Liburan ini sangat memberatkan Aimi. Karena dia harus rapi mengatur rencana liburan bersama Alex dan juga Rio. ditambah ada perlombaan catur antar mahasiswa Akademi Keperawatan dari berbagai kabupaten dan Aimi ditunjuk untuk mewakili Kampus. Masalah pak Ustadz sudah hilang tak perlu diceritakan lagi disini karena doanya tidak mempan.
Aimi sepertinya harus cari doa lain yang lebih kuat.
Tapi untuk saat ini masih belum menemukan alias zonk.
Aimi sudah menyusun rencana jalan dengan Rio hari senin, dan jalan bersama Alex hari Rabu. dan lomba catur diadakan hari sabtu di kota sebelah.
Soal lomba catur Aimi tak terlalu memikirkan karena dia sering main catur di rumah bersama tetangganya, jadi tidak perlu latihan lagi.
Kalah ataupun menang bukan masalah baginya karena dia sudah malas berpikir, otak nya sudah sangat penuh.
Kabar Rio pergi ke rumah Alex ternyata sudah aman terkendali.
Alex memberi kabar bahwa Rio memang pernah datang kerumahnya dan kebetulan Alex tidak ada di rumah sehingga mereka berdua belum ketemu sampai sekarang.
"Ya Tuhan engkau masih sayang padaku sekali lagi".
Kata Aimi dalam hati.
Tepat hari senin, Rio SMS pada Aimi, dia bilang tidak jadi kencan karena dia sakit typus. Emang selain kurus, Rio juga sering sakit. Bisa jadi kalau nasib Aimi menjadi istrinya nanti dia akan merawat Rio karena sakit.
"Aimi, kita gak jadi kencan hari ini ya, aku sakit" Kata Rio.
"Iya Rio, gak apa apa, cepat sembuh ya"? Ucap Aimi.
"Aku belum bisa menjenguk nih, sepedaku dipakai ayah" Kata Aimi.
"Gak apa-apa Aimi, aku sudah minum obat kok, nanti juga sembuh sendiri" Kata Rio.
Dalam hati Aimi sedikit lega, berati hari ini dia bisa kencan dengan Alex tanpa hambatan.
Kencan dengan Alex Aimi majukan menjadi hari senin, dan Alex setuju.
Tepat jam 9 pagi Alex sudah menjemput Aimi.
Aimi minta izin pada ayahnya jika hari ini dia kencan dengan Alex dan pulangnya agak sore.
"Ayah, aku izin jalan-jalan dengan kak Alex ya , buat hiburan ku nih biar otak bisa fresh" Kata Aimi.
"Iya Aimi, hati hati di jalan ya"? Kata ayah Aimi.
"Iya Ayah" Jawab Aimi.
Ayah Aimi juga berpesan pada Alex.
"Nak Alex, jagain Aimi ya"? Kata ayah Aimi.
Alex menjawab permintaan Ayah Aimi.
"Iya pak saya jagain dik Aimi" Jawab Alex menyanggupi.
Aimi langsung saja berangkat dengan Alex. Hari ini Aimi bersama Alex jalan-jalan ke kota sebelah. Alex mengajak Aimi melewati jalan pintas agar cepat sampai.
Sepanjang perjalanan suasana mendung tapi tidak hujan, adem banget.
Aimi membawa jaket tapi suasana dingin nya tetap dapat menembus tulangnya.
"Kak alex, Aimi peluk ya, dingin nih" Ucap Aimi.
"Iya Aimi, peluk saja, Kak Alex mau jalan pelan pelan" Jawab Alex.
"Iya kak" Ucap Aimi.
Sepanjang perjalanan ke kota sebelah, Aimi lalui dengan sangat indah. Sejenak Aimi melupakan cinta Rio yang semakin terkikis.
Bersama Alex Aimi bisa menjadi Aimi yang sebenarnya.
Sampai di kota sebelah, Aimi dan Alex pergi ke taman bunga. Disitu Aimi melepaskan kepenatan atas segala rutinitas yang ada, tentunya bersama Alex.
Sambil bercanda ria tak sengaja Aimi melihat tatapan mata yang selalu mengintainya bersama Alex. Entah siapa Aimi tak perduli. Lagian ayah Aimi sudah mengizinkan.
Alex membelikan Aimi minuman segar. Aimi langsung meminum nya dan sangat lega di tenggorokan.
Aimi bersandar di pundak Alex yang emang sudah disediakan Alex hanya untuk Aimi seorang. Empuk banget.
"Aimi, kamu mau aku lamar"?
"Putusin Rio, kakak janji akan nikahin Aimi".
"Kakak jarang serius seperti ini, Aimi."
Alex menatap mata Aimi sangat dalam
"Iya kak, tunggu ya, Aimi masih bingung".
Dalam hati Aimi sangat bingung.
"Waduh, ini makin berat beban ku jika kak Alex serius".
"Kak Alex hanya pelarian dari Rio. Dan aku tidak berencana sedikitpun jadi istrinya".
Alex tetap menerima Aimi, dan dia paham dengan kondisi Aimi saat ini. Alex hanya berpesan jika Aimi dan Alex tidak berjodoh Alex akan menikah setelah Aimi menemukan pria yang tepat buatnya.
Dalam hati Aimi dia berucap
"Alhamdulillah, aku menemukan cowok yang setulus kak Alex".
Hari sudah semakin sore, Aimi dan Alex pulang dengan perasaan senang. Sepanjang perjalanan sepertinya ada yang mengikuti Aimi bersama Alex dari belakang, tapi entah siapa itu.
Benar saja, di jalanan sepi, dua orang dengan menaiki sepeda motor usia sekitar 25 tahunan mencegat Aimi dan Alex. Mereka semua memakai masker dan kacamata sehingga wajah mereka tak terlihat oleh Aimi maupun Alex. Sepertinya mereka ingin memukul Alex, bukan Aimi.
"Ada apa ini"?
Alex bertanya dan terlihat wajah Alex pucat.
"Kamu Alex kan"? Tanya preman itu.
Sambil bertanya, dua preman itu langsung memukul wajah Alex dua kali. Alex jatuh tersungkur.
Aimi berusaha melerai perkelahian mereka, anehnya mereka tidak memukul Aimi juga.
Aimi melindungi Alex sekuat tenaganya.
"Hentikan " ! Ucap Aimi dengan keras.
Aimi menangis sejadi jadinya. Sepertinya air mata Aimi akan habis hari ini dan butuh cairan untuk menggantinya.
Ketika salah satu preman hendak memukul Alex lagi, Aimi berlari melindungi Alex dan pukulan itu menimpa Aimi.
Aimi seperti terbang melayang ke langit ketujuh, suasana seperti gelap gulita, dan Aimi tidak sadarkan diri.
Setelah memukul Aimi hingga pingsan, dua preman itu segera berlari entah kemana.
Alex mendekati Aimi yang terbaring di jalanan dan tak sadarkan diri.
"Aimi...."Panggil Alex.
Tak ada jawaban dari Aimi.
Alex langsung menggendong Aimi dan membawanya ke Puskesmas terdekat.
Sampai di Puskesmas Alex langsung menemui dokter jaga pada hari itu.
"Dokter tolong bantu pacar saya" Kata Alex.
"Oh iya pak, sebentar ya kami periksa dulu, bapak diluar dulu ya"? Ucap dokter jaga.
Dokter menenangkan Alex yang saat itu cemas.
Alex seorang perawat dan dia biasa saja melihat orang yang terluka, tapi tidak untuk Aimi.
Selesai diperiksa dokter Alex dibolehkan menemani Aimi.
Alex berkata pada Aimi
"Aimi, kamu sudah sadar"?
Aimi mulai membuka mata, terlihat Alex dengan wajah yang masih memar, menggenggam tangan Aimi dengan lembut.
"Aku dimana ini kak"?
Aimi bertanya lagi pada Alex karena dia masih bingung.
"Kamu ada di puskesmas sayang" Kata Alex.
"Kak Alex gak apa apa"? Tanya Aimi.
"Kok bisa antar Aimi sampai kesini, kak Alex kan tadi dipukul"? Aimi bertanya lagi.
" Kak Alex gak pusing kan"? Ucap Aimi.
Alex menjawab
Enggak Aimi, kak Alex gak apa apa",
hanya luka kecil saja.
"Setelah kamu pingsan preman tadi langsung kabur gak tau kemana".
Hanya itu jawaban Alex pada Aimi dan kata itu, membuat Aimi lega.
Setelah dipantau selama 1 jam oleh dokter dan Aimi tidak apa apa, mereka diperbolehkan untuk pulang.
Sepanjang perjalanan Aimi masih takut, dan Alex menenangkan hati Aimi.
Aimi langsung menelepon ayahnya kalau Aimi pulang agak larut malam karena hujan deras, dan ayah Aimi menyarankannya untuk berteduh dulu.
Sengaja Aimi berbohong pada ayahnya agar dia tidak cemas. Luka Aimi juga tidak kelihatan, jadi aman lah.
Sampai rumah waktu menunjukkan pukul 9 malam, Alex langsung izin pulang karena dia juga sangat lelah hari ini.
Pengalaman hari ini sungguh mendebarkan hati Aimi.
"Siapa dua preman itu"?
"Apa kak Alex punya musuh"?
"Atau orang itu mau merampok"?
"Kalaupun merampok, kenapa semua barang berharga yang Aimi bawa bawa tidak hilang"?
Aimi terus berpikir semalam suntuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
RFR
Bacaannya bagus kak
2020-11-05
1