Happy Reading
Melihat Amelia yang hanya diam saja, Adrian pun kembali berkata dengan intonasi yang tinggi.
"Sialan, jawab pertanyaanku tadi. Bukannya diam seperti orang BODOH."
"Aku ,, aku bertemu dengan Vino." Ujar Amelia dengan suara yang sangat pelan, tetapi Adrian masih bisa mendengarnya.
"Katakan yang keras."
"Aku bertemu sama Vino, puas kamu." Teriak Amelia sambil menatap Adrian kesal.
Seketika wajah Adrian berubah menjadi gelap, tatapan matanya berubah seperti ingin membunuh Amelia saat ini juga, tangannya terkepal dengan kuat, giginya beradu kencang, sehingga menimbulkan bunyi yang cukup ngilu.
Plaaak ..
Satu tamparan cukup keras mendarat di pipi kanan Amelia, sehingga membuat Amelia tersungkur di lantai sambil memegangi pipi kanannya yang terlihat merah.
"Itu tamparan untuk kamu karena sudah berani membohongiku." Ujar Adrian sambil berjalan mendekati Amelia yang menatapnya nanar.
Plaaak ..
Satu tamparan lagi mendarat di pipi kiri Amelia dengan sangat keras, sehingga membuat sudut bibir Amelia mengeluarkan darah.
"Tamparan itu untuk kamu karena sudah bertemu dengan laki_laki yang bernama Vino itu, jika kamu mengulanginya lagi, maka bukan lagi tamparan yang kamu terima, melainkan kedua kakimu yang mulus itu, aku pastikan tidak bisa bergerak lagi. Mengerti." Ucap Adrian dingin.
Amelia menatap Adrian, namun tatapan yang ia perlihatkan kali ini, bukanlah tatapan seperti biasanya, Amelia menatap Adrian penuh dengan kebencian.
"Dasar iblis kamu Adrian, apa salahku kepadamu Adrian? Kenapa kamu menyiksaku setiap hari? Kenapa... Kenapa....? Bukankah kamu sudah tau bahwa kecelakaan itu bukan rekayasa? Lalu untuk apa lagi kamu menyiksaku dan mengikatku seumur hidupku?"
Teriak Amelia di iringi dengan tangisan yang memilukan.
"Ya aku memang seorang iblis Amelia, dan salahmu adalah, karena kamu mencintai seorang iblis dan menikahi laki_laki iblis yang berada di hadapanmu ini." Ujar Adrian sambil berdiri dan berniat untuk pergi melangkahkan kakinya.
"Jika kesalahanku adalah karena mencintaimu, maka mulai saat ini aku akan melupakanmu, dan jika kesalahanku adalah karena aku menikahimu, maka ceraikanlah aku saat ini juga, aku mohon Adrian." Amelia berkata dengan lirih, ia sungguh sangat menyesal karena sudah mau menikah dengan Adrian laki_laki yang ia cintai sekaligus laki_laki yang sangat membenci dirinya.
Adrian menghentikan langkah kakinya, ucapan Amelia mampu membuatnya merasakan sesak di dalam dadanya, rasa kesal dan juga marah bercampur menjadi satu.
"Sudah terlambat Amelia, karena aku tidak mengizinkanmu untuk melupakanku, dan aku tidak akan pernah menceraikanmu seumur hidupku, jadi jangan pernah berpikir untuk berhenti mencintaiku. Mengerti." Ujar Adrian penuh penekanan.
Sungguh Amelia tidak habis pikir dengan ucapan laki_laki yang ada di hadapannya tersebut, mungkin julukan yang pantas untuk Adrian saat ini adalah, IBLIS GILA YANG BERWAJAH TAMPAN.
"Haha, kamu sangat gila Adrian, kamu benar_ benar gila." Amelia berkata di iringi tawanya.
Adrian tidak menanggapi ucapan Amelia tersebut, ia memilih untuk pergi membawa kakinya menaiki anak tangga.
Sementara Amelia masih menangis merasakan sakit di hatinya dan juga rasa panas di kedua pipinya.
"Aku bersumpah, aku akan melupakanmu Adrian, dan aku akan mencari cara agar aku terbebas dari genggamanmu." Gumam Amelia dalam hati, kedua tangan Amelia terkepal dengan kuat, Amelia benar_benar sudah muak di perlakukan kasar oleh suaminya tersebut, sehingga ia bersumpah, bahwa dirinya akan melupakan Adrian dan pergi meninggalkannya.
***
Kamar gelap tanpa cahaya lampu, seolah_olah menandakan sang pemilik kamar tersebut, tengah merasakan pergaulatan batinnya.
Di sudut pojok terlihat laki_laki yang tengah bersandar di dinding kamarnya, laki_laki tersebut memejamkan kedua bola matanya, ia sangat menyesal karena sudah memukul seorang perempuan yang kini mulai terbayang_bayang di pikirannya.
Laki_laki itu menggeram kesal, kesal terhadap dirinya yang tidak bisa mengontrol emosinya, kesal terhadap laki_laki yang selalu menghubungi istrinya, dan juga kesal terhadap ucapan istrinya yang berniat untuk melupakannya.
Laki_laki itu adalah Adrian, laki_laki yang sudah di butakan oleh amarahnya, laki_laki yang sudah menyiksa istrinya karena rasa cemburu yang benar_benar menguasai dirinya, namun sangat di sayangkan, bahwa dirinya tidak menyadarinya sama sekali.
"Argh sialan, kenapa aku tidak bisa menahan emosiku? Bagaimana jika Amelia benar_benar melupakanku? Bagaimana jika dia pergi bersama laki_laki sialan itu? Ah tidak, aku harus membuat Amelia tidak bisa melupakanku, seumur hidupnya dia hanya boleh mencintaiku." Adrian bergumam dengan pelan, ia sungguh tidak bisa menerima jika Amelia benar_benar melupakannya.
Perlahan Adrian melangkahkan kakinya keluar, ia berniat untuk melihat Amelia wanita yang sudah ia siksa tadi, namun ternyata Amelia sudah tidak ada di tempatnya.
Adrian pun langsung mencarinya di setiap sudut Apartemennya, namun keberadaan Amelia tidak ia temukan dimana pun.
"Amelia ,, Amelia dimana kamu." Teriak Adrian sambil bergegas menuju pintu kamar Amelia.
7
Di bukanya pintu kamar Amelia tersebut dengan sangat kencang, kemudian Adrian melangkahkan kaki masuk ke dalamnya.
Sayang sekali Amelia tidak ada di dalam kamarnya, sehingga membuat amarah dalam diri Adrian kembali bergejolak.
"Argh sialaaan, kemana dia pergi? Apakah dia mencoba untuk kabur dariku? Tidak ,, tidak akan ku biarkan dia kabur dariku." Geram Adrian sambil membawa kakinya keluar.
Di Tempat Lain.
Amelia sudah berada di jalan raya, kali ini Amelia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin, ia tidak ingin lagi berada di tempat yang seperti neraka itu.
Meskipun rasa takut terus selalu melingkupinya, tetapi Amelia tetap melangkahkan kakinya dengan cepat menyusuri jalanan yang berada di ibu kota Jakarta.
"Ya Tuhan, kenapa susah sekali mencari taxi disini? Taxi yang ku pesan pun di batalkan, argh, aku harus segera pergi dari sini, atau Adrian akan menangkap ku dan menyiksaku kembali." Gumam Amelia sambil melirik kanan, kiri mencari taxi.
***
Waktu menunjukkan pukul 22.45, Amelia sudah berada di dalam taxi nya, ia memutuskan untuk pergi ke tempat sahabatnya Dita.
Tidak terasa taxi yang ia tumpanginya sudah berada di rumah kontrakan sahabatnya, dengan segera Amelia pun membayar ongkos taxi tersebut, kemudian ia turun dan melangkahkan kakinya pergi.
Amelia meraih ponsel yang berada di dalam tas kecil miliknya, kemudian ia menghubungi sahabatnya tersebut, Amelia tidak sadar bahwa satu bulan yang lalu Adrian sudah menyadap ponsel miliknya, sehingga Adrian bisa tau, siapa saja yang menghubungi Amelia, dan siapa saja yang di hubungi oleh Amelia.
"Ada apa Mel, tumben malam_malam begini lo menelpon gw?" Ucap Dita daei seberang telpon.
"Dita lo dimana? Gw lagi di depan kontrakan lo." Balas Amelia dengan suara sedikit serak.
"Eh, eh tunggu sebentar Mel." Ujar Dita yang terdengar langsung melangkahkan kakinya.
"Emm baiklah."
Setelah beberapa detik, pintu pun terbuka memperlihatkan Dita yang tengah menatap Amelia dengan aneh.
"Masuk Mel."
"Terima kasih Dit, maaf sudah mengganggu lo malam_malam."
"Tidak apa_apa Mel, lo gak perlu sungkan begitu, santai aja." Ujar Dita sambil menutup pintunya.
Amelia menjatuhkan tubuhnya di atas sofa kecil yang berada di ruang tamu, ia menghela nafasnya dengan kasar, mata dan wajahnya yang bengkak dan merah, membuat sahabatnya khawatir dan bertanya_tanya.
"Mel, lo kenapa?"
"Kenapa apanya? Gw tidak apa_apa ko." Ujar Amelia sambil berusaha untuk menyembunyikan kebohongannya.
"Bohong, lihat wajah lo bengkak seperti itu, tidak mungkin kalau lo tidak ada apa_apa, jawab jujur Mel, lo kenapa?" Dita berkata penuh tekanan.
"Gw hanya ... Belum sempat Amelia menyelesaikan ucapannya, Dita sudah kembali bersuara.
"Hanya apa? Ini pasti suami lo yang lakuin kan? Jawab gw Mel."
Amelia terdiam, ia sungguh tidak bisa menutupi kebenarannya lagi sekarang, meskipun ia mengelak, Dita pasti tidak akan mempercayainya.
"Amelia dengerin gw, tinggalkan laki_laki brengsek seperti dia, masih banyak laki_laki yang mencintai lo Mel." Ujar Dita sambil memegang bahu Amelia.
"Tidak semudah itu Dita." Lirih Amelia.
"Kenapa? Apa lo masih mencintainya?"
"Gw memang masih mencintainya, tapi gw akan berusaha untuk melupakannya, masalahnya sekarang adalah, gw sudah tanda tangani perjanjian bodoh yang mengikat gw seumur hidup gw Dit." Amelia berkata sambil meneteskan air matanya.
"Ya Tuhan Amelia, kenapa hidup lo seperti ini, ok sekarang lo tenang dulu jangan menangis lagi ok." Ujar Dita sambil memeluk tubuh sahabatnya.
Dita benar_benar sangat kasihan terhadap sahabatnya tersebut, ia sungguh tidak menyangka bahwa Adrian tega melukai Amelia sampai seperti ini.
"Sekarang lo tinggal lah disini, gw yakin Adrian tidak bisa menemukan lo disini."
"Terima kasih Dita, gw benar_benar tidak tau lagi harus kemana."
"Gw sahabat lo Mel, lo tidak perlu berterima kasih sama gw." Ujar Dita sambil menghapus air mata yang jatuh di wajah Amelia.
"Adrian lo benar_benar keterlaluan, gw yakin suatu saat nanti lo bakal menyesal karena sudah menyakiti hati dan fisik Amelia." Gumam Dita dalam hati.
Sementara di tempat lain, Adrian tengah menyunggingkan senyumannya, ia tau keberadaan Amelia sekarang, meskipun ia tidak tau dimana tempat tinggal sahabat Amelia, tetapi itu bukan hal sulit bagi Adrian untuk menemukan tempat tinggal sahabat Amelia.
"Oh ternyata kamu pergi ke rumah sahabatmu, hahaha bagus lah, jadi aku tidak perlu khawatir lagi sekarang, tinggal besok aku akan menjemputmu baby." Gumam Adrian dengan pelan, tak lupa senyuman devil yang muncul seiringnya ia bicara.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Olive Ova Ambitan
dasar amelia bodoh bin tolol,mau2nya ttd perjanjian yg aneh
2024-01-15
1
Nur fadillah
Heemmmm bikin emosi jiwa...😣😣
2023-04-10
0
Rika Khoiriyah
lah lah lah situ waras pak CEO 🙄🙄🙄
2022-12-15
1