"Sudah belum?" Seru seorang anak laki-laki sambil menutupi matanya. Umurnya sekitar 4 tahun.
"Belum." Sahut anaknya yang lain. Yang sedang sibuk mencari tempat persembunyian.
"Aku hitung sampai lima ya! Siap-siap!" Kata anak itu.
" Satu, dua, ..." Anak itu mulai menghitung, "lima !" Anak itu berseru riang berlarian di halaman rumah yang berumput.
Sang kakak menahan tawa mendengar adiknya yang setahun lebih muda darinya tidak bisa menghitung dengan benar.
Si adik berputar-putar, nampak kesusahan mencari kakaknya. Tubuhnya yang kecil mulai kelelahan. Sedangkan ibunya yang sedang mengangkat jemuran di halaman tersenyum melihat anak-anaknya bermain.
"Mama!" Si adik berlari menghampiri ibunya. Jika sudah kesusahan seperti itu, dia akan datang pada ibunya, meminta dia mencarikan kakaknya.
"Ayo cari kakak, ma!" Anak itu menarik tangan ibunya. Sang ibu meletakkan bak pakaiannya, lalu menemani anaknya bermain.
Awalnya sang ibu berpura-pura mencari anak tertuanya. Meski dia tahu di mana anaknya bersembunyi. Dia berputar-putar lalu menangkap anaknya dari belakang.
Anak tertuanya kaget dan tak bisa lepas dari pelukan ibunya. Meski begitu dia terlihat senang di pelukan ibunya. Si adik merasa cemburu. Dia berlari menghambur ke arah mereka berdua.
"Ikutan!" Seru si bungsu. Mereka bertiga pun jatuh ke atas rumput hijau.
Sang Ayah yang baru saja pulang, tersenyum senang melihat keluarganya yang sedang bermain di halaman.
"Seru sekali kalian. Ayah gak boleh ikutan?" Mendengar suara sang Ayah, kedua anak laki-laki itupun berlari menghampiri minta di gendong.
Sebuah pemandangan keluarga yang harmonis dan bahagia. Sekarang hanya menjadi potret masa lalu dalam ingatannya.
Dia menatap sedih pada foto sang kakak yang tercetak di poster pencarian. Foto anak laki-laki berumur 5 tahun. Foto terakhir kakaknya sebelum dia menghilang 17 tahun lalu.
Sudah lama dia menyebarkan poster pencarian kakaknya kepada semua orang yang dia temui. Memajangnya di tempat-tempat keramaian. Bahkan di gang-gang sempit. Dia menempelkannya hampir di semua tempat yang dia datangi.
Tapi semuanya tidak berarti. Pada akhirnya kertas-kertas itu luntur oleh guyuran hujan atau rusak terjemur teriknya matahari. Poster-posternya berhamburan di jalanan, tersapu oleh angin, tanpa ada yang peduli.
Ia teringat malam sebelum kakaknya menghilang. Dia melihat kakaknya dengan hati-hati membungkus sebuah kotak.
"Kakak sedang apa?"
"Ssst! Jangan berisik! Aku sedang bungkus kado buat mama." Jawab kakaknya.
"Besok mama ulang tahun. Aku mau kasih kado buat mama. Papa juga lagi pesan kue yang besar buat kejutan ulang tahun mama." Katanya lagi.
"Nah, nanti aku akan sembunyi. Saat mama mencariku, kamu taruh kadonya di samping kue ulang tahun mama ya."
Begitulah rencana mereka seharusnya. Namun semua tidak pernah terjadi. Kakaknya menghilang sepulang dari TK. Mamanya yang seharusnya menjemput tidak bisa menjemput.
Awalnya dia berpikir, kakaknya hanya sedang bersembunyi seperti yang dia rencanakan. Jika sudah lelah dia akan kembali ke rumah.
Tapi dia salah. Kakaknya tidak pernah kembali. Kamar tidur kakaknya kian hari kian dingin dan hampa. Hanya ada potret dan gambar-gambar yang dilukis kakaknya yang tertempel di dinding.
Ayahnya sudah mengerahkan semua orang untuk mencari. Mulai dari polisi, tim pencari khusus, detektif bahkan sampai paranormal terkenal. Meski tidak masuk akal, meski kemungkinannya kecil, keluarga tidak pernah menyerah sedikit pun. Berharap usaha yang dilakukan membuahkan hasil.
Sayangnya, semua sia-sia. Keluarganya semakin tenggelam dalam keputusasaan. Biaya yang dikeluarkan untuk mencari kakaknya tidaklah sedikit.
Mereka harus pindah dari rumah lama, mereka, karena rumah lama mereka dijual untuk menutupi biaya. Belum lagi poster pencarian ini mengundang para penipu yang mengincar uang keluarganya saja.
Ayahnya jatuh sakit hingga tidak bisa mengurus perusahaan dengan benar. Dia terpaksa membantu usaha keluarganya sementara dia kuliah. Semuanya tidak berjalan dengan benar sejak kakaknya menghilang.
"Kakak mau sembunyi sampai kapan? Petak umpetnya sudah berakhir sejak lama, kak. Kumohon pulang! Kami semua merindukanmu." Ucapnya dengan perasaan lirih berharap angin membawa suaranya kepada kakaknya yang sekarang ini entah ada di mana.
17 tahun berlalu. Dia sudah tidak mengenali rupa kakaknya lagi. Entah dia sudah jadi seperti apa. Dia hanya Berharap kakaknya yang sudah tumbuh dewasa mengenali foto yang ada di poster itu dan menghubunginya.
Ah, dia baru ingat. Kemarin dia mendapatkan panggilan dari nomor tidak kenal. Saat dia angkat awalnya hening. Lalu..
"Apa ini nomor kerabatnya Ello?"
Saat mendengar nama itu disebut, seluruh emosi bercampur aduk tidak terkendali. Ello adalah nama kecil kakaknya. Dan hanya keluarganya yang memanggilnya begitu.
"Dari mana? Dari mana kau tahu nama kakakku?" Tanyanya dengan panik. Sayang, sebelum dia mendengar jawabannya telpon terputus.
Dia berusaha menghubungi nomor itu beberapa kali tapi tidak dijawab. Dia membanting handphonenya di kasur. Kesal dengan dirinya sendiri.
Panggilan itu adalah panggilan yang dia tunggu-tunggu selama ini. Wanita yang menelpon tadi jelas mengenal kakaknya. Satu-satunya petunjuk tentang keberadaan kakaknya. Dia tidak ingin kehilangan itu. Bahkan jika petunjuk itu palsu, dia masih berharap.
Setelah kejadian itu, dia mencoba menghubungi beberapa kali tapi masih tidak ada jawaban. Untungnya nomor telponnya tidak diblokir. Dan karena nomor telpon ini tetap bisa dihubungi berarti ini bukan nomor iseng.
Sekali lagi, dia menghubungi nomor telpon itu.
"Ring!" Suara handphone berdering di dekatnya. Lebih tepatnya dari arah belakangnya.
Dia berbalik dan mendapati banyak orang di belakangnya. Saat ini di kampusnya sedang ada festival yang diadakan setahun sekali. Banyak pengunjung yang datang dari luar.
Dia duduk di salah satu stand yang menjajakan minuman. Dia mengamati satu per satu. Salah seorang wanita yang duduk tak jauh dari tempatnya bertingkah aneh dan menghindari pandangannya. Benar saja, saat dia mendekat wanita itu memilih pergi.
Dia mengejarnya tapi wanita itu berlari cepat.
"Kenapa larinya cepat sekali seperti hantu."
Dia kehilangan jejaknya di antara kerumunan banyak orang. Setelah mencari dengan susah payah, dia menyerah dan kembali ke tempatnya semula.
Saat itulah dia melihat dompet yang tertinggal di tempat duduk wanita itu tadi.
Jika ini miliknya, wanita itu pasti akan kembali lagi ke sini.
Benar saja. Dia kembali. Nafasnya terengah-engah. Dia pasti berlari sampai ke sini.
"Mencari ini?" Tanyanya memperlihatkan dompet itu pada si wanita.
Setelah mengatur nafas wanita menghampirinya dan mengambil dompet itu. Kali ini dengan suara yang tenang, wanita itu berkata, "Ayo kita bicara!"
Tentu saja dia menyambutnya senang.
"Jangan di sini!" Kata gadis itu lagi saat dia akan duduk di salah satu kursi di stand itu.
"Mau bicara di mana?" Tanyanya sedikit curiga. Wajar saja, karena selama ini dia sudah banyak ditipu oleh orang-orang yang mengaku tahu keberadaan kakaknya.
"Kemana saja. Selama tidak ada orang yang mendengar. Karena aku tidak mau orang lain mendengar apa yang kubicarakan. Jika kau tidak bersedia aku akan pergi." Gertak gadis itu.
Saat gadis itu hendak pergi, dia memegang tangannya. "Ikut aku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
tutup akun tidak dapat restu
3 like mendarat kk...
semngat 💪
salam dari LELAKI KU
2021-01-11
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
ninggalin like lagi di sini😊
2020-12-25
1
Elisabeth Ratna Susanti
lanjut baca😍
2020-12-23
1