Ayah Marah
Setelah Rio pulang, Aimi masuk ke dalam rumah dan menemui ayah dan ibunya.
Ayah Aimi terkejut sekali melihat potongan gaya rambut Aimi yang sangat pendek.
Ayah Aimi berkata pada Aimi.
"Aimi, kenapa rambutmu dipotong pendek"?
"Kenapa kamu tidak ijin ayah dulu"?
"Sangat jelek Aimi, ayah tidak suka"!
"Mana rambut panjang mu yang dulu"?
"Siapa yang mempengaruhi kamu sehingga kamu potong rambut kamu"?
"Ayo Aimi jawab pertanyaan Ayah"!
Aimi Pun menjawab pertanyaan ayah dengan nada pelan sekali.
"Ayah... Maafkan aku..."
Aimi bersimpuh di kaki ayahnya dan menangis tersedu sedu.
"Rio yang memintaku untuk potong rambut, ayah" Ucap Aimi pada ayahnya.
Wajah ayah Aimi memerah, matanya nanar memandang tubuh Aimi yang semakin gersang.
Aimi meminta maaf berkali-kali pada ayahnya, dan akhirnya ayahnya memeluk Aimi dengan sangat erat.
Sambil membisikkan sesuatu ayah Aimi berkata.
"Nak, apa yang merasuki dirimu sehingga kamu tak menganggap ayah ada"? Kata ayah Aimi.
"Kamu belum menikah dengan Rio, tapi kamu sudah diatur dengan dia, ayah akan semakin kehilangan kamu nak"?
"Anak perempuan ayah hanya kamu nak, kenapa Rio tega membuat anak ayah gak cantik lagi seperti dulu"?
"Anak ayah sekarang tidak ceria seperti dulu".
"Sekarang ditambah rambut Aimi, mahkota Aimi di pangkas nya".
Ayah Aimi duduk di lantai sambil menangis tak terbendung.
Ayahnya berkata lagi,
"Aimi, ayah minta hubunganmu dengan Rio segera putus"!
Aimi berusaha menjawab nya dengan sangat halus dan menangis pelan.
"Iya ayah tapi Aimi tidak mempunyai alasan yang kuat".
"Aimi bingung, perasaan Aimi pada Rio antara cinta dan benci jadi satu ayah".
"Aimi ingin lepas tapi tak bisa ayah, seperti ada yang membelenggu" Jawab Aimi.
Ayah Aimi terlihat mulai bisa menguasai dirinya, dan berkata pada Aimi.
"Ya Aimi, cepat mandi dan sholat. Selama dengan Rio sekarang Aimi jarang beribadah pada Tuhan".
Aimi langsung ke kamar mandi untuk mandi dan wudhu menuruti perintah ayahnya.
Aimi segera menunaikan tugasnya yaitu beribadah pada Tuhan dan berdoa semoga ini segera berakhir dan Aimi bisa hidup normal tanpa tekanan yang berat.
Ibu Aimi hanya melihat Aimi tanpa sepatah katapun. Dia tampak sedih dan Aimi tak berani untuk mendekatinya.
Setelah kejadian ini, Aimi sering halusinasi dan menangis sendiri, melamun tanpa sebab, dan ayah Aimi meminta izin pada pihak kampus tempat Aimi kuliah agar Aimi mendapat izin istirahat sejenak selama 1 bulan.
Ayah Aimi membawa Aimi ke psikiater untuk melihat kondisi kejiwaannya. Setelah ke psikiater Aimi diberi obat penenang, dan dianjurkan untuk rutin minum obat dan mematuhi anjuran dokter untuk istirahat.
Bagaimana dengan Rio?
Dia menemani Aimi dan menyempatkan waktu untuk mengantar Aimi ke dokter saat kondisi psikis buruk yang dibuatnya sendiri dengan memperlihatkan wajah datar dan empati terhadap Aimi. Seakan akan dia tidak tau apa-apa tentang kondisi kekasihnya.
Ayah Aimi juga tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Satu bulan kemudian Aimi sudah mulai sembuh dan dapat beradaptasi dengan teman temannya lagi. Untungnya walau ketinggalan pelajaran Aimi bisa menyusul dengan baik.
Alex sempat menjenguk Aimi dan memberi semangat, dan dia datang kerumah Aimi ketika Rio sudah tidak ada.
Alex dapat dengan leluasa datang kerumah Aimi tanpa hambatan, karena ayah Aimi tidak melarang Aimi bergaul dengan siapapun dan memberi kebebasan pada Aimi untuk memilih teman cowok manapun.
Alex berkata pada Aimi,
"Aimi, kak Alex sayang banget ama kamu, Aimi harus semangat demi kak Alex ya"?
Alex menempelkan bibirnya tepat di kening Aimi, hangat rasanya, dan Aimi merasa tenang.
Untung banget Alex mendekat kan bibirnya pada Aimi, ayah Aimi berada di belakang rumah dan tidak melihat apapun yang Aimi lakukan dengan Alex.
"Kakak, ayo kita jalan-jalan"?
Aimi mengajak Alex untuk jalan ke pegunungan, melihat pemandangan yang indah, dan Alex langsung menyetujui nya.
"Ayo Aimi, kebetulan kak Alex libur kerja, hari ini waktu kak Alex buat Aimi".
Aimi senang sekali waktu itu, jika bersama Alex Aimi bisa bebas lepas dan mengekspresikan semua karakternya dan Alex menerima apapun itu.
Aimi dibonceng Alex, dan hari itu Alex memakai jaket hitam.
Aimi berkata pada Alex
"Kak Alex cakep banget Aimi suka".
Alex tersenyum kepada Aimi, sepertinya Alex terkena rayuan maut Aimi.
Hanya bersama Alex Aimi bisa leluasa mengungkapkan hal kecil dan mesra dengan santai tanpa takut dan hambatan yang berarti.
Hanya bersama Alex seorang Aimi bisa bercanda tanpa batas apapun, ikatan norma dan moral sopan santun bebas lepas, seperti burung yang bisa kesana kemari tanpa belenggu cinta yang egois.
Cinta suci dan ikhlas menerima pasangan apapun keadaannya, seburuk buruk nya keadaan Aimi waktu itu.
Aimi menikmati perjalanan bersama Alex, bersenda gurau, memeluk tubuh Alex dari belakang dan badannya ternyata cukup berisi, tidak sekurus Rio. Aimi makin suka dengan Alex.
Sampai di sebuah desa nan sejuk Aimi berkata,
"Berhenti disini kakak".
Alex menghentikan sepedanya...
Aimi berkata pada Alex dengan suara lemah lembut dan manja,
"Kakak, hari ini Aimi senang banget, kak Alex gak capek kan"? Tanya Aimi.
"Enggak Aimi, jika bersama Aimi capek kak Alex pasti hilang" Jawab Alex.
Aimi mencubit perut Alex dengan mesra, dan Alex tertawa sambil menangkap tangan Aimi yang sedang asyik dengan cubitan nakal.
Saat tangan Aimi berhasil ditangkap Alex, dia tetap menggenggam tangan Aimi dengan erat, seakan tak ingin untuk melepasnya, dan Aimi mengikuti alur Alex saja.
Dalam hati kecil Aimi berkata
"kak Alex, jika nanti Aimi sudah bebas dari Rio, Aimi akan anggap kak Alex saudara dekat sampai kapan pun, karena jika Aimi jadi pasangan kak Alex Aimi takut tak bisa mengatur kak Alex yang begitu bebas mengekspresikan segalanya..."
Untungnya setiap kata yang diucapkan di hatinya tak satupun manusia yang dapat mendengar dan hanya Tuhan yang dapat mendengar segala keluh kesah manusia, sehingga Aimi bisa mengekspresikan apapun.
Jika sampai mendengar, tak kan ada yang mau dan bisa bertahan hidup bersama Aimi kecuali ayah ibunya saja. Dan ucapan Rio memang ada benarnya untuk kondisi sekarang.
Seorang Aimi sebenarnya hanya sayang dan cinta pada dirinya sendiri.
Tiba tiba perut Aimi berbunyi
"Kak Alex, Aimi lapar, adakah pedagang nasi disini"?
Alex segera menjawab
" Ada Aimi, ayo kita kesana"? Sambil menunjuk ke sebuah gubuk kecil di pinggir jalanan sepi.
Aimi dan Alex langsung pergi ke gubuk itu, disitu hanya dijual nasi pecel dan nasi campur tak ada menu lain, Akhirnya Aimi dan Alex terpaksa membeli nasi pecel saja asalkan perut terisi dan kenyang.
Aimi makan dengan lahap begitupun juga dengan Alex.
Rejeki Aimi hari ini adalah pertama bisa jalan dengan Alex dan mendapat kebahagiaan, tersenyum dan melupakan segala rasa sedih, kedua, Aimi bisa makan nasi pecel gratis dan minum jeruk hangat pesanan Alex.
"Alhamdulillah".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
RFR
Bacaannya bagus kak
2020-11-05
0