Ujian Nasional
Ujian Nasional kurang seminggu lagi. Aimi menghubungi Rio untuk tidak mengganggunya karena Aimi sedang fokus untuk belajar.
Rio menyanggupi tanpa banyak bertanya. Seminggu sebelum ujian, Aimi membatalkan segala janji yang sudah dia buat sebelumnya dengan Rio.
Kebosanannya kepada Rio, Aimi tutupi dengan alasan fokus belajar.
Padahal di rumahnya, Aimi asyik bermain dan bercanda dengan adiknya. Aimi hanya membuka buku alakadarnya saja. Tiap satu mata pelajaran, Aimi hanya sanggup membaca 10 menit saja.
Saat ini yang Aimi andalkan hanya doa, keberuntungan, nulis contekan, dan janji manis kak Isem.
Hari Senin pagi, Ujian nasional dimulai. Aimi bersiap untuk ujian. Pensil 2 B, alas untuk ujian, penghapus pensil dan segala keperluan ujian sudah siap di tas Aimi. Sebelum berangkat sekolah, Aimi minta doa restu ayah ibunya.
"Ayah ibu aku berangkat" Ucap Aimi kepada ayah dan ibunya.
Ayahnya menjawab, "Iya nak, semoga kamu lulus nak" Ucap Ayah Aimi kepada Aimim
****************
Di Sekolah
Sampai di sekolah, Aimi langsung menuju ke ruang ujian yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah.
Posisi Rio tidak satu kelas dengan Aimi.
Aimi dan Rio hanya bertemu sebentar di depan sekolah, mereka saling bertegur sapa seperti biasa, tidak mesra seperti dulu.
Hari terasa hambar, Aimi bosan banget dan pengen ganti cowok yang lain.
Aimi bosan sama yang namanya Rio. Bosan kuadrat.
Rio memandang Aimi dengan tatapan mata redup meremang, seakan dia mengerti tentang gelagat Aimi.
Ujian pun dimulai, Aimi duduk di bangku paling depan sebelah kiri. Teman-teman Aimi pasrah pada Aimi untuk masalah jawaban.
Oh iya Aimi belum cerita ya? sebodoh bodohnya dia, di kelas buangan ini yaitu kelas 3 IPS 3, Aimi selalu meraih juara 1.
Aimi meraih juara satu bukan tanpa alasan. Tiap hari yang rajin masuk sekolah hanya Aimi, Susi, dan Bahtiar. Sedangkan yang lainnya, banyak yang bolos, dan para guru sudah tidak mampu menahan kenakalan teman sekelas Aimi.
Subhan kawan Aimi, salah satu siswa tergarang di kelas Aimi, duduk tepat dibelakang Aimi.
Dia mengancam, pokoknya jawaban yang dia kerjakan harus sama persis dengan Aimi, tidak boleh berbeda sedikitpun.
Jika ada jawaban yang akan diubah oleh Aimi satu nomor saja, harus lapor ke dia.
Aimi mulai mengerjakan soal pertama, yaitu pelajaran Ekonomi Akuntansi.
Dia buka soal pertama, dan bagi Aimi soal yang dikerjakannya itu terasa sulit banget.
Karena sangat sulit, Aimi mulai membuka catatan kecilnya pelan-pelan, sambil melirik suasana dan keadaan lapangan. Apakah saat itu pengawas ujian sedang menatapnya atau tidak.
Terlihat rumus-rumus tercatat rapi dalam catatan kecil itu. Aimi mengerjakan soal sesuai rumus dan alhamdulillah ketemu jawabannya.
Lega sejenak.
Soal demi soal Aimi kerjakan dengan susah payah. Ternyata Aimi hanya sanggup mengerjakan sampai soal nomor 9, padahal soal yang diberikan negara berjumlah 50 soal.
Bayangkan saja Aimi hanya bisa mengerjakan 9 soal saja.
Jika dinilai, Aimi hanya mendapat nilai 0,9 dan itupun kalau jawaban Aimi benar semua.
Dari pengalaman ini, Aimi bisa mengetahui kemampuannya. Ternyata kemampuannya sangat jauh dari rata-rata.
Kecerdasan otaknya ternyata tidak dapat diandalkan, hanya keberuntungan saja jika bisa lulus dengan hasil jerih payah sendiri, tanpa mencontek.
Hp di kantong Aimi bergetar, tanda kak Isem sudah mengirimkan jawaban kepadanya. Aimi segera membukanya pelan-pelan. Alhamdulillah pengawas tidak tau gelagat Aimi karena wajah Aimi tampak tenang dan lugu.
Lanjut dan lanjut terus.
Kiriman jawaban kak Isem telah sampai dan terkirim ke hp Aimi ketika waktu mengerjakan soal masih kurang 30 menit.
Ternyata jawaban kak Isem sama dengan jawaban Aimi yang memang Aimi yakini benar.
Dengan keyakinan tekad pasrah pada Allah yang Maha Kuasa, Jawaban yang dikirim kak Isem segera Aimi salin di kertas ujiannya.
Pelan tapi pasti, jawaban di hp Aimi berpindah ke kertas ujian Aimi dan dalam pengerjaannya, Aimi membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Dalan menyalin jawaban, Aimi tak melihat soal lagi karena soal yang ada di hadapannya membuat otak makin pusing.
Sementara itu,Tampak Subhan sedari tadi menunggu jawaban dari Aimi.
Setelah Aimi selesai mengerjakan soal ujian, Subhan teman Aimi menyalin jawaban Aimi, begitu seterusnya sampai jawaban meluncur ke bangku terjauh dari Aimi.
Alhamdulillah 90 persen teman sekelas Aimi mempunyai waktu yang cukup dan berhasil menyalin jawaban yang mereka peroleh dari Aimi.Tekad siswa-siswi sekelas Aimi adalah satu orang lulus , semua harus lulus.
Waktu ujian sudah selesai, Aimi segera bergegas untuk pulang kerumahnya karena malas bertemu dengan Rio.
Walau Rio tidak melakukan kesalahan terhadap Aimi, entah kenapa bosan Aimi kian menjadi jadi.
Bosan pada Rio bagaikan seminggu makan nasi goreng saja tanpa menu lain. Sedangkan menu yang diinginkan Aimi harusnya berganti tiap hari, dan itu tak didapatkannya lagi.
Manusia butuh ganti menu, sekarang nasi goreng, besok bakso, lusa sayur, dan seterusnya agar pikiran bisa tenang tanpa beban keinginan yang terpendam.
Aimi berlari kecil, tanpa menoleh ke sekelilingnya. Pokoknya harus cepat pulang dan sembunyi dari Rio. Seperti lagi main petak umpet saja ya?
Ketika langkah Aimi telah sampai ke pintu gerbang sekolah, hatinya bersuka cita, karena dia bisa lari dari Rio yang membosankan matanya.
Tapi, apa yang terjadi?
Rio tetap saja menemukan Aimi dan memanggil,
"Aimi !
"Ayo Aimi aku antar pulang" Ucap Rio kepada Aimi.
"Kena tangkap deh aku" pikir Aimi dalam hati.
Perjuangan Aimi dengan berlari kecil dan mengabaikan tegur sapa teman sekolahnya hari ini pupus sudah. Aimi tetap bertemu Rio. Takdir Tuhan tak bisa di cegah. Usaha Aimi untuk menghindar sudah dilakukannya.
Tapi Tuhan berkehendak beda, dan itu harus dijalani.
"Oke Rio" Ucap Aimi kepada Rio.
Dengan tersenyum kecil, Aimi mengiyakan ajakan Rio. Tanpa melakukan penolakan. Hanya pasrah. Seperti ikan yang sudah kena pancing, dan siap digoreng oleh pemancing ikannya.
Diperjalanan, Rio mengajak Aimi mampir untuk membeli bakso Bang Karyo, dia mentraktir Aimi. Bakso Bang Karyo adalah salah satu bakso ter enak di daerah dekat SMA nya, harga nya juga terjangkau, waktu itu hanya 5000 rupiah saja.
Selain bakso, Aimi juga minum es teh manis yang melegakan tenggorokannya karena hari ini panas matahari sangatlah terik.
Aimi mau-mau saja, lumayan perutnya terisi dan itu gratis, jadi anggap rejeki nomplok. Aimi bersyukur pada Tuhan, bahwa rejeki itu bukan uang saja, tapi rejeki itu bisa makanan, pakaian, bahkan kebagian tempat duduk ketika semua orang berebut untuk duduk di kursi bus adalah rejeki.
" Baksonya enak Mi"? Tanya Rio.
" Ya enak Rio, aku suka kok" Jawab Aimi kepada Rio.
Rio memberikan hadiah kecil kepada Aimi. dia membelikan Aimi jam tangan warna pink. Jam pink pemberian Rio langsung Aimi terima begitu saja dengan perasaan senang, karena memang dia gak pernah punya jam tangan sebelumnya.
Dalam benak Aimi
"Waduh gak jadi mutusin Rio, kan kasihan dia sudah kasih jam tangan cantik" Ucap Aimi dalam hati.
Hari ini berarti rejeki Aimi dobel. Ditraktir bakso, dan diberi jam tangan. Nikmat mana yang akan Aimi dustakan? kalau kayak gini? Alhamdulillah.
Selesai makan bakso, Rio pun langsung mengantarkan Aimi pulang ke rumahnya.
Bimbang lagi hati Aimi, sudah mulai bosan pada Rio, tapi kasihan.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
titin afsheen2
like banget
2021-01-13
0
Yuni Jamilatul
lanjut
2020-11-21
0
RFR
Bacaannya bagus kak
2020-11-05
0