Happy Reading.
Perusahaan Aditama Group.
Adrian sudah tiba di perusahaan milik ayahnya, pikirannya melayang entah kemana, namun dapat di pastikan bahwa saat ini Adrian tengah mengalami konflik batin.
Adrian memejamkan kedua bola matanya, ia sungguh sangat tersiksa dengan pikirannya sendiri, di satu sisi ia selalu menyalahkan Amelia tentang kematian kekasihnya, tapi disisi lain ia juga merasa bersalah terhadap Amelia, apalagi semenjak ia memimpikan kekasihnya semalam.
Jari jemari Adrian mengetuk-etuk meja kerjanya, ia sungguh tidak bisa berpikir jernih saat ini.
Drtt .. drtt...
Ponsel Adrian bergetar, dengan malas Adrian pun meraih ponsel miliknya kemudian ia melihat siapa yang tengah menghubunginya.
Pandangan Adrian tiba-tiba berubah jadi gelap, rahangnya mengeras, dan tangan yang mengetuk-etuk meja pun berubah menjadi terkepal dengan kuat.
Amarah dalam tubuhnya kembali memuncak, ia tau, panggilan itu bukan untuknya, tetapi melainkan untuk Amelia.
"Amel, kemana saja kamu, aku sangat mengkhawatirkan mu." Terdengar suara laki_laki yang menelpon Amelia dengan nada lembut dan juga khawatir.
"Aku ,, aku baik saja, kamu tidak perlu mengkhawatirkan ku." Balas Amelia sedikit gugup.
"Benarkah?"
"Hmm ada apa kamu meneleponku?"
"Aku sangat merindukanmu Amel, akhir bulan ini aku akan pulang ke Indonesia, dan aku harap, aku bisa bertemu denganmu."
"Aku sudah bilang padamu, kalau aku sudah menikah Vino."
"Tapi aku tau bahwa kamu tidak bahagia, benarkan Amel?"
"Bahagia atau tidak itu bukan urusanmu Vino."
"Bahagia mu akan menjadi urusanku Amel, mari kita bertemu nanti, dan aku akan menjelaskan semuanya padamu, ku harap kamu mau mendengar penjelasan ku."
"Lihat saja nanti, sudah dulu aku sangat sibuk." Setelah itu, Amelia pun langsung mengakhiri panggilan dari Vino, sementara Vino langsung menatap layar ponselnya yang sudah mati.
"Lagi-lagi Vino, argh sialan kenapa aku merasa kesal seperti ini? Siapa sebenarnya laki-laki sialan itu? Apakah dia kekasih Amelia? Argh brengsek, perempuan sialan masih saja berani berhubungan dengan laki-laki lain." Dengus Adrian sambil melempar berkas yang berada di atas meja kerjanya.
"Ada apa dengan lo?" Tanya Daniel yang sudah berada di dalam ruangan Adrian.
"Bukan urusan lo."
"Ck, dari pada lo marah-marah tidak jelas, lebih baik lo tanda tangani berkas ini."
"Dimana Amelia?"
"Bukannya lo sudah membuangnya semalam? Kenapa lo tanya keberadaannya sekarang?"
"Dia itu istri gue, jadi gue berhak tau dimana keberadaannya."
"Jangan konyol Adrian, bukankah lo bilang kalau lo sangat membenci Amelia? Lalu untuk apa lo mencari tau keberadaannya? Apa lo belum puas menyakiti fisik dan juga hati Amelia?"
"Daniel, gue tidak perduli dengan pertanyaan lo, sekarang lo kasih tau gue, dimana Amelia di rawat, bagaimana pun juga, Amelia adalah istri gue jadi lo gak berhak menyembunyikan keberadaannya." Ujar Adrian sambil menatap tajam sahabatnya itu.
"Apa lo akan meminta maaf kepadanya? Kalau lo mau mengakui kesalahan lo dan lo mau meminta maaf kepada Amelia, gue bakal kasih tau lo dimana Amelia di rawat."
Adrian mengepalkan kedua tangannya, ia sudah sangat muak dengan ucapan yang di keluarkan oleh Daniel sahabatnya, namun Adrian juga harus mengetahui keberadaan Amelia sekarang.
"Baiklah, jadi dimana dia di rawat?"
"Di Mayapada Hospital."
Ujar Daniel, sambil meraih berkas yang sudah di tanda tangani oleh Adrian.
Daniel menatap Adrian dengan tatapan tajamnya, kemudian ia berkata.
"Adrian gue harap lo tidak akan menyakiti Amelia lagi, atau lo akan menyesalinya."
Setelah itu, Daniel pun langsung pergi membawa kakinya keluar, sementara Adrian tidak mengatakan apa_apa, ia sangat bosan mendengar kata menyesal yang keluar dari mulut sahabatnya tersebut.
Adrian kembali memikirkan obrolan Amelia dengan Vino tadi.
Perasaan Adrian saat ini sangat kacau, entah mengapa ada rasa marah, ketika mendengar laki_laki lain yang merindukan istrinya, padahal jelas-jelas Adrian sangat membenci Amelia.
Tetapi mengapa Adrian harus marah? Bukankah setelah enam bulan dirinya akan menceraikan Amelia? Adrian sungguh sangat membenci perasaan seperti ini, entah mengapa, ia menjadi memikirkan tentang Amelia, Amelia, dan Amelia.
***
Pukul 16.45 wib.
Amelia masih berada di rumah sakit, meskipun keadaannya sudah membaik, tetapi Daniel memintanya untuk tetap berada di dalam ruangannya.
Amelia menatap langit-langit ruangannya, ia masih teringat akan ucapan Vino kekasih yang dulu meninggalkannya.
"Menjelaskan? Apa yang ingin kamu jelaskan Vin? Mengapa dulu kamu tidak pernah menghubungiku dan menjelaskannya dulu? Mengapa sekarang kamu muncul dan bilang bahwa kamu selalu merindukanku? Aku tidak mengerti dengan dirimu Vino, bahkan jika kamu menjelaskannya pun, kita tidak akan pernah bisa seperti dulu lagi Vin, karena aku sudah jatuh cinta kepada iblis yang kejam." Lirih Amelia yang mulai kembali menjatuhkan air matanya.
Amelia kembali teringat akan kejadian semalam, disaat Adrian menghinanya, disaat Adrian menamparnya dan disaat Adrian mencekiknya, semuanya terlintas kembali dalam memory nya.
Disaat Amelia larut dalam lamunannya, seorang laki-laki pun ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Laki-laki itu menatap Amelia dengan tatapan yang sulit di artikan, entah apa yang di pikirkan laki-laki itu hanya Tuhanlah yang tau.
Amelia masih belum menyadari keberadaan laki-laki tersebut, sampai dimana laki-laki itu megeluarkan suaranya yang terdengar serak dan juga dingin, barulah Amelia mengalihkan pandangannya.
"Bagaimana keadaanmu Amelia?" Tanya seorang laki-laki yang tak lain adalah Adrian.
Deg...
Seketika jantung Amelia berdetak dengan cepat, ia kenal dengan suara itu, tubuh Amelia mulai bergetar ia mulai merasa cemas, bagaimana pun juga suara itu adalah suara orang yang hampir membunuhnya semalam.
Amelia menoleh ke asal suara tersebut, dan benar saja laki-laki itu adalah Adrian, suami yang menyiksanya semalam.
"Ad ,, Adrian ke ,, kenapa kamu a ,, ada disini?" Ucap Amelia dengan wajah yang kembali memucat, Amelia memandang Adrian tajam, terlihat jelas bahwa Amelia tidak menginginkan keberadaan Adrian.
"Kenapa? Apa aku tidak boleh menjenguk istriku sendiri?" Ujar Adrian sambil memperlihatkan raut wajah tidak suka.
"Kamu ingin menjengukku atau kamu ingin memastikan bahwa aku belum mati begitu kah maksudmu?" Amelia berkata dengan nada dinginnya, ia pun menatap Adrian dengan tajam, sungguh ini baru pertama kalinya Amelia menatap Adrian dengan tajam seperti itu.
"Betul sekali.." Adrian menjeda ucapannya beberapa detik, kemudian ia berkata kembali." Sangat di sayangkan ternyata kamu masih hidup."
"Ya ya ya ,, ternyata Tuhan sangat sayang padaku Adrian, jadi Tuhan memberiku umur yang panjang." Ujar Amelia sambil menyembunyikan rasa sakit yang ada dalam hatinya.
"Ck ,, Ya aku pun berharap agar kamu panjang umur, karena, dengan begitu aku bisa membuatmu menderita seumur hidupmu." Adrian berkata dengan nada dingin dan menusuk.
Jauh dari lubuk hati yang paling dalam, Adrian sendiri merasa sangat bersalah dan merasa sakit ketika ia mengucapkan hal yang kejam seperti tadi, namun gengsi yang tinggi tidak dapat ia hilangkan, sehingga membuat dirinya kembali menyakiti Amelia.
"Lakukanlah Adrian, jika memang itu yang kamu inginkan."
Drtt drtt ...
Ponsel Amelia berbunyi disaat Adrian ingin mengeluarkan suaranya. Amelia meraih ponselnya, ia melihat layar ponselnya dan ternyata Vino lah yang tengah menghubunginya saat ini.
Amelia menatap Adrian, yang ternyata ponselnya pun berbunyi secara bersamaan.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu?"
"Tidak apa."
"Siapa yang menelponmu?"
"Bukan urusanmu."
"Oh rupanya pelajaran yang ku berikan semalam masih kurang ya?" Adrian berkata sambil melangkahkan kakinya menuju gadis cantik yang mulai merasa ketakutan.
"Katakan, siapa yang menghubungimu" Adrian kembali berkata dengan tangan yang mulai menyentuh dagu Amelia.
"Sudah ku bilang itu bukan urusanmu Adrian." Ujar Amelia dengan menaikan volume suaranya, meskipun merasa takut tetapi Amelia memberanikan diri untuk terus melawan, dan menatap kedua bola mata Adrian dengan tajam.
"Kamu adalah istriku, siapa pun yang menghubungimu, kamu harus beritahu aku, jangan sampai aku menyiksamu seperti semalam." Adrian berkata dengan nada dingin dan juga tatapan matanya yang seperti ingin menghabisi Amelia.
"Istri? Bukankah kamu bilang pernikahan kita itu palsu? Bukankah berarti aku juga istri palsumu."
Mendengar ucapan Amelia, Adrian pun terdiam sejenak memang benar apa yang di katakan oleh Amelia, bahwa pernikahan mereka adalah pernikahan palsu, tetapi menurut agama dan hukum, pernikahan mereka sah dan nyata, hanya saja Adrian tidak sudi untuk mengakuinya.
Ketika Adrian hendak mengeluarkan ucapannya, pintu ruangan pun terbuka.
"Apa yang lo lakukan Adrian? Amelia masih sakit." Daniel berkata sambil berjalan menghampiri Adrian yang tengah mencengkram dagu Amelia.
"Lepaskan Adrian, lo menyakitinya." Daniel kembali berkata, ia mencoba untuk melepaskan cengkraman Adrian.
"Ngapain lo kesini?"
"Gue mau jenguk Amelia. Apa ada yang salah?"
"Oh sebegitu perhatiannya lo sama istri gue, jangan bilang kalau lo menyukai istri gue?" Ujar Adrian sambil menatap tajam sahabatnya, ia sungguh tidak suka jika ada laki-laki lain yang dekat dengan istrinya.
"Jangan omong kosong, gue nengokin istri lo bukan berarti gue menyukainya, hanya saja gue khawatir jika ada laki-laki brengsek yang melukainya lagi." Daniel berkata dengan nada dinginnya, sungguh ia menyesal karena sudah memberitahukan tempat dimana Amelia di rawat.
Daniel pikir, Adrian akan datang untuk meminta maaf, tetapi nyatanya Adrian datang untuk menyakiti Amelia.
Mendengar ucapan Daniel, amarah yang ada dalam diri Adrian pun seketika mendidih, Adrian sungguh ingin memukul sahabat yang ada di hadapannya itu, jika mereka berada di luar rumah sakit, mungkin Adrian sudah memukul sahabatnya hingga babak belur.
Kedua tangan Adrian terkepal dengan kuat, ia menahan amarah, dan juga mencoba untuk mengontrol emosinya.
"Daniel, lebih baik jaga jarak dengan istri gue, atau gw akan buat hidup dia menderita sampai MATI."
Hanya dengan cara itulah Adrian bisa mengancam Daniel, ia tau Daniel pasti akan menuruti ucapannya jika nyawa Amelia di pertaruhkan.
Entah darimana datangnya kepercayaan Adrian tersebut, yang jelas Adrian sangat yakin bahwa Daniel memiliki perasaan lebih terhadap istrinya itu.
"Brengsek lo Adrian, lo benar-benar bisa membuat gue diam dan menjauh dari Amelia, hanya karena ancaman lo, tetapi lihat saja kalau sampai lo benar-benar membuat Amelia menderita lagi, gue bersumpah gue akan membawa Amelia pergi jauh dari kehidupan lo." Ujar Daniel sambil mengepalkan kedua tangannya.
Daniel menatap sahabatnya dengan kesal dan juga marah, ia sungguh tidak menyangka, bahwa Adrian benar-benar sang iblis berwajah tampan.
"Lo harus inget batasan lo Daniel, dari pada lo membuang waktu lo disini, lebih baik lo pulang ."
"Brengsek." Dengus Daniel sambil melangkahkan kakinya keluar, sementara Amelia hanya menyaksikan drama yang di mainkan Adrian dan juga Daniel.
Adrian kembali menatap Amelia, ia masih ingin tau tentang Vino yang selalu menghubungi istrinya tersebut.
"Amelia jangan berpikir untuk membodohiku, cepat atau lambat aku akan mengetahui hubunganmu dengan laki-laki sialan itu, dan akan aku pastikan kau tidak akan pernah bisa bertemu dengannya." Ujar Adrian dengan nada dinginnya.
"Adrian sebenarnya apa mau mu? Bukankah kamu sendiri yang bilang bahwa aku boleh memiliki privasiku sendiri, itu berarti semua masalah pribadiku, kamu tidak berhak untuk mengetahuinya."
"Oh, aku lupa memberitahu mu Amelia, mulai sekarang kebebasanmu ada di tanganku, begitu pun juga dengan kehidupanmu kamu tidak di perbolehkan untuk berhubungan dengan siapa pun, jika kamu melanggarnya maka kamu akan tau akibatnya."
Amelia kembali terdiam, ia sungguh tidak menyangka, bahwa Adrian mengurungnya dalam lingkaran setan, yang tak seorang pun bisa membebaskannya kecuali setelah enam bulan, itu pun hanya perkiraan Amelia saja.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Mesri Sihaloho
ameli kabur ngapa?sakit thor hati ini
2025-03-27
0
Nur fadillah
Thor...kok sedih banget...😥😥
2023-04-10
0
Rosmery Napitu
Daniel kok bodoh sih.. ngapain dikasih tau alamat si Amelia...
2023-03-26
0