Happy Reading
Tidak terasa pernikahan Amelia dan Adrian sudah satu bulan lebih selama satu bulan lebih, Amelia tidak pernah berhubungan dengan siapa pun termasuk sahabatnya Dita.
Adrian benar_benar mengurung Amelia dengan kejam, Amelia tidak di biarkan untuk keluar dari Apartemen nya, bahkan Adrian menyewa bodyguard untuk menjaga pintu Apartemennya.
Amelia menjalani harinya dengan sabar, meskipun Adrian selalu memperlakukannya dengan buruk, tetapi Amelia tidak bisa berbuat apa_apa, Amelia hanya bisa menerimanya.
Amelia selalu mencari cara agar bisa keluar dari Apartemen suaminya tersebut, namun Amelia tidak pernah berhasil.
Amelia berdiri di depan jendela Apartemen milik suaminya ia sangat bosan setiap hari harus berada di dalam Apartemen suaminya itu.
"Adrian sampai kapan kamu akan mengurungku seperti ini?" Lirih Amelia sambil menatap langit yang terlihat cerah.
"Kenapa kamu bengong di situ?" Ujar Adrian yang muncul tiba_tiba dari belakang.
"Ad ,, Adrian kamu sudah pulang?" Tanya Amelia dengan gugup, entah mengapa jika melihat Adrian Amelia selalu merasa cemas.
" Kenapa? Apa aku tidak boleh pulang?" Seperti biasa, Adrian berkata dengan nada dinginnya.
"Bukan itu maksudku." Amelia menghela nafasnya dengan kasar kemudian ia berkata kembali.
"Biar aku membuatkanmu kopi."
"Tunggu,, kemarilah."
"Ada apa?"
"Baca ini."
"Surat apa ini?"
"Aku suruh kamu untuk membaca, bukan bertanya, apakah kamu bodoh?" Geram Adrian sambil menatap Amelia dengan kesal.
Amelia tidak menanggapi ucapan suaminya tersebut, ia memilih untuk membaca berkas yang di berikan suaminya itu.
"Apa_apaan ini? Apakah dia berniat untuk mengekang ku seumur hidupku? Bukankah perjanjiannya hanya enam bulan? Lalu mengapa jadi seumur hidup?bYa Tuhan apakah penderitaan ku akan semakin bertambah." Gumam Amelia dalam hati.
"Perjanjian macam apa ini?"
"Kenapa? Apa kamu berhak untuk protes?"
"Brengsek, apa kamu tidak puas menyiksaku selama sebulan ini?"
"Amelia bukankah kamu ingin melihat kembali dunia luar? Ini adalah kesempatan bagus untukmunkenapa kamu malah protes?"
"Bagus, apanya yang bagus? Meskipun aku bisa melihat dunia luar kembali, tetapi aku tetap tidak bisa bertemu dengan sahabatku, dan bahkan kamu menuliskan jika aku bertemu dan berhubungan dengan orang lain, maka kamu akan mengulitiku hidup_hidup, apa itu tidak keterlaluan Adrian?"
"Tanda tangan, aku tidak butuh ocehanmu yang menyebalkan itu." Adrian berkata sambil memberikan sebuah pulpen kepada Amelia.
Dengan terpaksa Amelia pun menanda tangani perjanjian konyol tersebut.
"Mulai besok, kau boleh keluar seperti dulu lagi, tapi ingat jangan pernah berhubungan dengan siapa pun. Mengerti."
"Hmm, aku mengerti."
"Bagus kalau begitu, siapkan air hangat aku ingin berendam."
"Baik." Jawab Amelia singkat.
Amelia langsung bergegas melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, sementara Adrian tengah tersenyum penuh misteri.
***
Setelah selesai berendam, Adrian langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, perasaannya selama satu bulan ini mulai berubah, meskipun ia selalu memperlakukan Amelia dengan buruk, tetapi pada kenyataannya ia mulai menaruh perasaan terhadap Amelia.
"Kenapa aku harus membuat perjanjian konyol seperti itu? Apakah aku sudah gila? Argh sialan kenapa wajah perempuan itu selalu terlintas di pikiranku?"Gumam Adrian dalam hati.
Adrian masih belum menyadari perasaannya terhadap Amelia, yang Adrian yakini saat ini adalah, perasaannya untuk balas dendam, dan membuat perempuan itu menderita.
***
Keesokan harinya ..
Seperti biasa Amelia sudah bangun lebih awal di bandingkan Adrian, ia selalu menyiapkan sarapan untuk suaminya tersebut, meskipun Adrian tidak pernah memakannya, tetapi Amelia tetap saja melakukan tugasnya untuk menyiapkan sarapan sang suami.
"Untuk apa kamu menyiapkan sarapan setiap hari? Kamu tau kalau aku tidak akan pernah mau memakan sarapan yang kamu buat." Ujar Adrian ketika ia hendak mengambil air minumnya.
"Aku tau, tetapi ini adalah kewajibanku, aku tidak peduli kamu mau memakannya atau tidak."
"Terserah, aku muak dengan jawabanmu itu."
Setelah mengucapkan hal itu, Adrian pun langsung melangkahkan kakinya untuk pergi, sementara Amelia hanya mampu menahan rasa sakit yang ada dalam hatinya.
"Selama satu bulan lebih Adrian selalu dingin dan memperlakukan ku dengan buruk, seharusnya aku sudah terbiasa dengan perlakuannya itu, tetapi mengapa aku masih saja merasa sakit di dalam hatiku ini." Lirih Amelia sambil menatap kepergian sang suami.
Perusahaan Aditama Group.
Adrian menyandarkan kepalanya di kursi kebesarannya, pikirannya melayang entah kemana.
"Baru jam 09 sudah melamun." Ujar Daniel yang sudah berada di dalam ruangan Adrian.
"Kebiasaan lo, datang tanpa permisi dasar jelangkung." Dengus Adrian sambil melempar pulpen yang berada di mejanya.
"Ck ,, gitu aja marah, dari pada lo marah_marah tidak jelas sebaiknya lo siap_siap, karena sebentar lagi kita akan menemui anak dari pemilik perusahaan Sbastian mengerti."
"Oh kapan dia tiba di Indonesia?"
"Gw denger sih dua hari yang lalu."
"Oh baiklah, jam berapa kita berangkat?"
"Jam 09.15 masih ada waktu buat lo melanjutkan kembali lamunan lo yang tertunda."
"Sialan, pergi sana, lama_lama gw enek liat muka lo."
"Gw juga enek liat muka dingin lo." Ujar Daniel sambil pergi melangkahkan kakinya, sementara Adrian menatap kesal sahabatnya tersebut.
***
Raffles hotel.
Pertemuan dengan anak dari pemilik perusahaan Sbastian di adakan di Raffles hotel, karena jarak tempuh perusahaan Aditama Group dengan hotel tersebut lumayan dekat, sehingga tidak memakan banyak waktu di perjalanan.
"Mohon maaf sudah membuat anda menunggu." Ujar Daniel dengan ramah.
"Tidak apa_apa, mari silahkan duduk." Ujar Ivan asisten pribadi anak dari pemilik perusahaan Sbastian.
"Perkenalkan ini adalah anak pemilik perusahaan Sbastian yang bernama Vino, kelak ia akan menjadi penerus perusahaan Sbastian." Ujar Ivan dengan sopan.
Adrian yang mendengar nama Vino pun seketika terdiam, pikirannya mulai berkelana pada saat Amelia menerima panggilan dari Vino.
Sementara itu, Vino mengulurkan tangannya dengan sopan, senyuman tampannya terlihat begitu jelas sehingga membuat Adrian tidak asing melihatnya.
"Kenapa dia terasa tidak asing bagiku? Apakah aku pernah bertemu dengannya?" Gumam Adrian dalam hati.
"Hallo perkenalkan saya Vino Sbastian, saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik." Ujar Vino sambil memperlihatkan senyum tulusnya.
"Adrian Aditama, saya harap juga begitu mari kita mulai." Balas Adrian datar, entah mengapa laki_laki yang berada di hadapannya itu, membuat kesan yang tidak menyenangkan bagi dirinya, mungkin karena laki_laki tersebut memiliki nama yang sama dengan laki_laki yang selalu menghubungi istrinya tersebut.
Setelah perkenalan selesai, mereka pun langsung membahas tentang kerja sama yang akan mereka lakukan, Daniel fokus mendengarkan setiap kalimat yang di ucapkan oleh Vino, sementara Adrian malah fokus memperhatikan Vino yang menurutnya tidak asing.
***
"Lo kenapa sih Dri? Kayanya mood lo hari ini sedang buruk?" Tanya Daniel setelah mereka di dalam mobil.
"Tidak apa_apa."
"Apanya yang tidak apa_apa, muka lo tuh asem banget, gak ada manis_manisnya."
"Muka lo yang asem, sudahlah lo fokus nyetir aja gw belum mau mati."
"Ck ,, siapa juga yang mau mati sekarang. Dasar aneh."
"Makannya kalau gak mau mati sekarang, lebih baik lo fokus dengan setir lo, jangan banyak omong."
"Dasar bos sentimen, dikit_dikit marah nanya salah gak nanya gw penasaran." Gumam Daniel sambil fokus dengan menyetirnya, sementara Adrian menatap jengah terhadap sahabatnya itu.
"Dia bukan Vino laki_laki sialan itu kan? Tapi kenapa wajahnya tidak asing bagiku? Argh brengsek, bagaimana kalau dia si Vino laki_laki sialan itu? Dengan memikirkannya pun aku sudah geram." Adrian bergumam sambil mengepalkan kedua tangannya dengan kuat.
***
Hari ini Amelia sudah bisa memulai kembali hidupnya seperti dulu lagi, dia sudah tidak lagi terkurung dalam Apartemen sialan itu, meskipun syarat yang di berikan oleh Adrian sangat tidak masuk akal, tetapi itu lebih baik di bandingkan dengan dia yang harus setiap hari berada di dalam Apartemen milik Adrian.
Amelia pergi ke restauran tempat bekerja nya dulu, ia sudah sangat merindukan sahabatnya Dita dan juga Alex.
Entah mengapa di sepanjang perjalanan, Amelia merasakan jantungnya yang berdetak lebih kencang tidak seperti biasanya, perasaan yang tidak menentu, deru nafas yang tidak teratur, seolah_olah Amelia akan bertemu dengan seseorang yang dulu pernah mengisi hatinya.
"Kenapa perasaanku seperti ini? Vino?bApakah aku akan bertemu dengannya lagi sekarang? Tidak mungkin, mungkin ini hanya perasaanku saja karena sudah lama tidak pernah melihat dunia luar lagi." Gumam Amelia dengan pelan.
Taxi online sudah tiba di depan Restauran yang di tuju Amelia, Amelia menghembuskan nafasnya secara perlahan, entah mengapa, ia merasa sangat deg_degan untuk membuka pintu mobil tersebut, padahal ia hanya akan bertemu dengan sahabatnya.
"Sudah tiba mba." Ujar sang sopir yang sedari tadi memperhatikan Amelia.
"Eh iya pak, makasih ya."
Setelah itu Amelia pun langsung membuka pintu mobilnya, kemudian ia turun lalu menutup kembali pintu mobil tersebut, Amelia terdiam sejenak kemudian ia melangkahkan kakinya dengan sedikit cepat, namun baru saja tiga langkah, Amelia menghentikan langkah kakinya ketika seseorang memanggil namanya dengan sangat lembut.
"Amel ... Benarkah itu kamu Amel?" Panggil seorang laki_laki tampan yang tengah berdiri di belakang Amelia.
Seketika jantung Amelia berdegup dengan kencang, wajahnya terlihat menyimpan kerinduan yang sangat dalam, Amelia kenal dengan suara itu, suara yang selalu ia rindukan dulu, suara yang selalu menjadi penyemangat hidupnya dulu.
Dengan tubuh yang bergetar, Amelia pun membalikan tubuhnya secara perlahan, matanya terpejam seakan_akan ia belum sanggup menerima kenyataan bahwa yang ada di hadapannya adalah Vino kekasih yang dulu pergi meninggalkan dirinya.
"Amel.." Panggil laki_laki tersebut setelah Amelia memutar tubuhnya dan berhadapan langsung dengannya.
Perlahan Amelia membuka kedua bola matanya, pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah laki_laki tampan yang tengah menatapnya dengan dalam.
"Vi ,, Vino..." Amelia berkata sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya, kristal bening mulai terjatuh mengenai pipinya, sungguh Amelia tidak menyangka, bahwa ia akan bertemu dengan Vino disaat semuanya sudah berubah...
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Ninik Ningsih
kenapa gak pergi jauh amelia
2024-09-14
0
Nur fadillah
Nyesek banget...😭😭
2023-04-10
0
ARA
😁😁😁😁😁Kenal wajah Vino yg bertebaran di galeri foto hp Amel😊
2023-02-26
0