Happy Reading.
Drtt ,, drttt
Bunyi ponsel Amelia menghentikan tangisannya, dengan tangan yang masih bergetar, Amelia pun meraih ponsel yang berada di dalam tas kecil miliknya.
Amelia mengerutkan kedua alisnya, pasalnya nomor yang menghubunginya adalah nomor tidak di kenal, karena rasa penasarannya Amelia pun menggeser tombol yang berwarna hijau, lalu ia berkata dengan suara seraknya.
"Halo ini siapa?" Tanya Amelia.
Sementara si penelpon tidak bersuara sama sekali, sehingga membuat Amelia kembali membuka suaranya.
"Siapa di sana? Ada perlu apa?" Tanya Amelia sedikit meninggikan volume suaranya.
"Amel ini aku." Balas si penelpon tersebut terdengar tidak asing di telinga Amelia.
Deg...
jantung Amelia berdetak dengan sangat cepat, Amelia sangat mengenali suara ini, meskipun sudah dua tahun lamanya, tetapi Amelia masih mengingat suara laki_laki yang berada di seberang telpon sana.
"Vi ,, Vino." Satu kata yang keluar dari mulut Amelia dengan perasaan campur aduk.
"Iya Amel ini aku, Vino kekasihmu dulu." Ujar Vino terdengar lembut, dan menyimpan kerinduan yang mendalam terhadap Amelia.
Amelia terdiam, ia tidak tau lagi harus berbicara apa, sebuah rasa kerinduan, kebencian bercampur menjadi satu, apalagi jika Amelia mengingat kepergian sang kekasih yang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Amel aku sangat merindukanmu." Vino berkata kembali dengan nada lembutnya, sehingga membuat Amelia kembali teringat akan kenangan bersama Vino dahulu.
Tanpa mengucapkan apapun, Amelia langsung mengakhiri panggilannya, ia tidak bisa menahan kembali air mata nya yang kini mulai terjatuh ketika ia mulai mengingat kenangan bersama Vino dulu.
Flashback On.
Gadis cantik berambut panjang tengah berdiri di pantai Kuta Bali, ia terlihat sangat cantik mengenakan mini dress berwarna putih, seorang laki_laki tampan datang dan memeluknya dari belakang, gadis itu terlihat sangat bahagia, atas kedatangan laki_laki tampan tersebut.
"Sayang, aku ingin pulang ke Jakarta." Ujar gadis cantik itu dengan manjanya.
"Kenapa, apa kamu tidak betah tinggal disini?" Tanya laki_laki tampan tersebut sambil mengernyitkan kedua alisnya.
"Bukan begitu sayang, kita sudah hampir satu minggu liburan disini, dan aku hanya meminta cuti tiga hari saja." Ujar gadis cantik itu yang tak lain adalah Amelia dan laki_laki tampan tersebut adalah Vino kekasih Amelia.
"Baiklah, besok kita pulang ya." Balas Vino sambil mengecup kening kekasihnya.
"Ok baby, janji ya." Amelia mengangkat kelingkingnya sambil tersenyum manis kepada kekasihnya.
"Iya sayang." Balas Vino sambil mengaitkan kelingkingnya di kelingking kekasihnya.
Amelia mengacak_acak rambut kekasihnya, namun ia sedikit terkejut, karena rambut sang kekasih rontok.
"Sayang kenapa rambutmu rontok sekali?" Tanya Amelia sambil mengernyitkan kedua alisnya, sementara Vino terdiam sejenak, kemudian ia berkata dengan lembut.
"Mungkin aku salah menggunakan shampo sayang, sudahlah jangan di pikirkan."
"Memangnya kamu pake shampo merk apa sih, sampai_sampai rambutmu rontok begini?"
"Hmm aku lupa baby, sudahlah jangan di permalasah kan, lebih baik kita menikmati pemandangan yang indah ini." Ujar Vino dengan lembut.
"Hmm yasudah kalau gitu, nanti kamu ganti saja shampo ya, biar rambutmu tidak rontok lagi." Saran Amelia sambil menyandarkan kepalanya di bahu Vino.
"Iya bawel." Balas Vino dengan lembut.
"Maafkan aku Amel, mungkin aku tidak bisa memberitahu mu tentang penyakit ku ini, aku tidak ingin kamu sedih. Tapi percayalah Amel, aku akan terus berjuang untuk melawan penyakit ku ini, meskipun aku harus pergi ke Thailand untuk pengobatan ku. Tapi mungkin aku tidak akan memberitahumu tentang kepergian ku, karena aku takut, jika pengobatan ku tidak membuahkan hasil." Vino bergumam dalam hati, ia menatap sendu kekasih yang kini tengah bersandar di bahunya.
FlashBack Of.
POV Amelia
Aku menyandarkan kepala ku di sofa, entah perasaan seperti apa yang aku rasakan saat ini, yang jelas perasaanku campur aduk.
"Sudah dua tahun ,, Vino kenapa kamu baru menghubungiku sekarang? Kenapa kenapa Vino? Kenapa? " Aku bergumam dalam hatiku, air mataku jatuh tak bisa ku bendung lagi.
" Apa kamu tau, dulu aku selalu menunggu kabar darimu, dulu aku selalu mencari tahu keberadaan mu, dulu aku selalu menangisimu, selama setahun penuh aku selalu merindukanmu, memikirkan tentang dirimu, dan selama itu pula hidupku hancur Vino." Lirihku beserta tangisan kemarahanku dan juga kerinduanku.
Aku benci Vino, karena dulu pergi meninggalkanku tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dan sekarang dia tiba_tiba menghubungiku dan mengatakan jika dirinya merindukanku, sungguh membuatku tak percaya.
Aku menatap photo Vino yang memang masih tersimpan di memory card ku, meskipun aku sudah mengganti ponselku, namun memory card ku tetap masih yang dulu.
***
POV AUTHOR
Ketika Amelia masih memandangi photo Vino dengan air mata yang masih terjatuh di pipi mulusnya, Adrian sudah berada di ujung tempat tidurnya, ia menatap Amelia dengan pandangan yang sulit di artikan.
Ardian yakin, bahwa saat ini Amelia tengah menangisi seseorang, karena pada saat Amelia mengangkat telpon dari Vino, Adrian memang sudah berada di ujung tempat tidurnya, namun Amelia tidak menyadarinya sama sekali.
Adrian melihat tangisan Amelia kembali pecah saat Amelia menyebut nama VINO, meskipun Adrian tidak tau siapa itu Vino, tetapi dia sangat yakin, laki_laki yang bernama Vino itu adalah laki_laki yang membuat Amelia menangis.
"Sialan, berani sekali dia menangisi laki_laki lain di hadapanku, lihat saja bagaimana aku akan menghukum mu Amelia." Adrian bergumam dalam hati, ia mengepalkan kedua tangannya dengan erat, dan menatap tajam Amelia yang masih tidak menyadari keberadaannya.
Perlahan Adrian melangkahkan kakinya, ia ingin tau, siapa laki_laki yang membuat Amelia menangis selain dirinya.
"Bagus Amelia, kamu sangat bagus ,,, berani sekali kamu menangisi laki_laki lain di hadapan suamimu ini." Ujar Adrian setelah merebut ponsel milik Amelia.
Adrian sangat marah,Adrian sangat benci ketika melihat Amelia menangis karena laki_laki lain, bukan karena dirinya. Sementara Amelia terkejut ketika Adrian merebut ponselnya dengan tiba_tiba.
"Adrian ,, Adrian kembalikan ponselku." Ujar Amelia sambil menghapus air mata di pipinya.
"Siapa laki_laki ini? Apakah dia selingkuhan mu? " Tanya Adrian sambil menunjukkan photo laki_laki yang terdapat di layar ponsel Amelia.
"Bukan urusanmu, kembalikan ponselku." Balas Amelia sambil menatap tajam suaminya tersebut.
"JAWAB, sialan." Bentak Adrian dengan emosi yang mulai memuncak.
"Aku sudah bilang, itu bukan urusanmu Adrian, bukankah kamu sendiri yang bilang, bahwa kita tidak boleh ikut campur dalam urusan kita masing_masing." Ujar Amelia dengan berani.
"Oh rupanya kamu tidak mau menjawab ku ya." Adrian berkata sambil menghampiri Amelia, tangannya yang besar melayang tepat di pipi kiri Amelia.
PLAAAK
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Amelia, sehingga membuat Amelia terjatuh di lantai, Amelia memegangi pipi kirinya yang terasa panas, ia sungguh tidak menyangkanbahwa Adrian akan menamparnya.
"Masih tidak mau jawab?" Adrian kembali berkata sambil berdiri tepat di hadapan Amelia, sementara Amelia menundukkan kepalanya, ia sangat takut dengan laki_laki yang berdiri di hadapannya itu.
"Dia ,, dia Vino." Ucap Amelia dengan nada suara yang bergetar.
"Aku tidak bertanya soal nama laki_laki sialan itu, tetapi aku bertanya apakah dia selingkuhan mu?" Adrian berkata sambil berjongkok, lalu meraih dagu Amelia dan mencengkram nya dengan kuat.
"Bukan ,, dia bukan selingkuhan ku, dia hanya temanku." Ujar Amelia yang masih dengan nada suara getarnya.
Adrian tentu saja tidak percaya dengan ucapan Amelia, namun ia juga sedikit bersalah karena sudah menampar Amelia dengan sangat keras, apalagi posisi mereka sekarang tengah berada di kediaman orang tua nya Adrian.
Tok .. tok ...
Suara ketukan pintu menghentikan aksi Adrian yang ingin mengintrogasi Amelia lebih jauh lagi.
"Mas Adrian makan malam nya sudah siap." Ujar bi Ina di balik pintu.
"Baik, aku akan segera turun." Balas Adrian dengan nada datarnya, kemudian Adrian menatap Amelia lalu ia berkata.
"Hapus air mata mau, jangan sampai membuat mama ku curiga, dan ingat, aku tidak mengizinkanmu untuk berhubungan dengan siapa pun. Mengerti."
Setelah mengucapkan hal itu, Adrian pun melepaskan cengkraman nya, kemudian ia berdiri dan berjalan ke arah pintu kamarnya.
"Kuatkan aku ya Tuhan, aku sungguh tidak mengerti dengan dirinya." Amelia bergumam dalam hati, kemudian ia menghapus air mata nya, lalu ia berjalan menuju kamar mandi.
***
Amelia melihat dirinya di dalam cermin, bekas tamparan di pipi kirinya masih terlihat jelas dan masih terasa panas. Amelia tersenyum simpul, ia menertawakan dirinya sendiri yang bodoh, bodoh karena bisa mencintai Adrian laki_laki yang berdarah dingin itu.
Amelia mengambil fondation di dalam tas miliknya, lalu ia memoleskan sedikit ke sebelah pipi kirinya guna menutupi bekas tamparan suaminya tersebut.
"Amelia kamu harus kuat, kamu tidak boleh lemah, ini baru sebuah tamparan, kedepannya kamu tidak akan tau dengan apa yang akan di lakukan oleh Adrian kepadamu." Amelia bergumam dalam hati sambil memoleskan fondation nya.
Setelah selesai, Amelia pun segera melangkahkan kakinya keluar, lalu ia berjalan menuju pintu kamar dengan langkah kaki yang sedikit cepat.
***
"Adrian dimana istrimu? Kenapa kamu tidak bareng turunnya?" Tanya Laras sambil menatap Adrian.
"Dia masih di kamar ma, dia bilang ingin mencuci mukanya dulu." Adrian berbohong dengan tenang, sehingga membuat Laras percaya dengan ucapannya.
"Oh mama pikir kamu membully nya."
Adrian terdiam, bagaimana pun juga, ucapan mamanya tepat sasaran. Adrian memang sudah membully istrinya, bahkan Adrian juga sudah melakukan kekerasan.
"Mama pikir Adrian sekejam itu?" Adrian berkata dengan nada yang serius, sehingga membuat sang mama percaya bahwa Adrian tidak mungkin membully atau pun menyiksa istrinya sendiri.
"Kenapa kamu serius sekali menanggapinya, mama kan hanya becanda, lagian tidak mungkin anak mama satu_satunya ini, melakukan kekerasan terhadap istrinya sendiri."
"Maaf sudah membuat mama menunggu." Ujar Amelia dengan tiba_tiba.
"Tidak apa sayang, ayo duduk." Balas Laras dengan lembut, sementara Adrian menatap Amelia dengan dingin.
"Terima kasih ma." Amelia duduk berhadapan dengan Adrian, namun ia pura_pura untuk tidak melihatnya.
Makan malam pun berlangsung dengan tenang, tidak ada yang berbicara di antara mereka bertiga, hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang mereka gunakan.
Adrian terlebih dahulu menyelesaikan makan malamnya, dengan suara lembutnya ia berkata kepada mama nya.
"Ma Adrian sudah selesai, Adrian ke atas dulu ya." Ucapnya.
"Cepat sekali, yasudah kalau begitu." Balas Laras sebelum memasukan makanannya ke dalam mulutnya.
Adrian tersenyum, lalu ia beranjak pergi melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.
Amelia tersenyum kelu, ia seperti bayangan yang tidak terlihat, namun meskipun begitu Amelia tetap tersenyum kepada mama mertuanya.
"Maafkan Adrian sayang, mama yakin suatu saat nanti Adrian akan menerima mu dan mencintaimu." Ujar Laras dengan raut wajah bersalahnya.
"Tidak apa ma, mama tidak perlu memikirkannya, ayo kita lanjutkan lagi makannya." Balas Amelia sambil tersenyum manis.
"Menerimaku? Mencintaiku? Tidak akan mungkin ma, bahkan Adrian akan menceraikan ku setelah enam bulan." Amelia bergumam dalam hati.
Mustahil bagi Adrian untuk bisa menerimanya, apalagi mencintainya, membayangkannya saja, Amelia tidak mampu, apalagi berharap dalam kenyataan.
***
Adrian tengah bersandar di jendela, ia meraih ponsel Amelia yang masih berada di dalam saku celananya.
Adrian mengotak atik ponsel Amelia, ia sungguh penasaran dengan laki_laki yang di sebut sebagai teman oleh Amelia.
Adrian memutuskan untuk membuka galeri photo, dan seketika ia mengepalkan satu tangannya dengan kuat, matanya menggelap, setelah ia menelisik semua photo yang tersimpan di galeri ponsel milik Amelia.
"Dasar perempuan sialan, bagaimana bisa dia menyimpan photo laki_laki yang bernama Vino sebanyak ini? Dan ini, sepertinya mereka bukan hanya berteman saja. Sialan, bahkan satu photo ku pun tidak ada di galeri nya, dasar perempuan sialan." Gumam Adrian dengan pelan.
Adrian sungguh tidak menyangka bahwa Amelia menyimpan begitu banyak photo laki_laki yang bernama Vino itu, terlebih lagi, banyak photo Amelia bersama Vino yang terlihat sangat mesra, sungguh membuat amarah Adrian naik seketika.
Adrian sangat penasaran dengan laki_laki yang bernama Vino itu, dia pun memiliki sebuah ide untuk menyadap nomor telpon milik Amelia.
"Lihat saja Amelia, jika kamu berani membohongiku, akan aku pastikan hidupmu hancur tanpa sisa." Gumam Adrian di iringi dengan seringaian devilnya.
Setelah selesai menyadap ponsel Amelia, Adrian pun menaruh ponsel tersebut di atas meja, kemudian ia melangkahkan kakinya keluar.
***
"Sayang kamu mau kemana?" Tanya Laras yang melihat Adrian menuruni anak tangga.
"Ma Adrian ada urusan sebentar, Adrian keluar dulu ya." Balas Adrian datar, ia menatap Amelia sekilas, lalu ia pergi melangkahkan kakinya tanpa pamit kepada istrinya.
Laras menatap kasihan kepada menantunya, namun ia juga tidak bisa berbuat apa_apa, Laras tau dengan watak anaknya yang keras kepala itu.
"Ma, kenapa mama melamun?" Tanya Amelia memecah keheningannya.
"Ah tidak apa sayang, mama hanya merasa bersalah kepadamu."
"Mama jangan seperti ini, Amelia tidak apa_apa kok."
"Kamu memang perempuan yang baik Amelia, mama tidak salah memilih menantu, kamu dan ayah mu sangat baik."
"Mama berlebihan, Amelia tidak sebaik yang mama pikirkan."
"Amelia, kamu memang perempuan baik, dan juga cantik, mama berharap, kamu bisa sabar menghadapi sifat Adrian yang keras kepala itu, dan mama yakin, suatu saat nanti Adrian pasti jatuh cinta kepadamu, percayalah."
"Terima kasih ma." Hanya ucapan terima kasihlah yang Amelia keluarkan, ia tidak tau harus berbicara apalagi, nyatanya pernikahan Amelia dengan Adrian hanyalah palsu dan semuanya akan berakhir setelah enam bulan.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
FUZEIN
Kuat..kuat la sana
2023-06-21
1
ARA
😁😁😁😁😁😁Ga mau ngakuin Amelia tapi kesel ga ada fotonya di hp Amel.. Ada AQUA? 😝
2023-02-26
0
ARA
Jiahhhh... Ngarep disiksa😏
2023-02-26
0