Di Rumah Aimi
Hari ini, tugas Aimi adalah bertanya pada ayahnya untuk meminta solusi bagaimana cara agar Rio tidak jadi melamarnya, atau sebaliknya, menerima lamaran Rio karena kasihan sudah hutang budi padanya.
Bahan pembicaraan yang akan Aimi utarakan ke ayahnya masih belum ada sama sekali, alias zonk.
"Apakah putus saja"? Tega sekarang gak apa-apa, daripada disimpan lama-lama nantinya akan lebih sakit bagi Rio".
Itulah kata hati Aimi sekarang.
Selesai ujian nasional, tidak ada pelajaran lagi sehingga Aimi bisa libur. Kesempatan berbincang dengan ayahnya cukuplah banyak.
"Ayah, "
Aimi memanggil ayahnya dengan nada pelan.
"Ada apa Aimi"? Ucap ayahnya.
Ayah Aimi menghampiri Aimi pelan-pelan tapi sampai juga ke depan dan duduk berhadapan dengan Aimi.
"Aku dilamar Rio ayah".
"Dia ingin aku menjadi tunangannya. Apakah ayah setuju"? Ucap Aimi.
Ayah memandang Aimi dengan mata sayu. Dia mengelus rambut Aimi dengan lembut.
"Aimi, ayah tidak setuju kamu tunangan ama Rio".
"Ayah tidak ingin kamu menderita nantinya jika kamu menikah dengan sosok Rio".
Hanya itu saja yang diucapkan ayahnya tanpa memberi tau alasan yang tepat.
Mungkin ayahnya tetap menjaga privasi Rio, Aimi tak mau tau.
Dan tak berani bertanya.
Ibu Aimi mendatangi Aimi dan memberi semangat kepada Aimi. Ibunya menasehati Aimi agar Aimi menuruti apa yang ayahnya bilang, dan memeluk Aimi dengan penuh kasih sayang.
Ibu Aimi adalah wanita yang patuh pada suami. Apapun keputusan ayah Aimi, merupakan keputusan nya juga.
Mendengar ucapan ayahnya, Aimi menurut saja. Apa yang dikatakan ayahnya pastilah benar. Gak ada orang tua di dunia ini yang ingin anaknya menderita, kecuali sudah kehilangan akal atau gila.
"Hewan buas saja sangat melindungi anaknya jika anaknya dalam keadaan bahaya".
"Apalagi manusia, yang masih mempunyai akal pikiran dan hati nurani"? Ucap Aimi dalam hatinya.
Walaupun menuruti nasehat ayahnya, otak Ami terus berfikir untuk mencari pembenaran, yang pastinya ingin mencapai hasil pemikiran yang sama dan diyakini benar menurut Aimi maupun menurut ayahnya.
Melihat gelagat Aimi yang penurut, ayah Aimi tersenyum kecil sambil mencium kening Aimi.
Setelah memperoleh pendapat ayahnya dan jika di pikir-pikir lumayan masuk akal , Aimi segera menghubungi kak Isem, dan bertanya padanya gimana cara yang sopan untuk mutusin cowok tanpa membuat cowok itu sakit hati terlalu dalam.
Aimi mulai menelepon kak Isem.
" Halo, Assalamualaikum kak Isem" Ucap Aimi kepada Isem.
" Walaikumsalam ya adikku ada apa dik"?Ucap Isem kepada Aimi.
" Makasih banyak kak, nilai ujian ku kemarin tinggi banget dan aku lulus" Ucap Aimi kepada Isem.
" Iya dik sama sama"
"Kakak ikut senang mendengarnya" Ucap Isem kepada Aimi.
"Usaha kakak bantu adik gak sia-sia, alhamdulillah" Ucap Isem kepada Aimi.
" Kak Isem, Aimi mau minta solusi nih" Ucap Aimi kepada Isem.
" Solusi apa dik"? Tanya Isem kepada Aimi.
"Bagaimana caranya memutuskan hubungan pacaran, tapi cowok itu tidak punya kesalahan apapun terhadap kita, tanpa membuat hatinya sakit seperti teriris sembilu"? Tanya Aimi kepada Isem.
" Putusin langsung saja Aimi, walau sikapmu bisa bikin hatinya sakit, mungkin paling lama seminggu mental Rio akan pulih lagi" Ucap Isem kepada Aimi.
"Santai saja Aimi" Ucap Isem pada Aimi menambahkan.
"Mutusin seseorang secara sepihak sudah pasti bikin sakit hati " Ucap Isem kepada Aimi.
"Jadi walaupun Aimi memiliki pikiran yang sangat rumit dan menguras emosi tetap saja percuma nantinya, karena ujung-ujungnya Rio tetap sakit hati kamu putusin tanpa kesalahan apapun" Ujar Isem kepada Aimi.
Mendengar nasehat kakak sepupunya Isem, Aimi menjawab nasehat itu dengam berkata
"Iya kakak, makasih idenya ya"? Ucap Aimi kepada Isem.
"Oke dik Aimi" Ucap Isem kepada Aimi.
Selesai meminta nasehat kepada kakak sepupunya Isem, Aimi langsung menutup teleponnya.
Dalam hati Aimi dia berkata
"Besok rencana aku mau mutusin Rio secara baik-baik".
"Deal.. Rencana Ku sudah matang banget karena baik ayah, ibu maupun kak Isem selalu memberi dukungan positif yang intinya tidak merugikan ku" Ucap Aimi dalam hati.
Tepat jam 18.00 sore, Aimi menghubungi Rio..
"Rio, besok aku ingin bicara dengan kamu. penting"! Ucap Aimi kepada Rio
"Iya Aimi" Jawab Rio tanpa banyak bertanya lagi.
Setelah menghubungi Rio, hati Aimi bergetar.
"Bagaimana perasaan Rio dan orang tuanya. Apakah mereka membenciku"? Ucap Aimi dalam hati.
Saat memikirkan ini, hujan mulai turun rintik-rintik awalnya, lama kelamaan semakin deras, menambah kebimbangan hati Aimi.
Memberi kabar pada Rio bahwa Aimi ingin putus saja adalah hal yang sangat berat dalam hidupnya.
Mata Aimi terpejam, kantuk makin mendekat, tak sadar Aimi tertidur di kursi sofa depan televisi.
Dan disini Aimi bermimpi seram sekali.
Dalam mimpi, Aimi seperti diajak Rio ke suatu tempat dan tempat itu sangat gelap. Rio menciumi Aimi dengan penuh nafsu, seperti orang yang kehilangan akal. Aimi berlari namun Rio tetap mengejarnya.
Rio mengikat tangan Aimi pada sebatang pohon besar, Aimi tak bisa bergerak, Aimi berteriak meminta tolong namun tak ada satupun orang yang bisa menolongnya. Di samping pohon banyak anak kecil gundul yang menjaga Aimi agar tidak melarikan diri.
Anak kecil gundul itu terlihat aneh, tak pakai baju hanya pakai celana dalam saja. Mereka berusaha memperkuat ikatannya pada Aimi.
Aimi berteriak menangis tersedu-sedu, dan tak bisa berbuat apa-apa sama sekali.
Kaki Aimi tak bisa bergerak.
Tak ada alas kaki yang melindungi kaki Aimi dari duri-duri yang menusuknya dan rasanya sangat sakit sekali.
"Ayah, ibu tolong aku"
"Tuhan tolonglah aku" Ucap Aimi dalam mimpi itu.
Dalam mimpi, Aimi masih teringat pada Tuhannya dan membaca basmalah. Mulutnya komat kamit membaca basmalah ayat alquran yang sudah sangat dia hafal sejak sekolah TK dulu.
Setelah lama membaca basmalah, baru Aimi bisa terbangun dengan keringat dingin bercucuran membasahi pakaiannya.
Ibu Aimi menghampiri dan bertanya pada Aimi,
"Ada apa Aimi"?
Kamu mimpi buruk ya"? Tanya ibunya.
Aimi segera menjawab pertanyaan ibunya.
"Iya Ibu aku mimpi buruk" ucap Aimi.
Setelah mendengar kata anak nya,
Ibu Aimi langsung pergi ke dapur untuk memberi air minum pada anaknya, supaya sedikit tenang.
Aimi minum air putih yang dibawakan ibunya dan alhamdulillah air itu dapat melegakan tenggorokannya.
Ibu Aimi membasuh kening anak perempuan semata wayangnya yang saat itu bercucuran keringat dengan handuk kecil.
Aimi melihat jam dinding, ternyata masih jam 9 malam, belum pagi.
Setelah mengalami mimpi ini, Aimi tak dapat tidur, sama sekali.
Tepat jam 12 malam, Aimi tetap tak dapat tidur. Berusaha sekeras apapun untuk memejamkan mata dan mendengarkan musik, juga tidak bisa membuat matanya terpejam.
Akhirnya Aimi pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekalian membasuh wajahnya dengan air mengalir.
Tak lupa Aimi memakai skin care langganannya, untuk pembersih wajahnya.
Selesai membersihkan wajah, Aimi memakai krim malam agar wajahnya tampak glowing dan putih. Ini rutinitas Aimi setiap hari semenjak Aimi berteman dengan Wahyuni.
Dia teman yang mengajak Aimi untuk memakai skin care agar wajah tak kusam kusam amat.
Selesai memakai krim malam, Aimi langsung menuju ke kotak P3K milik keluarga untuk mencari obat penenang.
Aimi menemukan obat ctm sisa 2 biji, langsung Aimi minum sekaligus.
Selesai minum Aimi langsung rebahan di ranjang kamarnya.
Jarak 30 menit pelan-pelan Aimi dapat memejamkan matanya dan tertidur pulas.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Yuni Jamilatul
makin penasaran lanjutannya min
2020-11-21
0
RFR
Bacaannya bagus kak
2020-11-05
0