"Tidak. Anak itu meninggal di kampung halamannya." jawab Neni santai.
"Lalu, kenapa dia bergentayangan di sini? Akan lebih masuk akal kalau dia menghantui kampungnya." protes Molly seraya menjitak kepala Neni. Mendengar jawaban Neni yang tidak terduga semua jadi tertawa.
"Ayahnya bekerja di sini. Wajar saja kalau dia datang ke sini. Lagipula dia hantu. Dia bisa berada di mana saja jika dia mau. "
"Ayahnya masih bekerja di sini?" tanya Sofi serius.
"Dia sudah resign sejak tempat kita direnovasi." jawab Neni.
"Lalu untuk apa dia ke sini?!" Molly mulai emosi.
Semua tertawa melihat Molly dan Neni saling adu mulut.
"Bagaimana kalau cek rekaman pembicaraan tadi?" Saran Sofi.
Aku memang sempat berpikir untuk mengecek rekaman pembicaraan telpon tadi, tapi..
"Katanya suara hantu tidak bisa direkam. Jadi kita bisa pastikan dengan itu." lanjut Sofi.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan jika itu benar?" Alea yang sejak tadi diam tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang mengejutkan. Semua terdiam menunggu jawabanku.
"Aku.." Aku berpikir apa yang harus kukatakan pada mereka agar mereka tidak khawatir. Aku tidak ingin menanggapinya terlalu serius. Ini hanya sekedar 'iseng'.
"Aku akan mengabaikannya. Aku yakin itu akan berhenti besok." jawabku meyakinkan mereka.
Jam makan siang berakhir. Kami menutup diskusi dan kembali bekerja.
\*
"Mel! Mel! Sini!" Panggil Sofi setengah berbisik.
Jam di dinding sudah jam 4 sore. Sudah waktunya jam pulang.
"Ada apa, Sof?" Aku berjalan menghampiri. Di sebelahnya, Rio, salah satu IT kami. Dia tampak sedang sibuk dengan laptop nya.
"Aku minta tolong dia untuk mencarikan rekamanmu tadi pagi." bisik Sofi.
"Kamu masih ingat waktunya atau nomor telponnya?" tanya Rio padaku.
"Ingat. Karena unik jadi kucatat. Jamnya sekitar jam 8." Jawabku. Sebenarnya alasanku mencatat adalah untuk memblokir no telpon tersebut agar tidak bisa menghubungiku lagi.
Rio mulai mencari mengutak-atik laptopnya.
"Kamu yakin gak salah catat?" tanya Rio sambil memperhatikan layar dengan serius.
"Iya aku yakin." jawabku tegas.
"Rekaman dengan no telp itu tidak ditemukan." ucapnya menjelaskan sambil menunjuk layar komputernya.
"Apa mungkin sudah dihapus?" tanyaku.
"Tidak ada jejak dihapus. Dan tidak ada no telpon tersebut di daftar panggilan masuk hari ini. Jadi apa mungkin kamu salah catat?" ujar Rio
Aku diam merenung. Sofi menatapku bertanya tanya. Aku tidak mungkin salah catat. Anehnya aku sudah menduga kalau hal ini akan terjadi.
\*
Dalam perjalanan pulang,
"Kamu yakin gak apa-apa, Mel?" tanya Sofi lagi, cemas. "Kalau kamu mau aku bisa minta tolong sama temen bapakku. Katanya dia pinter ngusir yang suka 'nempel' begitu."
"Gak apa-apa, Sof. Aku baik-baik aja. 'dia' cuma iseng sedikit. Mungkin cuma iseng gak punya temen main. Nanti juga kalau aku cuekin dia capek sendiri dan pergi." jawabku sedikit bergurau. Aku tidak ingin membuatnya khawatir.
"Oke. Nanti kalau kamu butuh sesuatu telpon aku ya."
"Sip" sahutku
Kami pun berpisah di persimpangan jalan. Sofi berjalan menuju halte bus. Sedangkan aku berjalan ke stasiun. aku memilih naik kereta karena kosanku tidak jauh dari stasiun. terlebih kereta adalah kendaraan yg praktis dan aman
Hari masih terang. Namun matahari mulai turun dari tahta nya. Beruntungnya kereta yang kudapat sepi. Hanya ada beberapa penumpang di dalamnya. Masih bisa dapat tempat duduk. Aku bisa bersantai sedikit sebelum perjalanan pulang. Aku mengambil kursi paling pinggir agar bisa menyandarkan kepalaku yang letih sejak tadi. Kenyamanan yang membuatku akhirnya terlelap.
\*
Sakit. Aku merasakan sakit. Sakit di sekujur tubuhku. Aku tidak bisa bergerak. Ada sesuatu yang menindihku. Sesuatu yang besar dan berat.
Aku tak dapat melihat. Semuanya Gelap. Kelopak mataku terasa berat seperti dilem.
Aku mendengar suara orang-orang yang ribut. Tidak jelas apa yang mereka ributkan karena suaranya terdengar jauh. Perlahan aku berusaha membuka mata. Tapi tidak jauh berbeda dengan yang tadi. Aku di kelilingi kegelapan.
Setelah beberapa saat aku menyesuaikan penglihatan, semua nampak agak jelas. Aku berada di dalam kendaraan yang ringsek. Dan terjepit di antara kursi-kursi penumpang. Orang-orang di luar mungkin mencoba menyelamatkan kami.
Aku berteriak meminta tolong "aaah!" sayangnya yang keluar dari mulutku hanya rintihan. Kerongkonganku sakit, dadaku sesak. Keringat mengalir dari keningku dan membasahi mataku. Pandanganku berubah merah. Perasaanku tidak enak.
Aku bersusah payah mengeluarkan tanganku yang terjepit. Dan mengusap keningku. Aku memperhatikan sesuatu yang basah di tanganku. Ini bukan keringat. Ini darah! Kepalaku terluka. Darah mulai menetes dari keningku.
Kepalaku mulai pusing dan perutku mual. Tenggorokanku terasa kering. Aku haus. Aku menelan air liur di mulutku. Rasanya agak aneh. Ada sesuatu yang tercampur.
"Uhuk." Aku terbatuk. Air liur bercampur darah menyembur dari mulutku. Tubuhku mulai lemas. Apa aku akan mati disini? Pikirku menyerah.
Tidak! Aku tidak ingin mati! Aku mau ketemu mama!
Aku mulai sadar apa yang terjadi. Aku dan teman-teman sedang karyawisata. Kami sedang dalam perjalanan. Lalu tiba-tiba bus ini menabrak sesuatu dengan keras dan terguling. Dan aku pingsan.
Mama tidak di sini. Semua orangtua murid wajib ikut. Tapi mama bilang ada yang harus dikerjakan dulu jadi datang telat. Katanya mama akan menyusul. Aku harus menunggu mama. Aku tidak boleh mati.
Air mataku mulai menetes perih. Dan aku mulai menangis. Aku tidak ingin mati. Aku mau ketemu mama.
Tubuhku berguncang nyaris jatuh ke depan. Aku tersadar. Dan mataku berkeliling. Lampu kereta padam. AC mati. Beberapa penumpang ribut.
"Mohon maaf, saat ini kereta mengalami gangguan dan sedang dalam perbaikan. Penumpang sekalian diharap untuk tidak panik." Pemberitahuan terdengar dari pengeras suara di langit-langit.
Ternyata kereta sedang mengalami gangguan.
Sementara yang lain resah, aku menghela nafas lega dan bersandar kembali ke kursi.
"Mimpi.. syukurlah itu cuma mimpi." Ucapku.
Aku menengok ke jendela. Matahari tenggelam di ufuk barat. Meninggalkan noda kemerahan di langit.
Menit-menit pun berlalu. Perbaikan belum juga rampung. Udara di dalam gerbong bertambah panas. Beberapa mulai protes.
Beruntungnya untuk penumpang yang dapat tempat duduk. Mereka nampak cukup tenang. Beberapa bahkan masih sibuk memainkan hp nya. Ada juga yang tertidur pulas di antara hiruk pikuk ini. Sementara kebanyakan penumpang yang berdiri harus merasa pegalnya menunggu. Seolah lutut mereka dipukul palu.
Aku sendiri juga mulai resah untuk alasan berbeda. Sesuatu memperhatikanku. Entah sejak kapan. Aku baru menyadarinya beberapa saat yang lalu.
Berada jauh di sudut gerbong. Sesuatu yang nampak samar diselubungi kegelapan. Sosok yang tinggi dan berwarna hitam legam dengan mata merah menyala. Tingginya bahkan menyentuh langit-langit. Aku mencoba mengabaikannya. Tapi dia terus memperhatikanku seolah ingin menerkamku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Jonah Fernanda
aku suka ceritanya, disini banyak pertanyaan sebenarnya siapa bocah kecil misterius itu apa hubungannya dengan meneror melly
2024-05-08
1
🌻Ruby Kejora
2 like mendarat
mari qt slg dukung. like balik novel q
the thunder's love
2021-02-15
2
BELVA
mampir kembali di novel
#gadis imut diantara dua raja
mksh ya ka
2021-02-05
1