nanti malam. Gue gak mau Taufik sampai marah sama gue nanti."
Ami tersenyum. Senang karena bisa bilang tidak. Inilah ilmu pertama yang Bagas ajarkan. Berani bilang tidak atas sesuatu yang Ia tidak suka daripada lebih nyakitin diri sendiri.
Besoknya Ami dengan dari Nani kalau Ia bertemu dengan Bapaknya saat sedang jalan berdua dengan Taufik. Nani diomeli habis-habisan oleh Bapaknya. Huft... untung saja Ami gak ikutan.... selamat....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Miss Rumm
aku tebak otor ini seangkatan aku yah?🤣🤣🤣🤣🤣
2023-11-13
0
Hepi ervina
ya ampun berasa diseret ditahun aq smp beneran,, thn 2002 aq lulus smp
2022-11-21
0
Sofia
y gw itu syuka ngerecord di ksaet kosong..
2022-10-31
0