Bab 2

"Wuidih... gantungan kunci lo makin banyak aja nih." Widi langsung menyambut kedatangan teman sebangku yang sudah memaksa teman sebangku sebelumnya pindah dengan seenak udelnya sendiri. Widi dan Bagas sebelumnya pernah satu kelas jadi mereka sudah akrab sebelumnya.

"Yoi. Coba mana sini punya lo. Kita coba ukur ya beratan mana gantungan kunci punya lo apa punya gue." Bagas menadangkan tangannya meminta gantungan kunci milik Widi lalu membandingkan berat antara miliknya dan Widi.

"Ah masih kalah punya gue sama punya lo. Ntar gue beli lagi ah di depan sekolah biar bisa ngalahin punya lo." Bagas mengakui kekalahannya dari Widi.

"Ya jelas gue menang. Kan kemarin emak gue pulang kondangan bawa gantungan kunci 10 biji. Dasar emak-emak ya, doi ngerampok apa kondangan. Orang-orang dikasih sebiji eh Dia minta 10. Pas emak gue gak liat, langsung gue bawa kabur aja deh. Mantep gak tuh?" pamer Widi.

Ami hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar percakapan kedua orang di belakangnya yang menurutnya amat tidak berbobot tersebut. Ami menghela nafasnya. Tidak habis pikir bagaimana kedua orang yang menurutnya rada-rada bloon bisa begitu populer di kalangan para cewek.

Bagas sepertinya baru menyadari siapa yang duduk di depannya. "Eh ada si cantik Ratna." sapanya dengan lembut dan penuh godaan.

Ami sudah menduga kalau Ia tidak akan dianggap keberadaannya oleh Bagas. Apalah Dia jika bersebelahan dengan Ratna yang cantik dan sexy itu?

"Ih baru sadar lo kalau gue duduk di depan lo?" ujar Ratna yang sedang asyik memandang dirinya dari cermin bulat yang Ia selalu bawa.

"Sadar kok. Cuma tadi enggak ngeh aja kalau ternyata Ratna kok makin cantik aja sih?" gombal Bagas.

Setengah bibir Ratna terangkat. Walau tak mau mengakui namun gombalan Bagas lumayan membuat hatinya senang juga.

Acara saling menggoda antara Ratna dan Bagas terhenti karena wali kelas kami sudah datang.

"Selamat pagi semuanya!" sapa Pak Ade.

"Selamat pagi, Pak."

"Kalian pasti sudah kenal siapa saya. Karena saya terkenal tentunya."

Kepedean Pak Ade disambut dengan Huuuuuu seisi kelas dengan kompak.

"Nah... itu. Dengan kalian kompak begitu berarti kalian beneran kenal saya. Oke yang belum tau nama saya Pak Ade. Saya akan menjadi wali kelas 3-5. Kalian tau kan saya orangnya asyik kalau gak diusik. Santai kalau gak dibantai. Kalau kalian baik-baik, saya juga akan baik-baik. Kalau kalian nakal, hmmm.... go to the hell aja deh!" ucapan Pak Ade disambut dengan tepukan tangan tanda hormat kami.

Ami tersenyum senang memiliki wali kelas yang terkenal asyik dan gaul dengan anak muridnya tersebut.

"Seperti biasa, hari pertama sekolah adalah pemilihan ketua kelas, wakil, sekretaris dan bendahara. Silahkan ajukan siapa yang cocok untuk mewakili kalian."

Suasana kelas pun langsung riuh. Semua seakan saling menyebutkan calonnya. Setelah pemilihan suara yang sesuka hati anak-anak di kelas akhirnya terpilihlah Fajar yang sudah terbiasa jadi ketua kelas sejak dulu. Yang tidak disangka adalah terpilihnya Ami sebagai sekretaris kelas. Ami saja bingung tugasnya apa.

Ami punya firasat. Tahun ini akan menjadi tahun paling beda dalam hidupnya. Tahun Ia akan menemukan keasyikan dan keseruan masa sekolah yang tidak pernah Ia nikmati sebelumnya.

******

Ami membuka sepatu warrior miliknya dan melemparkan kaus kaki dengan asal. Tidak memasukkannya ke dalam sepatu. Ibu Budi yang melihat kelakuan anak bungsunya langsung teriak 8 oktaf dengan full speed berisi ceramah panjang lebar.

"Aaaamiiiiiii! Taro sepatu yang bener. Kaus kaki juga. Kalau kotor masukkin ke mesin cuci! Jangan digeletakkin aja sembarangan!"

Ami yang baru mau masuk ke dalam kamar mundur perlahan. Selain tomboy, Ami juga males. Males mengotori tangannya. Ia menjepit kaus kaki dengan jari kakinya dan menyelipkan ke dalam sepatu. Ibu Hajah Budi kalau titahnya gak dikerjakan bisa panjang urusannya. "Masih bersih. Baru ganti tadi pagi. Besok aja gantinya."

"Nah gitu dong. Yang rapi naruhnya. Sana ganti baju dan sholat, abis itu baru makan siang. Ibu masak terong balado tuh!"

"Iya." Ami masuk ke dalam kamar dan meletakkan tasnya diatas meja belajar. Ia mengambil baju santainya yakni celana pendek dan kaos oblong lalu mengganti seragam sekolahnya.

Rumah kalau siang hari memang sepi. Hanya ada Ibu Budi dan Ami. Ibu Budi biasanya lagi setrika baju di ruang tamu. Akbar masih belum pulang sekolah.

Ami mencuci tangannya hendak makan siang. Badan Ami memang kurus tapi nafsu makannya besar. Seharian di sekolah membuatnya lapar. Walaupun sudah jajan mie ayam dan es teh manis tetep aja kurang.

Ami makan siang dengan lahap di ruang tamu. Hanya di waktu sianglah Ia bisa dengan tenang menonton TV sebelum si setan Akbar datang dan merebut remote Tv dan menguasainya sendiri.

"Bukannya sholat dulu baru makan eh malah kebalik." gerutu Ibu Budi.

"Udah laper. Ntar gak konsen sholatnya." kata Ami beralasan.

"Bisa banget alesannya. Awas aja sampe gak sholat!" ancam Ibu Budi.

Ibu Budi sepertinya tahu apa yang Ami rencanakan. Benar saja, Ami sehabis makan bukannya langsung ngambil wudhu eh malah diam-diam mengambil radio dari dalam kamar Ibu Budi.

Dengan mengendap-endap Ami membawa masuk radio ke dalam kamarnya. Seperti sudah feeling, Ibu Budi langsung berteriak sambil setrika baju. "Bukannya langsung sholat malah nyetel radio. Sholat dulu sana!"

Dasar Ami badung, Ia tetap saja mengacuhkan omongan Ibu Budi. Ia mengambil colokan radio dan hendak memasukkannya dalam stop kontak. Posisi stop kontak yang berada di belakang lemari membuatnya harus meraba-raba letak stop kontak tersebut. Malang baginya, bukan pinggiran stop kontak yang Ia pegang tapi malah besinya. Tiba-tiba......

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....." teriak Ami dengan kencang.

"Kenapa?" Ibu Budi langsung berlari menuju kamar Ami dan melihat Ami sedang memegang tangannya dengan pandangan kaget.

"Kesetrum." jawab Ami masih syok.

Ibu Budi bukannya khawatir malah tersenyum. "Syukurin. Siapa suruh disuruh sholat malah nyetel radio. Makanya kalau orang tua ngomong tuh dengerin. Udah sana ambil wudhu. Untung aja gak kenapa-kenapa!" Ibu Budi pun melenggang pergi meninggalkan Ami yang masih bengong.

Ami langsung berlari menuju kamar mandi dan mengambil wudhu. Ia kali ini kapok tidak sholat tepat waktu.

Ibu Budi tersenyum melihat ulah anak badungnya tersebut. Harus kena hukuman dulu tuh anak baru mau sholat. Dasar anak jaman sekarang, udah gak takut sama dosa dan Tuhan.

******

Jam 5 sore. Ibu Budi sudah rapi dan memakai lipstik merah kesukaannya. Air teh manis panas sudah tersedia di meja makan. Ia pun duduk di teras depan rumahnya menunggu pulangnya Pak Budi dari kantor.

Dimanakah Ami berada? Ami juga gak mau kalah. Ia juga menunggu Pak Budi pulang kerja. Menunggu buah tangan yang biasa Pak Budi bawa.

Dari kejauhan sudah terlihat Pak Budi sedang berjalan kaki membawa plastik lumayan besar. Wajahnya lelah sehabis bekerja namun melihat anak dan istrinya menyambut kedatangannya rasa lelah pun menguap hilang.

Ia memberikan plastik buah tangannya pada Ami yang langsung memeriksa apa barang bawaan yang Pak Budi bawa. Masih hangat. Ami mencium baunya, ternyata martabak keju.

"Asyikkk! Martabak keju!" Ami pun meloncat kegirangan memasuki rumah. Receh sekali arti bahagia buatnya. Hanya dengan dibawakan pulang martabak saja sudah bahagia.

Ibu Budi tersenyum menyambut kedatangan Pak Budi. Tangannya terjulur ingin mencium tangan suaminya yang sudah lelah mencari uang demi menghidupi keluarganya.

Bapak Budi hanyalah tamatan SR alias Sekolah Rakyat. Kemampuannya menjadi teknisi listrik membuatnya menjabat sebagai kepala teknisi di salah satu kedutaan besar di Jakarta.

Walau tak pernah mengenyam bangku kuliah namun Ia mampu membiayai anak-anaknya sekolah tanpa perlu merasa kekurangan. Bahkan Ia membantu meminjamkan uang untuk kuliah keponakan Ibu Budi.

Pak Budi meminum air teh yang masih hangat setelah mencuci tangannya terlebih dahulu. Ami sibuk memindahkan martabak ke piring dan mengambil bagian paling ujung dan paling besar untuk dirinya sendiri. Mumpung Akbar belum tau, kalau tahu pasti akan diambil Akbar.

Satu pantangan yang tak boleh dilakukan adalah membicarakan tentang uang saat Pak Budi baru pulang kerja. Haram hukumnya. Harus menunggu Pak Budi selesai mandi dan pulang sholat maghrib dari masjid dulu baru boleh. Kalau tidak, alamat akan disembur atau diocehin duet maut Ibu dan Bapak Budi.

******

Selepas sholat maghrib, Ami memakai baju tangan panjang yang kebesaran dan memakainya. Tak lupa memakai celana milenium kesayangannya. Celana milenium memang sedang tren pada masanya. Ia pun pergi ke rumah sahabatnya, Nani.

Nani sudah kenal dengan Ami sejak kelas 1 SMP. Mereka satu pengajian dan mulai akrab sejak itu sampai bersahabat. Biasanya sepulang sekolah Ami selalu mampir ke rumah Nani. Berlatih gitar dan bernyanyi. Ya sambil curhat juga.

Nani tidak cantik, namun banyak laki-laki yang menyukainya. Bahkan gebetan Ami pun sukanya sama Nani. Ami bak pungguk merindukan bulan, berharap suatu hari nanti gebetannya akan melihat kepada dirinya dan bukan pada Nani. Tapi sampai kapan?

Kesalahan Nani hanya satu. Nani terlalu memberikan harapan palsu pada Ami. Nani selalu membesarkan hati Ami dan berkata kalau gebetan Ami sebenarnya menyukai Ami dan menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan cintanya. Ami pun percaya. Ami menelan bulat-bulat setiap harapan yang Ia dengar, tanpa Ia sadar kalau Ia hidup dengan terlalu banyak berharap.

⚘⚘⚘⚘Sudah Bab 2 nih. Kita mulai lebih dekat ya dengan karakter Ami. Jangan lupa like dan vote tentunya. Oke?? ⚘⚘⚘⚘⚘

Terpopuler

Comments

Stella Sandira

Stella Sandira

kisah nya real bnget deh,, gue dulu waktu bocah nungguin BPK gue balik yg ditungguin ya bawa tengtengan kadang bakso,martabak,roti bakar, uhh kangen bnget masa itu

2022-12-15

0

merti rusdi

merti rusdi

Warrior!! sepatu wajib jaman sekolah! 😂

2022-06-12

0

Henny Kesumawati

Henny Kesumawati

next

2022-02-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!