Happy Reading.
Pagi menjelang siang, Amelia tengah duduk di kursi makannya, ia berniat untuk melakukan aktifitas sehari-hari, Amelia bekerja di salah satu restauran yang berada di kawasan Jakarta Pusat sebagai kasir.
Amelia Lacarla adalah gadis cantik, dengan tinggi badan 168 cm, ia memiliki lekuk tubuh bak gitar spanyol, Amelia sebenarnya bukan warga asli Jakarta, namun karena ayahnya bekerja di jakarta dan memutuskan untuk tinggal di Jakarta, maka dengan terpaksa Amelia pun harus mengikuti ayahnya.
Ayah Amelia bekerja sebagai sopir pribadi dari keluarga ternama, setelah ibu Amelia meninggal, ayahnya tidak pernah lagi pulang ke kampung halamannya yang berada di Bandung, lalu ia memutuskan untuk mengajak Amelia tinggal bersamanya yang pada saat itu Amelia berusia 14 tahun.
Amelia tengah menyantap sarapan paginya, namun tiba-tiba suara ketukan pintu pun menghentikan aktifitasnya, dengan malas Amelia pun menghampiri pintu tersebut.
Amelia terkejut, ketika melihat Adrian yang tengah berdiri di depan pintu, ia sama sekali tidak menyangka, bahwa Adrian akan datang ke tempatnya.
"Ternyata benar kau ada disni, ikut aku pulang, jangan sampai membuatku marah." Ujar Adrian dingin tanpa menunggu Amelia berkata.
"Bisa ti,,,tidak a,,,aku tinggal disini saja." Amelia berkata dengan gugup, bahkan ia tidak berani menatap laki-laki yang berada di hadapannya.
Mendengar ucapan Amelia, sontak saja membuat Adrian kesal, wajahnya berubah menjadi gelap, matanya menatap tajam gadis yang berada di hadapannya itu, tangannya yang besar mencengkram kuat dagu Amelia, sehingga membuat Amelia meringis kesakitan, namun Adrian sama sekali tidak menghiraukannya.
"Jangan membuatku marah Amelia, bukankah kau ingin menjadi istriku? Maka patuhilah dan ikuti setiap ucapan-ucapanku, jangan sampai aku menyiksamu dengan cara yang kejam, apakah kau mengerti?" Ujar Adrian dengan tegas tanpa melepaskan cengkramannya.
Amelia hanya bisa memejamkan kedua bola matanya, ia tidak berani menatap laki-laki yang berada di hadapannya, ia pun hanya bisa pasrah dan mengikuti setiap ucapan suaminya itu.
"Baiklah, a,,,aku akan ikut denganmu, jadi tolong lepaskan tanganmu Adrian." Jawab Amelia dengan suara pelannya.
"Bagus, segera rapikan semua barang-barangmu, aku hanya memberimu waktu dua puluh menit dari sekarang, mengerti." Adrian berkata sembari melepaskan cengkramannya, lalu ia berjalan memasuki rumah kontrakan Amelia dengan gaya khasnya.
Sementara Amelia berjalan di belakangnya dengan langkah kaki yang sedikit lambat. "Hey cepat, kenapa lambat sekali? Apa kau ini seekor siput? Sangat lambat." Bentak Adrian dengan tiba-tiba.
Amelia merasa terkejut, lalu dengan cepat ia pun berlari menuju pintu kamarnya tanpa menghiraukan tatapan tajam dari suaminya tersebut.
***
Dua puluh menit kemudian, Amelia sudah selesai membereskan barang-barangnya, dengan segera ia pun keluar menghampiri Adrian yang tengah duduk di atas sofa.
Adrian menatap tajam Amelia, namun Amelia hanya menundukkan kepalanya, Amelia tidak berani mengeluarkan suaranya, apalagi Adrian menatapnya seperti ingin membunuhnya saja.
Adrian berdiri, kemudian ia berjalan sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya, sementara Amelia mengekori nya dari belakang.
"Amelia mau pindah ya?" Tanya sang punya kontrakan yang memang tinggalnya tidak jauh dari tempat tinggal Amelia.
"Iya bu, kebetulan ibu ada disini, saya mau menyerahkan kunci rumah ini, terima kasih bu." Ujar Amelia sambil memperlihatkan senyuman cantik di bibirnya.
Adrian yang melihat sekilas senyuman manis Amelia pun seketika tertegun, ia memang belum pernah melihat Amelia tersenyum, apalagi semenjak kekasihnya meninggal.
"Wah sayang sekali ya, padahal ibu sangat cocok dengan mu Amelia, kamu sangat baik, dan selalu membayar tepat waktu, tidak seperti yang lainnya."
Amelia hendak membuka mulutnya, namun tiba-tiba Adrian berkata dengan nada datarnya" Apa kau mau aku tinggal disini? Cepat, aku tidak punya waktu banyak."
"Kalau begitu saya permisi dulu bu." Dengan cepat Amelia pun menghampiri Adrian yang terlihat kesal, kemudian Amelia memasukan kopernya ke dalam bagasi mobil.
Lalu ia masuk ke dalam mobil, sementara Adrian sudah duduk manis di kursi kemudinya, ia menatap lurus ke depan, lalu melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.
"Baca itu." Ucap Adrian sambil melemparkan berkas yang udah dia siapkan sebelum pernikahannya di mulai.
"A,,,apa ini?" Tanya Amelia terlihat bingung.
"Apa kau bodoh?" Adrian menatap kesal Amelia, lalu ia kembali berkata dengan nada dinginnya." Aku suruh baca, berarti kau harus baca, bukan bertanya, dasar bodoh."
"Ya ya aku memang bodoh Adrian, maki aku sepuasnya. " Ucap Amelia dalam hati. Dengan rasa penasarannya, Amelia pun membuka berkas tersebut, lalu ia membacanya dalam hati.
Setelah lima menit Amelia membaca berkas tersebut, Amelia pun tersenyum sambil menatap Adrian dengan tatapan sendunya, kemudian Amelia berkata.
"Aku mengerti, dan aku akan menuruti semua keinginanmu Adrian, tapi bolehkah aku memiliki privasi sendiri sama sepertimu?"
"Terserah kau saja, selama kau tidak mengganggu privasiku, kau bebas melakukan apapun yang kau mau, dan ingat, jangan pernah memasuki kamarku, dan bila aku membawa perempuan ke apartemenku, kau hanya perlu diam dan tutup mulut. Ingat Amelia aku tidak pernah mencintaimu sedikit pun." Ujar Adrian dengan tegas dan juga tatapan matanya tajam.
"Aku mengerti Adrian, kamu tidak perlu mengulang ucapanmu." Jawab Amelia dengan senyuman terpaksa.
Sesungguhnya hati Amelia sangat sakit, ketika ia membaca setiap kata yang ada di dalam berkas tersebut, namun sekuat mungkin Amelia menahan rasa sesak di dadanya, ia tak mau jika ia harus menangis di hadapan laki-laki yang tak berperasaan itu.
"Bagus kalau begitu, tanda tanganlah, dan ingat perjanjian ini hanya kita berdua yang tau, jangan sampai mama dan papa tau, kalau sampai mereka tau, maka hidupmu akan hancur. Mengerti."
"Aku mengerti." Amelia berkata, sambil menanda tangani surat perjanjian tersebut. " Mungkin aku memang tidak bisa mendapatkan cintamu Adrian, karena kamu begitu membenciku, dan mungkin aku harus menyerah." Ucap Amelia dalam hati.
"Ini baru permulaan Amelia, tunggu hari-hari berikutnya, kau pasti akan merasakan penderitaanmu." Adrian membatin sambil menatap sekilas ke arah Amelia.
***
Apartemen
Mobil Adrian telah tiba di kediamannya, dengan segera Adrian pun memarkirkan mobilnya. Adrian menoleh ke arah Amelia yang tengah tertidur pulas. "Hey bangun sudah sampai." Ujar Adrian sedikit berteriak.
Amelia seketika bangun dan langsung turun dari mobilnya, dengan cepat ia mengeluarkan koper yang berada di bagasi mobil, sementara Adrian sudah melangkahkan kakinya dengan sedikit cepat, sehingga membuat Amelia harus berlari mengejarnya.
"CEPAT. Dasar siput, jalan aja lelet menyebalkan." Ujar Adrian sambil menatap kesal Amelia.
"Maaf, bisakah jalanmu pelan sedikit, aku tidak bisa menyeimbanginya." Ucap Amelia tanpa menatap wajah Adrian.
Adrian tidak menanggapi ucapan Amelia, ia masih berjalan dengan langkah kaki panjangnya, sementara Amelia menghembuskan nafasnya dengan pelan, seharusnya ia tau, bahwa Adrian tidak akan mungkin mendengarkan permintaannya.
***
"Rapikan barang-barangmu disana, dan buatkan aku secangkir kopi, jangan terlalu manis." Ujar Adrian setelah tiba di dalam Apartemennya.
Amelia hanya menganggukan kepalanya, kemudian ia pun segera membawa kopernya ke dalam kamar yang di tunjuk suaminya tersebut.
Amelia menaruh kopernya, lalu ia bergegas menuju dapur dan membuatkan secangkir kopi untuk suaminya.
"Gulanya satu sendok atau setengah sendok ya? Ah mungkin setengah sendok, dia tadi bilang jangan terlalu manis." Amelia bergumam dengan pelan, lalu ia pun menaruh setengah sendok gula ke dalam kopinya, setelah selesai Amelia pun menghampiri Adrian yang tengah duduk bersandar di atas sofa.
"Ini kopinya." Ujar Amelia sembari menyodorkan secangkir kopi tadi.
Adrian menatap kopi tersebut, lalu ia mengambil dan meminunnya, mata Adrian melotot lalu menyemburkan kopi itu ke dasar lantai.
"Aku bilang jangan terlalu manis, bukan berarti pahit, dasar perempuan sial, bikin kopi saja tidak becus, minggir." Adrian berkata dengan nada tingginya, ia menatap Amelia seakan-akan ia ingin membunuhnya.
"Maafkan, aku.... "
"Aku tidak butuh kata maafmu. Sudahlah, lama-lama aku muak melihat tampangmu itu." Setelah mengatakanlah hal itu, Adrian pun langsung melangkahkan kedua kakinya pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
"Sabar Amelia, kamu harus bisa menahannya, jangan menangis, jangan menangis." Ucap Amelia dalam hati, ia menyemangati dirinya sendiri, namun air matanya tidak bisa ia bendung lagi. Air mata itu jatuh tanpa permisi membasahi pipi wajah cantik Amelia.
***
"Ini belum seberapa Amelia, kamu akan merasakan penderitaan selanjutnya." Gumam Adrian setelah tiba di kamarnya.
Adrian merasa puas, ketika ia melihat raut wajah Amelia yang menyedihkan tadi. Adrian sama sekali tidak merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan tadi terhadap Amelia.
Tiba-tiba ponsel Adrian berbunyi, dengan malas Adrian pun meraih ponselnya yang berada di dalan saku celananya.
"Ada apa." Tanya Adrian setelah ia mengangkat panggilan tersebut.
"Lo dimana? Gw mau ke tempat lo." Ujar sang penelpon yang tak lain adalah Daniel sahabat Adrian.
"Mau ngapain ke tempat gw?"
"Mau nginep lah, ngapain lagi."
"Tumben lo nginep di tempat gw."
"Aish lo ini banyak tanya, udah ah gw otw ke tempat lo." Daniel berkata, lalu ia pun memutuskan panggilannya.
"Dasar sialan, beraninya memutuskan panggilannya, lihat saja gw akan memotong gajinya." Adrian mengumpat dengan kesal, lalu ia menaruh ponselnya di atas nakas, kemudian ia pun bergegas melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Ninik Ningsih
awas Adrian kualat kami
2024-09-14
0
Erny Manangkari
kasihan Amelia.. ntar kamu Adrian akan nyesal
2022-09-15
0
Akira Pratiwie
untung cuma novel Adrian..Amelia trsakiti psti endingnya jg blik sama u..andai kisah nyata sdah ogah Amel SMA u
2022-09-04
0