Happy Reading.
Amelia merasakan sakit di dalam hatinya ketika Adrian selalu menyalahkannya atas kematian sahabatnya sekaligus kekasih Adrian.
Meskipun Amelia memang mencintai dirinya, tapi Amelia bukanlah perempuan licik yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan cintanya.
Amelia berdiri di hadapan cermin, Amelia sangat enggan untuk keluar dari kamar mandi, Amelia tidak ingin melihat wajah dinginnya, apalagi tatapan matanya yang penuh dengan kebencian.
"Bagaimana aku harus menghadapinya?, Adrian sangat membenciku, kenapa aku begitu bodoh mau menerima pernikahan ini?, Dan kenapa orangtua Adrian memaksa Adrian untuk menikah denganku setelah kepergian ayah? Aku Sungguh tidak mengerti." amelia bergumam dengan pelan, ia sebenarnya merasa bingung kenapa orangtua Adrian memaksa mereka untuk menikah, padahal Adrian baru saja telah kehilangan kekasih tercintanya, yang tepat menjelang pernikahannya.
Karena merasa ngantuk, Amelia pun tertidur di dalam kamar mandi.
***
Adrian tengah duduk di sofa, ia menyalakan rokok, lalu menghisapnya secara perlahan, ia menatap photo yang terpampang di layar ponselnya, gadis cantik yang tengah merangkul dirinya dari belakang dengan senyuman manis di bibirnya itu membuat Adrian meratapi kesedihannya kembali, siapa lgi kalau bukan Nisa kekasihnya yang meninggal tepat menjelang acara pernikahan mereka berdua.
Adrian memang mencintai Nisa, karena Nisa lah yang sudah menyembuhkan lukanya dari mantan kekasihnya dulu.
Nisa adalah cinta keduanya, karena cinta pertama Adrian telah pergi meninggalkan dirinya.
Ana nama gadis cantik yang mampu membuat Adrian terpuruk saat itu, ia pergi meninggalkan Adrian demi laki_laki lain.
Dan pada saat itulah Nisa datang ke dalam kehidupannya, Nisa selalu memberinya semangat, Nisa adalah gadis baik dan tak kalah cantik dari Ana, Nisa pada saat itu berusia 20 tahun hanya selisih 3 tahun saja dengan Adrian.
Semakin hari mereka semakin akrab, dan Adrian sudah mulai bisa melupakan cinta pertamanya Ana, ia kini mulai bisa menerima Nisa di sampingnya, dan pada akhirnya mereka resmi menjadi sepasang kekasih, ketika usia Nisa 22 tahun dan Adrian 25 tahun.
Mereka berpacaran selama 2 tahun dan akhirnya memutuskan untuk menikah.
Namun ketika menjelang acara pernikahan, mobil yang di tumpangi calon istrinya Adrian, mengalami kecelakaan, dan membuatnya meninggal di tempat kejadian, sungguh Adrian tidak bisa menerimanya, dan dari situlah Adrian membenci Amelia, menurutnya Amelia lah yang sengaja mencelakai calon istrinya tersebut, karena Adrian mengetahui jika Amelia mencintai dirinya.
"Sayang, aku sangat merindukanmu, mengapa kamu pergi begitu cepat?, Apakah kamu sengaja ingin menyiksaku?, Sayang aku akan membuat sahabatmu menderita, apakah kamu akan menyalahkan ku?, Pastinya tidak kan?, Karena dialah yang membuatmu meninggal. Aku sangat membencinya." Adrian bergumam dengan amarah yang mulai meradang, tatkala mengingat wajah Amelia sang pembunuh calon istrinya, yang kini malah menjadi istrinya.
Adrian bersumpah akan membuat Amelia tersiksa karena sudah menikah dengannya, Adrian pun sudah membuat keputusan setelah enam bulan ia akan menceraikan Amelia, dan membuat hidup perempuan itu hancur.
Adrian menatap pintu kamar mandi, karena sudah dua jam Amelia tidak kunjung keluar juga "Apa yang di lakukan gadis sialan itu di dalam?, Apakah dia tidur atau bunuh diri di dalam sana?, Sialan kalau dia mencoba bunuh diri maka aku akan di keluarkan dari kartu keluarga, dan aku tidak ada kesempatan untuk menyiksanya." Gumam Adrian pelan.
Dengan kesal ia melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi, ia menggedor_gedor pintu tersebut sambil berteriak memanggil Amelia "Amelia buka pintunya?, Apa kau sedang bunuh diri di dalam?, Cepat buka pintunya, jangan sampai membuatku marah."
Karena Amelia tak kunjung juga membuka pintunya Adrian pun mendobraknya dengan sangat kencang, sehingga pintu tersebut terbuka dan menampilkan Amelia yang tengah tertidur pulas sambil menyandarkan kepalanya ke dinding kamar mandi.
"Sialan aku pikir dia sudah bunuh diri, ternyata malah tertidur, dasar gadis sialan." Gumam Adrian dalam hati, ia melangkahkan kakinya dan mengambil shower, lalu menyiramkan shower tersebut kepada Amelia, sehingga membuat Amelia terbangun karena kaget dan juga merasakan panas.
"Auw panas sekali."Pekik Amelia yang terlihat kesakitan, sementara Adrian tersenyum puas.
"Ini belum seberapa Amelia, kau akan merasakan penyiksaan lainnya." ujar Adrian sambil menjambak rambut Amelia dengan kencang, sehingga Amelia meringis kesakitan, Amelia menatap nanar wajah Adrian, ia berusaha untuk tidak menangis, lalu Amelia berkata.
"Lepaskan Adrian, kenapa kau lakukan ini kepadaku? Aku sungguh tidak membunuh calon istrimu, kenapa kau tidak percaya.?"
"Aku melakukan ini untuk membalas rasa sakit kekasihku, karena pergi dengan cara mengenaskan, dan aku tidak pernah mempercayai ucapan sampah mu itu, jadi bersiap-siap lah untuk menerima setiap penderitaan mu." Ujar Adrian sambil melepaskan tangannya dengan kasar, lalu pergi meninggalkan Amelia tanpa rasa bersalahnya, sementara Amelia mulai menjatuhkan air matanya, ia sungguh menyesal karena sudah menikah dengan Adrian laki-laki yang di cintai nya, dan juga laki-laki yang sangat membencinya.
"Nisa apa kau juga menyalahkan ku atas kematian mu?, Kenapa waktu itu kau malah menyelamatkanku dan membuatmu tersiksa dan meninggalkan calon suamimu Nis?, Kenapa kau tidak membiarkan aku yang mati Nis, kenapa?" Amelia bergumam di sela tangisannya.
Amelia sendiri pun sangat membenci dirinya karena tidak bisa menyelamatkan sahabatnya, mungkin jika ia bisa menyelamatkan sahabatnya, maka Adrian tidak akan membencinya, mungkin jika yang meninggal itu dirinya, maka Adrian akan merasa bahagia, karena bisa hidup dengan kekasih yang di cintainya, dan Amelia tidak akan menderita seperti ini.
***
Amelia bangkit dari tempatnya, ia merapikan kembali rambutnya yang sudah berantakan, ia melihat tangan putihnya yang memerah akibat siraman air panas tadi, Amelia menghapus air matanya, lalu ia tersenyum sendu, ia merasa dirinya bodoh mencintai laki-laki yang sangat membencinya, dan lebih lagi laki-laki itu selalu menyalahkan dirinya atas kematian kekasihnya.
Perlahan Amelia menghampiri pintu kamar mandi, ia enggan untuk keluar, namun ia juga tidak mungkin tidur lagi di kamar mandi, bagaimana jika suaminya menyiram dan menjambak dirinya lagi seperti tadi?, Sungguh Amelia tidak ingin merasakan lagi siraman air panas itu.
Amelia melangkahkan kakinya keluar, ia melihat sekeliling kamarnya, dan ternyata Adrian sudah berada di tempat tidur, ia sudah memejamkan kedua matanya, Amelia menghembuskan nafasnya dengan pelan, ia merasa lega karena suaminya sudah tertidur, dan Amelia pun berjalan menuju sofa yang lumayan besar yang ada di kamar hotel tersebut.
Amelia tidak mau, jika harus tidur satu ranjang dengan suaminya itu, ia memilih untuk tidur di sofa.
Sementara Adrian, ia sebenarnya tidak tidur, ia hanya pura-pura tertidur, ia ingin tau apakah Amelia berani tidur bersamanya atau tidak, dan ternyata Amelia memilih tidur di atas sofa di bandingkan dengan dirinya, Adrian mendengus saat tau Amelia tidur di atas sofa, pasalnya ia tidak bisa menyiksanya lagi, karena jika Amelia menghampirinya dan tidur di sampingnya, maka Adrian akan sengaja menendangnya dan memaki Amelia sehingga membuat gadis itu sakit hati.
"Tahu diri juga dia, argh sial aku tidak bisa melihat wajah menderitanya, tapi tenang saja, waktu masih lama, aku akan membuatnya merasakan lebih baik mati daripada hidup." Gumam Adrian sambil menatap benci Amelia.
***
Pagi hari telah tiba, perlahan Amelia membuka kedua matanya, cahaya matahari pagi tembus tepat di wajah cantiknya sehingga membuat mata Amelia menyipit.
Amelia bangun dan terduduk di sofa, ia melihat ke arah tempat tidur yang ternyata sudah kosong tak berpenghuni.
Amelia tersenyum, ia tau bahwa suaminya itu pasti telah pergi meninggalkan dirinya sendiri, dan pasti suaminya itu sengaja meninggalkan Amelia, agar gadis itu pulang sendirian kerumahnya.
Perlahan Amelia bangkit dari duduknya, lalu ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Amelia membasahi tubuhnya dengan air hangat, ia memejamkan keuda matanya, saat air itu membasahi seluruh tubuhnya, Amelia selalu teringat akan kejadian dan juga ucapan suaminya tadi malam.
Mungkin bagi Amelia ini adalah awal penderitaannya, meskipun begitu, Amelia harus bertahan sampai dimana Adrian menceraikannya.
"Amelia, semuanya akan baik_baik saja, kamu harus kuat, tunggu sampai Adrian menceraikan mu, barulah kamu akan bebas, bebas dari penderitaan ini. Adrian apa kamu tau, aku sangat sulit untuk tidak mencintaimu, meskipun kamu memperlakukan aku seperti ini, tetapi hatiku masih mencintaimu, aku memang bodoh, aku mencintai laki_laki yang sangat membenciku."Lirih Amelia kembali menitihkan air matanya.
***
Sementara Adrian sudah berada di kantornya, ia berangkat pukul 06.00 wib pagi, ia memang sengaja meninggalkan istrinya di hotel itu.
"Widih penganten baru, sudah masuk kantor aja." Ujar Daniel sahabat sekaligus asisten pribadinya, mendengar ucapan sahabatnya tersebut, Adrian memutar kedua bola matanya dengan malas, lalu ia menatap tajam Daniel.
"Berisik lu, lu tau gw nikah karena kehendak orang tua gw, jadi lu lebih baik diam." Adrian berkata dengan nada dinginnya.
"Haha santai bro, gw tau lu nikah karena terpaksa, tapi gw yakin lu bakalan jatuh cinta sama gadis itu, percaya sama gw, secara dia itu sangat cantik bro." balas Daniel dengan senyuman di bibirnya.
"Cih dia tidak cantik sama sekali, dia hanya gadis licik yang menghalalkan segala cara agar bisa menikah dengan gw, bahkan dia sudah membunuh sahabatnya sendiri, jadi gw akan membuatnya menderita." Adrian berkata dengan nada seriusnya, ia memang ingin membuat Amelia menderita, bahkan kalau bisa Amelia mati secara perlahan, agar Amelia menyesali perbuatannya, yang menurut Adrian Amelia sudah membunuh kekasihnya Nisa.
Daniel yang mendengar ucapan sahabatnya itupun langsung menatap tak percaya, pasalnya Daniel sangat yakin kalau Amelia bukanlah perempuan licik.
"Lu masih menyalahkan Amelia tentang kematian kekasih lu?, Gw rasa Amelia itu perempuan baik-baik, dia tidak mungkin mencelakai sahabatnya sendiri." Daniel berkata dengan nada tegasnya, ia sebenarnya menyimpan perasaan terhadap Amelia, namun setelah ia mendengar bahwa Adrian akan menikah dengan Amelia, Daniel pun menyimpan perasaannya sendiri.
"Jangan menilai seseorang dari luarnya saja, lu pasti tertipu dengan wajahnya itu, ah sudahlah lebih baik, lu kembali ke tempat kerja lu."
"Adrian gw kasih tau sama lu, lu jangan memfitnah seseorang tanpa bukti yang nyata, jangan sampai amarah lu menguasai diri lu, sehingga lu menyiksa orang yang tidak bersalah. Ingat suatu saat nanti lu bakal menyesal jika ucapan gw terbukti, bahwa Amelia bukanlah pembunuh kekasih lu, dan gw harap lu tidak menyiksa Amelia." Ujar Daniel dengan nada tegas dan juga tatapan mata tajamnya. Setelah itu Daniel pun pergi meninggalkan Adrian yang tengah menatapnya kesal.
"Sejak kapan dia peduli dengan perempuan di sekitar ku?, Apakah dia tertarik dengan Amelia?, Kenapa nada bicaranya seperti itu? Membuatku kesal saja." Adrian bergumam dengan pelan, lalu ia melanjutkan lagi pekerjaannya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Fawaz Al ashy
Amelia, andrian itu laki-laki tak baik buat mu.. buang rasa cinta mu ke dia.. /Scowl/
2024-07-03
0
Rika Khoiriyah
hooh bener kata bang Daniel 👍👍
2022-12-15
0
Rika Khoiriyah
mungkin gk sih kalo Nisa itu cewek gk bener🤔🤔🤔
2022-12-15
0