Bab 1

Tahun 2001

Kamidia Lestari. Anak bungsu pasangan Bapak dan Ibu Budi yang berbeda dari kedua kakak-kakaknya. Tubuhnya kurus dan tinggi. Pada jaman itu disebut dengan istilah Junkies alias jangkung kurus item nuaaajiss.

Ami, begitu Kamidia biasa dipanggil. Anak yang dianggap berbeda dibanding kedua kakaknya. Kakak pertamanya sudah menikah dan memiliki anak yang hanya berbeda 6 tahun saja dengan Ami.

Loh kok jarak umurnya jauh banget. Jadi tuh Ami lahir karena 'kebobolan' tau kan maksud 'kebobolan' itu apa? Proses kebobolan terjadi manakala Bapake sudah yakin kalau Mamake gak bakalan hamil eh dengan sengaja menyemprotkan ribuan calon presiden di malam yang hujan itu, eh ternyata ada sebiji yang nyangkut dan akhirnya tekdunglah itu Mamake.

Bukan hanya kakak pertama Ami yang kecewa karena saat Ia SMA harus menimang bayi. Note, bayi Mamanya. Alias adik kandungnya sendiri. Jadilah Ambarwati (nama kakak pertama Ami) selalu menggerutu setiap melihat Ami.

Masa SMA Ambar selalu menutupi keberadaan Ami. Ia takut kalau sampai ketahuan teman sekolahnya maka akan diledekkin karena udah gede masih aja minta dibuatin adek. Ini adalah dendam kesumat Ambar pada Ami yang dimulai sejak Ami lahir.

Dendam kesumat Ambar berikutnya adalah hubungan percintaanya yang ditentang dengan keras oleh Bapak Budi. Ambar harus pacaran secara sembunyi-sembunyi jangan sampai ketahuan Bapak Budi.

Ketika hubungan Ambar akhirnya direstui, Bapak Budi pun mengajukan syarat. Kalau mau mengajak Ambar keluar malam minggu harus mengajak Ami. Lah coba itu bayangkan, pacaran ngajak anak umur 5 tahun ke bioskop? Ami sih seneng-seneng aja karena ditraktir Buavita rasa jambu sebagai upah dirinya harus anteng dan diem selama di bioskop.

Tapi penderitaan Ambar sudah berakhir setelah akhirnya Bapak Budi merestui dan menikahkan dirinya dengan laki-laki yang dulu amat ditentangnya. Ambar pun pindah rumah.

Sekarang hanya tinggal Ami dan Kakak laki-laki satu-satunya kesayangan Ibu Budi. Setelah Ambar, ternyata ada juga yang dendam kesumat atas kelahiran Ami. Ia adalah Akbar.

Akbar adalah anak laki-laki kesayangan Ibu Budi. Ibu Budi bahkan secara terang-terangan membeda-bedakan kasih sayangnya terhadap Akbar dibanding anaknya yang lain.

Akbar awalnya merasa aman. Ia jadi anak bungsu sekaligus anak laki-laki kesayangan. Namun kelahiran Ami membuat Akbar menjadi 'bontot gak jadi'. Rasanya gak enak. Kayak gimana ya, hmm... kayak mau bersin udah gatel di hidung udah tinggal hacim tapi gak jadi. Kesel. Jadilah Ami bulan-bulanan keegoisan Akbar.

Kalau Ibu Budi dengan terang-terangan membedakan anak-anaknya, beda dengan Bapak Budi. Bapak Budi justru gelap-gelapan membedakan anaknya. Diam-diam Ia suka memberikan uang untuk modal Ambar berumah tangga. Ia juga suka diam-diam memberi tambahan uang jajan untuk Ami. Pokoknya jangan sampai Ibu Budi dan Akbar tau deh.

Ami yang baru duduk di bangku SMP itu ikut sarapan bersama Bapak Budi. Ami yang memiliki kecondongan mengikuti gaya hidup orang Jepang yang bangun tidur langsung sarapan sampai lupa mandi pun langsung menyendok nasi di piringnya.

"Cuci muka dulu, Mi. Jorok banget anak perempuan itu belek masih nongkrong di mata udah nyendok nasi aja." omel Ibu Budi.

Bapak Budi hanya melirik sekilas sambil masih menikmati sarapan hanya dengan ikan asin gabus yang Ia comoti sedikit demi sedikit dan sisanya untuk sarapan besok. Ia tak peduli dengan keributan pagi ini, Ia meneruskan sarapannya karena harus segera berangkat kerja sebelum kesiangan.

Dengan masih setengah sadar Ami pun berjalan menuju kamar mandi dan mencuci tangan serta mukanya lalu kembali lagi ke meja makan. Sekolah Ami jaraknya hanya 10 menit berjalan kaki. Ami mengambil sepotong tempe goreng dan ikan cue yang Ia makan dengan nikmat dengan nasi panas.

Itulah bedanya orang susah dengan orang kaya. Orang kaya sarapan dengan keju dan daging ham. Orang susah mah pakai ikan asin dan tempe. Gimana mau pintar coba? Tapi jangan salah, Ami adalah anak yang cerdas.

Sejak umur 5 tahun Ami sudah pandai menghapal nama menteri di kabinetnya Bapak Presiden Soeharto. Ia pun terkenal di lingkungan rumahnya sebagai si hapal nama menteri. Setiap yang bertemu dengannya selalu bertanya: "Ami, nama mentri perekonomian siapa?" dan semua selalu terpukau dengan kecerdasannya.

Bapak Budi kalau jalan bareng dan melihat Ami banyak yang nanya begitu amatlah bangga. Putri bungsunya amat cerdas. Di usia sekecil itu sudah hapal nama menteri.

Ami baru saja selesai sarapan. Berbarengan dengan Bapak Budi yang akan berangkat ke kantor. Jangan ditanya naik apa, jawabannya adalah naik patas. Jaman dulu disebutnya Patas bukan Bus.

Ami mengambil handuk dan hendak mandi namun si empunya dendam kesumat, si bontot gak jadi langsung ngepot kayak Valentino Rossi dan menyalip langkah Ami langsung masuk ke dalam kamar mandi.

"Aa Akbar rese banget sih! Ami udah telat nih." Ami pun menggedor-gedor pintu kamar mandi yang sudah ditutup rapat oleh Akbar.

Ibu Budi yang habis merapihkan bekas sarapan Ami pun berkata. "Emang enak. Makanya bangun tidur langsung mandi ini anak gadis langsung aja sarapan. Jadi diserobot deh sama si Akbar."

Memang ya unsur pilih kasih Ibu Budi begitu kentara. Padahal Ami tahu Ia yang sengaja membangunkan Akbar saat Ami asyik sarapan. Bak dua sejoli mereka pun bekerja sama membuat Ami telat.

Ami hanya bisa menunggu dengan pasrah sampai Akbar keluar setengah jam kemudian dengan wajah tak ada dosa.

"Kebiasaan banget sih kalau orang lagi mandi digedor-gedor!" lah malah Akbar yang ngomelin Ami. Tak mau menanggapi perkataan Akbar, Ami pun langsung masuk ke dalam kamar mandi dan mandi kilat 5 menit kelar.

Ami terburu-buru berlari sampai ke sekolah. Waktu sudah jam 7 kurang 10 menit. Ia harus ngebut kalau tidak Ia akan dikunciin sama Pak Kumis, satpam sekolahnya.

Tepat jam 7 kurang 5 menit Ami masuk dengan selamat melewati penjagaan super ketat Pak Kumis. Ia pun mengatur nafasnya dan mengibaskan pelan baju sekolahnya agar ada angin yang masuk.

Hari ini adalah hari pertama Ami masuk sekolah dan menempati kelas 3 yang berada di lantai 3 juga. Rambut Ami yang dipotong amat pendek seperti potongan laki-laki membuat teman yang dulu sempat sekelas dengannya pun terpukau tidak percaya.

Semua pasang mata menatap ke arah Ami. Ami yang biasanya berambut panjang sampai ke pinggang namun datang dengan rambutnya yang dipotong amat pendek. Ami memang terkenal satu sekolah karena kepintarannya. Wajar kalau seisi kelas menatapnya seakan sudah kenal lama padahal Ami gak hapal siapa mereka.

Ami mencari kursi kosong, kebetulan ada salah seorang cewek cantik yang Ia kenal lumayan akrab dan menawarinya duduk bareng.

"Sini, Mi. Bareng gue aja duduknya." ujar Ratna si cantik dan sexy yang membuat banyak laki-laki demen banget dekat dengannya.

"Bener nih? Gak ada yang duduk di sini?" kata Ami berbasa-basi.

"Gak ada. Udah duduk aja."

"Yaudah." Ami pun menaruh tas nya di pinggir kursi kayu. Ia memandang sekilas keadaan sekitar. Di depannya teman sejak Ia kelas 1, Feby dan di belakangnya ada Widi dan Samuel. Posisi tempat duduk pas banget sejajar pintu masuk dan berada di tengah-tengah.

Ami mengenali sebagian anak-anak di ruangannya. Selain pernah satu kelas juga mereka anak-anak yang lumayan terkenal. Ibaratnya cowok-cowok ganteng di sekolahnya berkumpul disini.

Ada Richard, mantan pacar sahabat masa kecil Ami yang ganteng tapi terkenal bloonnya ampun-ampunan. Aryo, bisa dibilang Indro Warkop jaman masih muda dan masih ada rambutnya. Ups... sekarang kayaknya masih ada juga sih tapi sedikit. Widi, si wajah anak baik-baik tapi terkenal suka PHP anak orang. Dion, si blasteran yang medok ngomong logat Jawanya.

Krincing... krincing... suara gantungan kunci terdengar sedang menuju ke lantai atas dari bawah tangga. Sekarang lagi jamannya mengumpulkan beraneka gantungan kunci dan disangkutkan di tas. Semakin banyak semakin keren.

Semua mata tertuju ke arah pintu karena suara krincingan dari gantungan kunci terdengar menuju kelas Ami. Wali kelas belum masuk ke dalam kelas jadi semua fokus melihat siapa yang datang.

Dengan santainya pintu kelas pun dibuka. Inilah pertama kalinya Ami mengenal seorang Bagas Perdhana. Senyum memukau milik Bagas tertuju kepada setiap orang yang memandangnya.

"Hi semua!" sapa Bagas dengan santainya. Tak memperdulikan bahwa dirinya sudah terlambat masuk kelas.

Bagas mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Matanya pun tertuju pada si cantik Ratna yang duduk bersama Ami si pintar. Bagas melihat Widi yang duduk bersama Samuel dan berjalan menghampirinya.

Bagas menepuk bahu Samuel. "Minggir lo! Gue mau duduk disini." Entah pesona apa yang Bagas miliki sehingga membuat Samuel langsung menurut dan pindah tempat duduk.

⚘⚘⚘⚘⚘ Bagaimana pembukaannya? Lumayan gak? Ini baru basa-basi basi loh. Bakal ada yang lebih seru dan tentunya gak nyangka deh jalan ceritanya gak ketebak banget. Makanya vote dan like yang banyak, oke? ⚘⚘⚘⚘⚘

Terpopuler

Comments

ani surani

ani surani

bawa2 keluargaku sih thor ? Akbar anakku no. 2. nama Ami juga hampir sm dgn aku ANI. jangan2 ini nyeritain keluargaku nih 🤔
awas, nti aku hrs dpt royalti loh thor 😁😁

2024-11-19

0

ani surani

ani surani

patas = tempat terbatas

2024-11-19

0

ani surani

ani surani

& yg jadi bukan presiden 😅😅😅

2024-11-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!