Happy Reading
Setelah cukup lama mengobrol dengan mertuanya, Amelia pun berpamitan untuk istirahat.
"Ma Amelia istirahat duluan ya." Pamit Amelia yang memang sudah tidak kuat menahan kantuknya.
"Baiklah, kebetulan mama juga sudah mengantuk."
Amelia tersenyum, begitu pun juga dengan Laras, mereka saling melempar senyuman, Laras terlebih dahulu melangkahkan kakinya, setelah itu, Amelia pun pergi melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.
***
Setelah berada di dalam kamarnya, Amelia pun berjalan menuju sofa, ia memutuskan untuk tidur di atas sofa tersebut.
Amelia melihat ponselnya yang berada di atas meja, lalu ia pun segera mengambilnya. Amelia membuka layar ponsel miliknya, dan dia mendapatkan beberapa pesan WashApp dari nomor tidak di kenal.
Karena rasa penasarannya, Amelia pun memutuskan untuk membaca pesan tersebut.
Nomor tidak di kenal.
~Amel, ini aku Vino, aku sangat merindukanmu, maafkan aku, karena aku pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun kepadamu, tapi aku mempunyai alasanku sendiri, aku harap kamu mau menerima permintaan maaf ku~
~Amel sebentar lagi aku akan kembali ke Indonesia, dan aku akan menjelaskan tentang kepergian ku dulu kepadamu. Tunggu aku pulang Amel.~
Setelah membaca dua pesan WashApp tersebut, Amelia kembali menjatuhkan air matanya. Entah Amelia harus senang atau malah sebaliknya, bagaimana pun juga, Amelia sudah jatuh cinta kepada Adrian suaminya, lantas apa yang akan Amelia lakukan ketika mereka nanti bertemu?
Apakah dia harus memaafkan Vino?, Lalu apakah Amelia harus mendengarkan penjelasan Vino?, Atau Amelia harus menghindari Vino?. Dengan memikirkannya pun sudah membuat Amelia sesak, apalagi jika dia benar_benar di pertemukan kembali dengan Vino.
Drtt drtttt ponsel Amelia berbunyi dan menampilkan sebuah nomor yang tidak di kenal di layar ponsel tersebut.
Amelia tau jelas siapa yang sedang menghubunginya.
Amelia hanya menatap layar ponselnya, ia enggan untuk mengangkat panggilan tersebut. Setelah tiga detik panggilan telpon pun mati.
Amelia menghela nafasnya lega, ia masih tidak sanggup untuk berbicara dengan Vino, kekasih yang meninggalkan dirinya dulu.
Tring .. Sebuah pesan WashApp masuk ke ponsel Amelia.
Nomor tidak di kenal.
~Amel, aku mohon angkat panggilanku.~
Isi dari pesan tersebut, Amelia hanya bisa menatap isi pesan itu, ia tidak berniat untuk membalasnya.
Drttt drttt ponsel Amelia kembali berbunyi, namun kali ini Amelia mencoba untuk menerima panggilan telpon dari Vino.
"Amel." Panggil Vino terdengar lembut di telinga Amelia.
" ....." Amelia tidak merespon panggilan Vino.
"Amel, aku tau kamu pasti marah, dan mungkin juga kamu sangat membenciku, tapi aku mohon berikan aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya Amel." Vino kembali bersuara dengan nada sendu nya.
Sementara Amelia masih terdiam tanpa suara, Amelia masih mengatur nafasnya yang tak beraturan, ia masih ingat rasa sakit dulu ketika dia di tinggalkan oleh Vino.
"Amel kenapa kamu diam saja?, Bicaralah aku mohon Amel." Vino berkata dengan nada memohon nya, sehingga mampu membuat Amelia bersuara.
"Sudah dua tahun Vino, kenapa kamu baru menghubungiku sekarang?, Kenapa Vin, kenapa?, Apa kamu tau, betapa tersiksanya aku dulu, ketika kamu pergi meninggalkanku tanpa sepatah kata pun yang kamu ucapkan kepadaku?, Setiap hari aku selalu menghubungimu, dan setiap hari aku selalu mencari tau keberadaan mu Vin, dan setiap hari pula aku selalu menunggumu, tapi apa Vin?, Kamu sama sekali tidak menghubungiku"
Tangis Amelia pecah seketika, Amelia sudah tidak bisa lagi membendung air matanya, sementara Vino yang mendengar ucapan Amelia pun merasakan sakit di dalam dada nya.
"Amel, aku tau aku salah, tapi aku mohon berikan aku kesempatan Amel, biarkan aku menjelaskan kepergian ku saat itu, aku mohon Amel." Ujar Vino terdengar lirih.
"Sudah terlambat Vin, aku tidak perlu mendengar penjelasan mu, dan kamu tidak perlu menjelaskan semuanya kepadaku."
"Aku mohon, berikan aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya."
"Meskipun aku memberikan kesempatan untukmu, tetapi, kita tidak bisa seperti dulu lagi Vino."
Vino terdiam sejenak, kemudian ia berkata dengan nada suara rendahnya.
"Kenapa kita tidak bisa seperti dulu lagi Amel?, Aku selama ini selalu mencintaimu dan merindukanmu, apa kamu sudah melupakan ku?"
"Ya, aku sudah melupakan mu, tepat setahun yang lalu, dan sekarang aku sudah menikah." Amelia berkata dengan nada yang lebih rendah daripada Vino.
Mendengar ucapan Amelia, Vino pun langsung merasakan sesak di dalam dadanya, ia sungguh tidak menyangka bahwa perempuan yang selama ini ia cintai sudah menikah dengan laki_laki lain.
Vino mengepalkan tangannya dengan kuat, ia sungguh tidak bisa menerima kalau Amelia sudah menikah dengan laki_laki lain.
Tatapan mata Vino berubah menjadi gelap, rasa sakit dan cemburu bercampur menjadi satu.
"Aku tau kamu pasti bohong kan Amel?, Aku yakin bahwa kamu masih mencintaiku, dan aku tidak percaya dengan ucapan mu Amel." Ujar Vino berusaha meyakinkan dirinya, bahwa ucapan Amelia adalah sebuah kebohongan.
"Aku tidak berbohong Vino, aku benar_benar sudah menikah, dan aku sudah melupakanmu dan jatuh cinta dengan laki_laki lain." Balas Amelia dengan nada suara yang sedikit bergetar.
"Amel apa kamu bahagia dengan pernikahanmu?" Tanya Vino dengan tiba_tiba, sebenarnya Vino hanya ingin menjebak Amelia melalui ucapannya, jika Amelia terdiam, itu berarti Amelia tidak bahagia dengan pernikahan, itulah pemikiran Vino saat ini.
Mendengar pertanyaan Vino tersebut, Amelia langsung tertegun.
" Munafik jika aku bilang kalau aku sangat bahagia dengan pernikahan ini, nyatanya aku sangat menderita dan ingin segera terbebas dari penderitaan ini, tetapi aku tidak mungkin memberitahu Vino yang sebenarnya." Amelia bergumam dalam hati.
"Amel kenapa kamu diam saja, jawab aku Amel?" Vino kembali berucap dengan nada suara yang terdengar lembut.
"Aku ,, aku sangat bahagia Vino, bagaimana mungkin aku tidak bahagia menikah dengan laki_laki yang sangat aku cintai ,, Amelia menarik nafasnya lalu membuangnya secara perlahan, kemudian ia berkata kembali dengan suara rendahnya.
"Sudah malam, aku istirahat dulu, selamat malam."
Setelah itu, Amelia pun langsung mengakhiri panggilannya, kemudian ia menggenggam erat ponsel miliknya.
***
Setelah Amelia memutuskan panggilannya, Vino pun langsung menyunggingkan senyumannya, kini ia merasa lega, bahwa dirinya masih memiliki kesempatan untuk bersama kembali dengan Amelia.
"Amel meskipun kamu sudah menikah, aku akan terus mengejar mu kembali, karena aku yakin, bahwa kamu tidak bahagia dengan pernikahanmu itu.
Tunggu aku kembali Amel." Gumam Vino dengan pelan.
Ya Vino memang paling mengerti tentang Amelia, ketika Amelia berbohong, maka Amelia akan terdiam lalu berkata dengan nada suara yang rendah, yang berusaha untuk menutupi kebohongannya.
***
Apartemen Daniel.
Adrian tengah mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, ia sangat marah dan juga murka kepada Amelia.
Adrian tau bahwa Amelia baru saja selesai menerima panggilan telpon dari Vino, dan Adrian sendiri pun mendengar setiap ucapan yang mereka lontarkan.
"Dasar perempuan sialan, beraninya dia membohongiku, lihat saja bagaimana aku akan menghukum mu malam ini." Gumam Adrian dalam hati sambil menahan amarah yang bergejolak di dalam dirinya.
"Woy, ada apa dengan muka lo? Serem amat." Teriak Daniel yang melihat perubahan raut wajah sahabatnya itu.
"Sialan, lo pikir gw budeg pake teriak_teriak segala." Adrian berkata dengan kesal.
"Cih gitu aja kesal, lagian gw heran sama lo, dari tadi lo nempelin ponsel lo di telinga kanan lo, seakan_akan ada orang yang menelpon lo, tetapi lo malah diam tanpa bersuara. Gw jadi penasaran dengan siapa yang menelpon lo tadi."
"Kepo lo, mending lo urusin hidup lo sendiri, jangan mau tau urusan orang, sudahlah gw mau balik, malas gw lama_lama liat muka lo." Ujar Adrian dengan nada datarnya, lalu ia melangkahkan kakinya keluar dari apartemen sahabat sekaligus asistennya tersebut.
"Dasar sahabat gak ada akhlak, kalau bukan bos gw, udah gw tampol dah." Gumam Daniel dengan kesal.
***
Waktu menunjukkan pukul 23.05, Adrian sudah tiba di kediaman orang tua nya, ia segera memarkirkan mobilnya, kemudian ia membuka pintu mobil tersebut.
Adrian melangkahkan kakinya dengan sangat cepat, ia sudah tidak bisa menahan amarahnya terhadap Amelia.
Skip.
Setelah tiba di depan pintu kamarnya, Adrian pun langsung membuka pintu tersebut dengan kasar, lalu ia berjalan masuk dan menutup kembali pintu tersebut dengan kencang.
Tatapan mata Adrian tertuju pada gadis yang tengah tertidur pulas di atas sofa, dengan perlahan Adrian pun melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Amelia yang kini tengah tertidur dengan pulasnya.
Adrian berdiri di samping Amelia, tatapan matanya yang tajam masih menyimpan amarah yang belum ia lampiaskan, begitu pun juga dengannya yang terkepal dengan kuat.
Adrian menelisik setiap inci tubuh Amelia, mulai dari ujung kaki, hingga ujung kepala, entah apa yang ada dalam pikiran hanya dia lah yang tau.
Brakkk
Adrian memukul dengan keras meja yang berada di hadapannya, sehingga membuat Amelia terkejut dan terbangun dari tidurnya.
Mata Amelia terbelalak kaget, ketika mendapati Adrian yang tengah menatapnya dengan tatapan membunuhnya, Amelia sungguh merasa takut, sehingga membuat seluruh tubuhnya bergetar, sementara Adrian masih setia menatapnya tajam.
"Ad ,, Adrian ka ,, kamu sudah pu ,, pulang." Amelia berkata dengan gugup, ia tidak berani menatap Adrian.
Adrian melangkahkan kakinya dua langkah, sehingga membuat jarak di antara mereka berdua hanya beberapa centi meter saja.
Amelia semakin gugup dan takut, ia taku Adrian akan menamparnya lagi seperti tadi.
"Amelia katakan padaku, apakah kamu mencintaiku.?" Tanya Adrian dengan intonasi yang tinggi.
Mendapat pertanyaan tersebut, Amelia pun tertegun, ia tidak mengerti mengapa Adrian tiba_tiba menanyakan tentang perasaannya, padahal jelas_jelas Adrian sangat membencinya.
"JAWAB Amelia." Bentak Adrian sambil meraih dagu Amelia, sehingga membuat Amelia mendongahkan wajahnya.
"Aku ,, aku memang mencintaimu Adrian, tapi itu sebelum aku tau bahwa kamu adalah kekasih sahabatku." Ujar Amelia berbohong. Amelia tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya masih mencintai Adrian, bisa_bisa kebencian Adrian semakin bertambah, namun jawaban yang di lontarkan Amelia justru semakin membuat Adrian meradang.
Semakin Adrian marah, semakin kuat pula cengkraman Adrian, bukan jawaban itu yang Adrian inginkan.
"Amelia aku tanya satu kali lagi, apakah kamu mencintaiku.?" Adrian kembali mengulang pertanyaannya, sehingga membuat Amelia benar_benar gelisah.
"Aku sudah menjawabnya Adrian, jadi lepaskan tanganmu." Ujar Amelia memberanikan dirinya.
Lagi_lagi jawaban Amelia membuat amarah dalam diri Adrian semakin membara, entah mengapa jawaban yamg di keluarkan dari mulut Amelia, membuat Adrian marah dan juga kesal.
Cemburu?, Tentu tidak, lalu mengapa Adrian marah?, Mengapa Adrian harus kesal mendengar jawaban dari Amelia tadi?, Tentunya Adrian marah, karena yang dia inginkan adalah menyiksa Amelia dengan cintanya sendiri.
Jika Amelia masih mencintainya,maka penderitaan Amelia akan semakin bertambah disaat Adrian menyiksanya dan perlahan membuat Amelia tersakiti oleh perasaannya sendiri.
Itulah yang ada dalam pikiran Adrian, namun pada kenyataannya, Adrian marah bukan karena soal itu, melainkan Amelia berbohong tentang laki_laki yang bernama Vino.
Mengingat tentang percakapan Amelia bersama Vino tadi, sungguh membuat Adrian geram dan murka.
"Amelia kau harus ingat, selama kau masih menjadi istriku, kau tidak di perbolehkan untuk berhubungan dengan siapa pun, atau kau akan menanggunh konsekuensinya sendiri. MENGERTI." Ujar Adrian menekankan.
"Aku mengerti." Balas Amelia singkat, meskipun ada berbagai pertanyaan dalam benak Amelia, namun Amelia tidak ingin bertanya.
"Bagus kalau begitu, INGAT, jika aku mengetahui kalau kamu berhubungan dengan laki_laki lain, maka aku akan menyiksamu jauh dari seperti yang kamu bayangkan. Mengerti." Ujar Adrian dengan tegas dan tatapan mata yang tajam, sehingga membuat Amelia ketakutan setengah mati.
"Aku mengerti." Balas Amelia menyembunyikan rasa takutnya.
Setelah itu, Adrian pun melepaskan cengkraman tangannya, kemudian ia berbalik dan melangkahkan kakinya menuju tempat tidur, sementara Amelia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.
Sikap Adrian saat ini, sungguh membuat Amelia tidak mengerti sama sekali, pasalnya, mereka sudah melakukan perjanjian, bahwa mereka tidak di perbolehkan untuk ikut campur dalam urusan nya masing_masing.
Namun pada kenyataannya, Adrian malah melarangnya dengan ancaman yang mampu membuat Amelia bergidik ngeri.
Bersambung ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Nur fadillah
Marah mulu...Mas nanti tekanan lho...🤣🤣🤣
2023-04-10
0
Erny Manangkari
Adrian kamu memang egois
2022-09-15
0
𝐀⃝🥀🦆͜͡𝐓𝐑𝐈'ᴳ🍁🤎❣️ᴳ𝐑᭄ˢ⍣⃟
dasar suami aneh entar Lo dibikin jatuh cinta sama Amelia baru nyaho Lo 😛🧐🤔🤔👍👍👍
2022-07-20
0