Aku membawa Neni ke ruang kerja kami untuk menenangkan diri. Paling tidak di ruangan yang terang perasaannya bisa sedikit tenang.
Alea sedang di pentri membuat teh hangat. Sedangkan aku menemaninya sambil merapihkan rambutnya yang acak-acakan. Walaupun demamnya belum turun tapi penampilannya sudah lebih baik.
"Maaf," ujarnya tiba tiba, "Sudah lama aku ingin minta maaf, karena tidak sengaja mendengar pembicaraanmu waktu itu. Apa kau masih marah?"
Aku duduk di sampingnya. "Kenapa aku harus marah, itu juga bukan sesuatu yang disengaja 'kan? Aku justru khawatir, mungkin kau jadi membenciku."
"Aku hanya kaget. Dan agak sedikit takut. Tapi aku tidak membencimu."
"Aku tidak bermaksud merahasiakannya dari kalian semua. Hanya aku tidak tahu bagaimana harus menceritakannya. "
"Kalau begitu tidak usah cerita kalau tidak ingin. Aku janji tidak akan bilang siapa-siapa."
Aku tersenyum, lalu mulai bercerita, "Aku terlahir sebagai anak yang normal, tapi karena suatu kejadian aku jadi bisa melihat mereka."
"Jadi hantu itu benar-benar ada bukan hanya cerita karangan atau halusinasi saja kan?" Tanyanya antusias.
"Aku melihatnya. Karena itu aku percaya mereka ada. Hantu, arwah mungkin begitulah orang biasa menyebut mereka. Tapi aku menyebutnya 'tetangga'."
"Tetangga? "
"Ya, karena mereka hidup berdampingan dengan kita dan berbagi tempat dengan kita meskipun tidak semua orang bisa melihat mereka."
"Aku baru dengar ada yang menyebut hantu itu tetangga mereka." Ujar Neni terheran-heran.
"Kalau itu Melya, aku percaya. " Timpal Alea.
Aku tertawa, " Paling tidak itu efektif untuk mengurangi rasa takut pada mereka"
Alea masuk membawakan segelas teh hangat untuk Neni.
"Kau masih suka takut pada mereka? Bukannya kau sudah sering melihat mereka?" Tanya Alea.
Neni meraih gelas berisi teh itu dan meminumnya.
"Aku memang bisa melihat mereka tapi bukan berarti aku tidak takut pada mereka. Ada kalanya kehadiran mereka membuatku takut dan berlari sejauh mungkin."
"Ah, hantu wanita itu! Tadi dia mengikutiku!" seru Neni tiba-tiba.
"Tenang saja. Dia tidak akan mendekatimu lagi."
"Benarkah?"
"Ya, karena aku sudah mengatasinya."
"Wow!" Seru mereka berdua berbarengan.
"Kau seperti pemburu hantu." Kata Neni antara takjub dan terkejut.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak, aku hanya berbicara dengannya, kebetulan hantu itu pengertian."
"Kau memarahinya lebih tepatnya. Aku mendengar suaramu dari sini." Ujar Alea mengoreksi kata-kataku.
"Jangan melebih-lebihkan Alea, aku hanya sedikit berdebat." sangkalku.
"Sungguh? Kau bertengkar dengan hantu?" tanya Neni tak percaya.
"Itu bukti bahwa dia sangat mencemaskanmu, Nen. Siapa yang menyangka seorang Melya yang selama ini dikenal tenang dan tidak suka keributan, malah cari ribut dengan hantu." ucap Alea lagi.
Mendengar itu aku tidak bisa tidak tertawa. Diikuti dengan tawa Neni yang ringan.
"Tunggu dulu!" seru Neni tiba-tiba, " Alea , kau sudah tau kalau Neni bisa melihat hantu?"
"Dia sudah tahu sejak lama." Aku menggantikan Alea menjawabnya.
"Kapan ? Bagaimana..?" Neni terlihat bingung.
"Itu nanti saja ceritanya. Kita pulang sekarang! Molly pasti cemas menunggu kita." potongku.
Sudah jam sebelas saat kami keluar gedung. Kami bertiga berjalan kaki menuju kosan Neni.
"Masih ada satu hal yang tidak kumengerti." Kata Neni saat kami dalam perjalanan pulang. "Kenapa aku tiba tiba bisa melihat hantu?"
"Ada kondisi di mana orang normal bisa melihat hantu, pertama dia sedang sial.." kataku menjelaskan.
"Aku rasa aku yang pertama." kata Neni berpikir.
"Yang ke dua hantu itu sedang sial.." lanjut ku.
"Kalau menurutku no 2," timpal Alea , "Kurasa hantu itu yang sial karena bertemu dengan Melya."
"Yang ketiga karena kalian berjodoh. Dan menurut penilaianku pasti no 3." Aku melanjutkan.
"Tidak. Aku tidak mau berjodoh dengan hantu itu. Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi." Neni memprotes keras. Aku dan Alea tertawa.
Sepanjang jalan kami menggodanya. Aku sedikit lega dia kembali ceria. Aku tidak ingin dia murung karena kejadian ini.
Neni memang seorang penakut, namun dia memiliki intuisi yang bagus, yang membuatnya terhindar dari tempat-tempat yang berbahaya.
Meskipun perasaan takutnya memancing makhluk-makhluk halus mendekatinya dan menempel padanya.
Neni akan mengusir ketakutannya, dengan berbaur di keramaian. Dia akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama orang lain dan tidak membiarkan dirinya sendirian. Sifatnya yang periang itulah yang membuatnya bertahan dari serangan makhluk-makhluk halus di sekitarnya.
Karena itulah aku merasa kesal dan menyalahkan diri sendiri, saat Molly menghubungiku. Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya dia menghilang. Padahal aku melihat makhluk itu mendekatinya. Tapi aku malah membiarkannya sendirian. Aku lengah sampai membiarkan makhluk itu membawanya.
Makhluk seperti mereka bisa memanipulasi pikiran atau penglihatan manusia. Seperti membuat kita tidak melihat seseorang atau tempat, atau membuat kita tidak menyadari orang itu hilang. Kejadian seperti ini sering disebut 'diculik makhluk halus'
Makhluk halus seperti mereka cenderung menyukai sisi buruk manusia, seperti takut, gelisah, cemas, depresi, atau perasaan seperti itu, dengki, benci. Mereka sering mendekati manusia-manusia seperti itu, mempengaruhi mereka bahkan sampai merasukinya.
Aku yakin, hantu wanita itu bermaksud mengurung Neni dalam waktu yang lama hingga pikiran gadis itu melemah dan akhirnya merasukinya. Jika saja kami terlambat menyelamatkannya maka yang kami temui bukan lagi Neni melainkan makhluk halus yang merasuki tubuhnya. Mengingat itu aku jadi geram dan marah.
Angga pernah bilang, "Jangan mengusik 'mereka' kecuali mereka mengusik lebih dulu.
Tindakanku melawannya sudah benar walaupun bisa dibilang nekat. Jika mengingat betapa kuatnya makhluk itu membantingku ke tembok. Sepertinya aku mendapatkan beberapa memar di punggungku.
"Kenapa, Mel?" Tanya Alea yang melihatku meringis kesakitan.
"Tidak apa-apa." jawabku. Sementara itu, kami tiba di kosan. Molly menyambut dengan omelan. Meski akhirnya dia merangkul Neni, lega bahwa dia sudah pulang. Molly sudah menganggap Neni seperti adiknya sendiri.
"Bagaimana kamu pulang, Mel? Stasiun kereta pasti sudah tutup sejak tadi." tanya Molly.
"Kurasa aku akan menginap di tempat Alea." jawabku.
Bruk! Alea langsung menjatuhkan dirinya di
kasur dan membenamkan kepalanya. "Aku capek, tidak kuat berjalan lagi. Aku mau tidur di sini saja." ujar Alea.
"Bagaimana kalau kita berempat tidur bersama malam ini?" ucap Neni bersemangat, sambil menarik kasur lantai.
Sepertinya aku tidak punya pilihan lain. Alea tidak mau bergerak sama sekali.
"Terima kasih. Aku senang aku memiliki teman yang selalu peduli padaku." ucap Neni tiba tiba saat kami berbaring tidur. Ucapannya membuat kami tersentuh.
"Bukankah itu gunanya teman." ucapku membalasnya. Teman bukan hanya tempat untuk berbagi cerita. Teman saling membantu saat kesulitan, berbagi tawa dan kesedihan bersama.
Semua terlelap tidur dengan senyuman di wajah.
Hanya aku, hanya aku yang menangis. Ada sebuah luka dari ingatanku. Sebuah penyesalan yang akhirnya membawaku ke dalam mimpi buruk malam itu.
17 tahun yang lalu, kami bersiap untuk wisata. Sebelum itu para guru menginstruksikan untuk mengambil foto bersama.
Aku yang terlambat datang berlari ke arah teman-temanku yang sudah berkumpul di depan bus.
"Cepat, Mel! Ke sini!" Nana memanggilku. Aku bergegas ke sana. Tapi langkahku terhenti.
aku melihat bayangan hitam besar yang mengepung kami sampai ke bus. Seperti bayangan atau asap hitam yang menutupi mereka semua. Dari jauh asap hitam membentuk seperti cakar. Sayangnya tak ada satupun yang melihatnya selain aku.
"Aduh!" seru Nana yang berada dipinggir barisan.
"Kenapa?" tanya teman di sebelahnya.
"Sakit! Kayak digigit serangga." Nana membuka lengannya dan ada bekas cakar tipis menggores kulitnya.
"Kamu dicakar kucing?"
Nana menggeleng. Kami tetap berfoto dan melakukan perjalanan seperti tidak ada yang aneh. Aku pun terus diam tanpa menceritakan apa yang kulihat. Sampai kecelakaan itu terjadi.
Semua terlambat. Kalau saja aku mengatakannya, kalau saja aku memperingati mereka, mungkin kecelakaan itu tidak pernah terjadi. teman-temanku tidak harus mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Mami Mara
sudut pandang yg bagus 😁
2022-02-25
1
Atika Mustika
Hadir melimpir. Semangat ya. ❤
2021-01-21
1
Sekapuk Berduri
like
2021-01-12
1