NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Sang Pembantu

Pengenalan

Arini, wanita yang tangguh tak mengenal lelah. Semenjak ditinggal Ayahnya, Arini harus banting tulang membantu Ibunya membiayai kedua adiknya. Arini tak pernah putus asa, ia selalu membantu Ibunya berjualan dan tak henti-hentinya mencari pekerjaan.

Statusnya sebagai mahasiswi, walaupun belum lulus, ia tetap berharap ada yang mau mempekerjakannya di instansi kesehatan, walaupun hanya sekedar menjadi kasir ataupun penjaga kantin. Ia masih tetap bangga jika dirinya bisa bekerja di Rumah sakit, apapun itu pekerjaannya.

Adiknya, Mita dan Alif. Mita masih sekolah kelas dua SMP, sedangkan alif masih duduk di bangku SD kelas 2. Arini tak ingin Ibunya bekerja terlalu keras, karena Ibunya sudah tua. Ia harus tanggung jawab menghidupi keluarga kecilnya.

Semenjak ditinggal Ayahnya, keluarga Arini mempunyai banyak hutang. Ayahnya sering meminjam uang kepada rentenir dengan jumlah yang banyak, ditambah lagi bunga yang mencekik. Arini bingung harus mencari kerja kemana lagi, entah mengapa, kini mahasiswi yang berhenti di tengah jalan kurang diperhatikan.

Arini lelah, ia sedang duduk di halte busway. Ia masih akan mencari pekerjaan di Rumah sakit dan di klinik. Tak lama, ada seorang Ibu tua yang duduk di sebelah Arini. Arini spontan menggeser duduknya.

"Habis darimana dek?" tanya Ibu itu.

"Habis cari kerja, buk! Jaman sekarang susah sekali ya cari kerjaan." keluh Arini.

"Memangnya adek ini sudah melamar kemana saja?" tanya Ibu itu lagi.

"Saya sudah melamar ke beberapa Rumah sakit dan klinik, tetapi masih tak ada yang memanggilku untuk bekerja. Dunia bekerja itu sangat sulit." jelas Arini.

"Memangnya adek lulusan apa?" tanyanya lagi.

"Saya cuma mahasiswi kedokteran yang belum lulus, mungkin kalau mau diterima saya harus jadi sarjana dulu kali ya!" ucapnya.

"Dek, maaf sebelumnya. Bukan maksud saya merendahkan sekolah tinggi mu, tapi jika berkenan untuk jadi asisten rumah tangga, saya bisa membantu. Saya bekerja sudah hampir sepuluh tahun, dan saya lelah. Anak saya sekarang sedang sakit di kampung. Kalau mau, adek bisa menggantikan saya bekerja di sana." terang Ibu itu.

Arini berpikir. Dia ingin bekerja menjadi dokter di klinik ataupun Rumah sakit, karena mengambil jurusan kedokteran, sesuai dengan keinginannya. Tetapi, susah sekali diterima di Rumah sakit, tak ada satupun panggilan dari Instansi kesehatan ketika ia telah melamar. Apakah Arini harus terima saja tawaran menjadi pembantu?

Arini bingung. Ia bercita-cita ingin menjadi dokter. Tetapi, rasanya itu hal yang tak mungkin. Kini, kuliahnya hanya bisa sampai semester 2. Ia harus tetap membiayai kedua adiknya. Kasihan Ibunya kalau harus terus berdagang dari pagi, siang hingga malam hanya untuk menghidupi mereka semua. Arini ingin mengurangi beban Ibunya.

Apakah aku terima saja tawaran menjadi pembantu ini? Selagi aku melamar, aku bisa bekerja dulu. Kalau ada Rumah sakit yang memanggilku, baru aku berhenti jadi pembantu. Aku harus meringankan beban Ibu. Aku tak mau ibu sakit karena berdagang yang tak mengenal waktu. Arini dalam hati.

"Alamatnya dimana, Buk? Jauh tidak dari daerah sini?" tanya Arini.

"Hanya sepuluh menit dari sini. Rumahnya di perumahan elit Grand Residence, Adek pasti tahu kan?" tanya Ibu itu.

"Tahu, buk! Itu perumahan terbesar di daerah ini. Baiklah, sepertinya aku bisa menerima tawaran Ibuk. Aku bersedia bekerja di sana. Tugasku apa ya, buk?" tanya Arini.

"Ibuk di sana hanya melayani Tuan muda, menyiapkan segala keperluannya, membersihkan kamar dan mencuci bajunya. Kalau untuk masak, sudah ada chef yang handal, tetapi terkadang Tuan muda ingin Ibuk yang masak, ya masak saja. Apapun keinginannya harus Ibuk turuti. Apakah adek keberatan?" tanya Ibu itu.

"Tidak, Buk! Kalau saya bisa bekerja dan mendapatkan uang, apapun resikonya saya tak peduli. Sambil menunggu panggilan dari Rumah sakit, saya akan bekerja menjadi pembantu." ucap Arini.

"Terimakasih adek mau berkenan menggantikan Ibuk. Ibuk sudah khawatir tak bisa menemukan pengganti. Oh iya, namamu siapa? Kamu sangat cantik" tanya Ibu itu.

"Nama saya Arini, Bu. Nama Ibu siapa?" tanya Arini balik.

"Nama Ibuk, Sumiyati. Tuan biasa memanggil Ibu Mbok Sum. Kapan Arini akan bersedia datang ke Rumah Tuan Dirga? Tuan Dirga mempunya anak, dan Mbok yang mengurus semua kebutuhan anaknya." tanya mbok Sum.

"Bagaimana kalau besok? Hari ini saya belum bilang kepada Ibu saya." ucap Arini.

"Baiklah, tapi Arini besok datang sendiri saja ya ke Grand Residence, No. A15. Ibuk nanti akan bilang sama majikan Ibuk bahwa Arini akan datang." jelas Mbok Sum.

"Baiklah kalau begitu. Sampai ketemu besok ya mbok Sum."

Arini telah pulang naik busway. Ia berpikir, Ayahnya menyekolahkannya sampai bisa masuk perguruan tinggi, tetapi kini ia malah akan menjadi pembantu. Apakah Ayahnya kecewa melihat Arini sekarang?

Ayah, mencari kerja itu sulit. Aku harus membayar hutang-hutang Ayah. Maafkan aku, tak bisa menjadi perawat apalagi dokter, aku malah jadi pembantu di Rumah orang kaya. Apakah Ayah kecewa padaku? Maafkan aku, kalau nanti aku sudah tak punya hutang, aku akan mengejar cita-citaku sesuai keinginanmu. Gumam Arini.

Arini berbicara pada Ibunya mengenai tawaran untuk bekerja menjadi pembantu. Ibunya khawatir Arini kelelahan. Karena, menjadi pembantu itu bukan pekerjaan yang mudah.

"Apa lebih baik Ibu saja Rin yang bekerja di sana?" usul Ibu.

"Jangan bu, ibu fokus dagang saja! Biar Arin yang bekerja. Ibu tak boleh kelelahan, Ibu jangan terlalu malam pulang dagangnya, siang Ibu pulang saja. Sekarang kan Arin bekerja! Arin bisa membantu Ibu." Arini memeluk Ibunya.

"Jadi pembantu itu capek loh, Rin! Apalagi kalau majikannya galak. Emangnya kamu sanggup?" tanya Ibu Arini yang bernama Bu Diah.

"Tidak apa-apa, Bu! Arin sudah siap menerima segala resikonya, asalkan hutang Ayah cepat lunas." jawab Arini

"Baiklah kalau itu mau mu, Ibu hanya bisa mendoakan mu." Ibu menepuk halus pundak Arini.

***

Keesokan harinya Arini sudah bersiap berangkat menuju rumah majikan barunya. Arini hanya perlu naik busway satu kali. Jarak rumahnya dengan perumahan elite itu tidak terlalu jauh.

Arini telah sampai di rumah besar itu. Ia meminta izin kepada satpam untuk masuk kedalam rumah tersebut. Satpam mengizinkannya, karena Arini berkata bahwa ia adalah pembantu baru di rumah itu.

Arini masuk dengan keadaan gugup. Belum sempat ia mengetuk pintu, kebetulan ada mbok Sum yang sedang membersihkan lantai utama.

"Eh, neng Arini sudah tiba. Mari, mbok perkenalkan pada majikan baru." mbok Sum mengajak Arini masuk.

Arini sangat gugup. Ini kali pertama ia bekerja menjadi asisten rumah tangga. Ia memang biasa melakukan aktivitas rumah tangga, tetapi untuk mengurus rumah sebesar ini ia belum pernah.

Mbok Sum mengenalkan Arini pada suami istri yang berusia sekitar 50 tahunan. Arini dipersilahkan memperkenalkan diri.

"Selamat pagi, Tuan dan Nyonya yang terhormat. Perkenalkan, nama saya Arini. Saya akan bekerja disini mulai hari ini. Saya akan bekerja dengan baik dan benar. Semoga Tuan dan Nyonya berkenan menerima saya di rumah megah ini." Arini menundukkan kepala dan bahunya.

"Kamu terlihat masih muda sekali. Kenapa mau bekerja menjadi pembantu?" tanya Nyonya yang bernama Amel itu.

"Saya harus membiayai adik-adik saya yang masih sekolah. Karena itu, saya ingin bekerja disini." ucap Arini.

"Baiklah, karena mbok Sum yang membawamu kemari, kamu boleh bekerja disini. Mbok Sum melayani anak sulung ku, Davian. Kamu harus mengenalkan dirimu padanya." ucap Nyonya Amel.

"Tentu, nyonya." ucap Arini.

"Mbok, panggil Davian kemari!" pinta Nyonya Amel.

"Nggih, Nyonya!" Mbok Sum pergi ke kamar atas.

Tak lama kemudian, turun seorang pemuda tampan yang terlihat gagah sekali. Wajahnya tampan, tetapi tatapan matanya sangar sekali.

"Ada apa?" tanya Davian sinis.

"Dav, ini asisten baru pengganti Mbok Sum yang akan melayani semua kebutuhanmu! Namanya Arini. Arini, perkenalkan dirimu pada anakku." ucap Nyonya Amel.

"Selamat pagi, Tuan Davian. Saya Arini, saya yang akan menggantikan Mbok Sum melayani Tuan." Arini menundukkan kepalanya.

"Dia? Mau jadi pembantu gue?" Davian menatap sinis kearah Arini.

"Iya, Tuan. Saya akan melakukan yang terbaik untuk melayani semua keperluan Tuan." Arini bersikap ramah.

"Nggak mungkin! Pembantu masih muda kayak gini itu cuma pengen deketin gue, iyakan? Lo gak mungkin mau jadi pembantu. Lo bilang aja mau deketin gue, mau kuras harta gue, lo itu cuma cewek matre yang berharap belas kasihan gue! Jangan pura-pura sok baik deh lu. Udah banyak tipe cewek kayak lu gini, semuanya sama. Cuma pengen duit, duit, duit." ucap Davian emosi.

"Dav, jaga mulut kamu!" Ayah Davian angkat suara.

"Davian, Mama gak suka kamu berbicara seperti itu. Arini memang ingin bekerja di rumah ini. Ia harus membiayai adiknya yang masih sekolah. Kamu jangan terlalu kasar padanya." ucap Nyonya Amel.

"Tidak apa-apa, Nyonya! Saya mengerti, Tuan Davian memang patut berhati-hati. Tetapi, saya akan bekerja sebaik mungkin, agar pandangan Tuan Davian kepada saya tidak serendah itu. Akan saya buktikan, kalau saya memang berniat bekerja, bukan mencari perhatian ataupun ingin dekat dengannya!" ucap Arini berani.

"Berani juga rupanya kau membantahku! Lihat saja nanti, aku akan membuatmu menyerah bekerja disini. Wanita muda sepertimu, tak mungkin berniat bekerja. Aku yakin, kau hanya ingin mengejar ku, Iyakan?" Davian merendahkan Arini.

"Tuan, maaf sekali. Anda bukan tipe saya! Akan saya buktikan kepada anda bahwa saya benar-bener berniat bekerja disini, karena saya ingin mencari uang. Tetapi, kalau Tuan tidak berkenan menerima saya, saya tidak apa-apa. Saya akan mencari pekerjaan lain yang bisa menerima saya dengan baik." ucap Arini.

"Hahahaha, ternyata kau punya nyali juga. Ma, biarkan dia bekerja untukku. Jangan lepaskan dia, urusanku dengannya belum selesai. Berani-beraninya dia berkata aku bukan tipenya. Kau, mulai sekarang bekerja untukku. Kau tidak boleh pergi." Davian pergi meninggalkan Arini dan keluarganya.

"Arini, ucapan Davian tak usah kamu masukan ke hati ya! Dia sebenarnya baik, hanya saja kamu belum mengenalnya." ucap nyonya Amel

"Tentu, nyonya. Saya memahami sikap Tuan Muda."

Sialan. Kenapa aku harus melayani lelaki arogan itu? Seenaknya saja menghardik orang lain tanpa memikirkan perasaannya? Lihat saja nanti, akan ku buktikan semua omongan mu itu tak benar. Aku boleh saja miskin, tapi kamu tak bisa sembarangan menghina harga diriku seperti ini. Nyonya Amel, kau tak salah? Dia sebenarnya baik? Hahahahaaaaa, rasanya aku ingin terjun dari Mount Everest mendengar ucapannya itu. Lelaki angkuh, Cih.. Lihat saja nanti. Akan ku patahkan semua omongan mu itu!

*Bersambung**

hari pertama

Arini mulai bekerja hari itu juga. Ia dikenalkan dengan semua ruang di rumah ini. Mbok Sum mengajaknya mengenal tempat ini lebih jauh. Arini takjub melihat betapa besar dan mewahnya rumah ini.

Pantas saja anak sulung di rumah ini sombongnya selangit. Mereka memang benar-benar berasal dari keluarga kaya raya! Aku dibuat takjub dengan interior rumahnya yang seperti ini. Andaikan, aku berasal dari keluarga yang berada seperti ini. Mungkin, Ibu Ayahku, dan adik-adikku takkan merasakan masa sulit seperti sekarang ini. Arini dalam hati.

"Ariniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii" teriak Davian dari depan pintu kamarnya

"Neng Arin! Itu dipanggil sama Tuan Dav. Ayo, segera ke atas, dia tak suka menunggu." suruh mbok Sum padaku

"Ba.. Baik, Mbok!" Arini berlari.

Arini berlari sekuat tenaganya. Ia tak menyangka Tuan tampan nan sombong itu bisa memanggilnya sekencang mungkin. Arini dengan cepat menyusuri tangga lantai 2. Batang hidung Davian sudah terlihat di depan pintu kamar.

"Selamat pagi, Tuan! Ada yang bisa saya bantu?" ucap Arini sopan

"Lu tahu gak tugas lu disini itu apa?" bentak Davian pada Arini

"Tugas saya melayani semua kebutuhan anda, Tuan!" Arini menunduk

"Lu tahu itu! Kenapa malah kelayapan gak jelas? Harusnya lu diem disini." ucap Davian

"Maaf, Tuan! Barusan, saya sama Mbok Sum sedang mengelilingi rumah ini, agar saya nanti hafal dan tidak bingung." ucap Arini

"Lu masuk ke kamar gue sekarang! Beresin kamar gue sampai bersih. Gue mau mandi dulu. Kalau sampai gue selesai mandi, kamar gue belum rapi, awas lu ya!" ancam Davian

"Ba..baik, Tuan." Arini gugup

Arini membersihkan seluruh kamar Davian dengan semangat. Ia sungguh-sungguh ingin bekerja disini, ia ingin anggapan Davian padanya tak serendah yang dikatakan tadi pagi.

Arini berharap secepatnya ia mendapat panggilan dari rumah sakit ataupun klinik. Ia akan lebih bahagia bekerja di rumah sakit, walaupun hanya menjadi kasir atau pun office girl. Karena untuk menjadi Dokter itu sungguh tak mungkin. Kini, cita-cita itu hanya angan-angannya saja.

Arini lelah, kamar Davian cukup besar untuk ukuran seorang lelaki. Mulai dari ranjangnya yang besar, LED TV nya yang besar, kira-kira 50 inch. Ditambah lagi, sofa bed nya yang besar. Ada ruang kerja, rak-rak buku di lemari bukunya yang sudah seperti perpustakaan dan kamar mandi yang sepertinya cukup luas. Kamar ini sudah seperti apartemen saja, hanya tak ada dapur.

Arini sedang mengelap kaca jendela kamar Davian, tiba-tiba Davian keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk, Davian telanjang dada. Arini tak menyadari kalau Davian sudah ada di depan lemari dan memilih baju.

"Maaf.. Maaf, Tuan! Saya tidak melihat anda. Saya akan pergi keluar." ucap Arini

"Siapa yang menyuruhmu keluar? Diam saja di kamarku!" bentak Davian

"Iya, Tuan." Arini pasrah

Davian sengaja memamerkan tubuh berototnya pada Arini. Davian ingin Arini masuk kedalam perangkapnya. Davian menaruh dendam pada Arini, Davian tak menyukai perkataan Arini yang merendahkannya.

Davian akan membuktikan ucapannya. Arini akan jatuh cinta pada Davian, dan Davian akan menendang Arini jauh-jauh karena sudah berani menantangnya. Davian tak tinggal diam, ia sudah merencanakan hal ini matang-matang.

Davian duduk di kursi cerminnya. Ia menggosok-gosok rambutnya. Tubuhnya yang kekar menambah sisi ketampanannya. Davian memang tampan rupawan, ditambah lagi tubuhnya yang tinggi dan kekar.

"Kemari kau!!!" perintah Davian

"Ba..baik, Tuan." Arini mendekat

"Keringkan rambutku menggunakan handuk ini!" ucap Davian

Davian melemparkan handuk kecil itu ke belakang. Arini segera menangkapnya.

"Maaf, Tuan. Bukankah anda mempunyai Hair Dryer? Kenapa tak pakai Hair Dryer saja? Tentunya rambut Tuan akan mengering lebih cepat." jawab Arini

"Kamu membantah perintahku?" tanya Davian

"Tidak, Tuan. Saya hanya memberi solusi pada Tuan, agar tidak memakan waktu lama." Arini menjawab lagi

"Lalu, apa tugasmu sebagai pembantu kalau apa-apa harus menggunakan alat? Kamu kan pembantuku! Kau harus menuruti semua perintahku. Cepat keringkan rambutku!" Davian meninggikan suaranya.

"Iya, Tuan." jawab Arini ketus

Tuan muda, anda benar-benar membuat saya emosi. Anda benar-benar membuat saya kesal. Lihat saja nanti, akan ku buat harga dirimu jatuh ketika aku sudah diterima bekerja di klinik ataupun rumah sakit. Aku pasti akan lebih dihargai bekerja di sana, aku takkan tersiksa seperti ini. Tuhan, kumohon segera pertemukan aku dengan pekerjaanku yang sesungguhnya. Arini dalam hati.

"Lu bisa kerja gak sih?" tanya Davian

"Tentu saja, Tuan. Memangnya kenapa?" tanya Arini

"Mengeringkan rambut itu bukan seperti memijat. Dasar wanita bodoh. Lakukan yang benar!" bentak Davian

"Maafkan saya, Tuan. Saya memang orang miskin, tetapi saya juga punya hair dryer di rumah saya, dan saya tak perlu susah payah menggunakan jasa orang lain untuk mengeringkan rambut. Menggunakan hair dryer juga lebih mudah kan? Saya sudah bilang kepada Tuan untuk menggunakannya!" Arini menjelaskan

"Gue gak peduli. Gue pengennya elu yang ngeringin rambut gue!" ucap Davian

"Saya tidak berkenan Tuan, maafkan saya!" Arini menolak

"Lu berani nolak gue, HAH?" Davian emosi

"Tuan, tolong jangan buat saya serba salah berada disini."

"Maksud lu apa?" Davian tak mengerti

"Barusan, Tuan berkata pada saya mengeringkan rambut bukan seperti memijat, dan saya dikatai bodoh. Lebih baik pakai hair dryer saja kan?" Arini menyindir

"Kau berani-beraninya menantangku, HAH? Kenapa kau berani sekali? Lu mau gue pecat sekarang juga? Iya?" Davian melihat tidak senang pada Arini

"Saya menerima apapun keputusan Tuan Davian. Kalau Tuan memecat saya, saya akan pulang sekarang juga."

"Berani juga lu ya?" Davian tak paham

"Saya tak akan bertahan kalau Tuan tak menginginkan saya." ujar Arini

"Tidak semudah itu aku memecat mu! Akan ku pastikan kau suatu saat nanti menangis memohon ampun padaku agar aku tak memecat mu!" ancam Davian

"Aku akan menantikan hari itu juga, Tuan!" Arini membalas tak mau kalah

"Kau benar-benar menantang ku, ya?" Davian melotot emosi

"Tidak, Tuan. Mana saya berani. Saya hanya mengikuti apa yang Tuan inginkan." jawab Arini.

Arini telah selesai mengeringkan rambut Davian. Davian menyuruh Arini mengambilkan baju di lemarinya. Davian akan pergi ke kantor.

"Pakaikan baju itu ke tubuhku!" perintah Davian

"Kenapa harus saya Tuan? Anda bisa sendiri kan? Lalu, apa gunanya tanganmu itu? Tanganmu bukan alat seperti Hair Dryer tadi kan? Jadi, menurutku Tuan bisa memakai baju sendiri. Maaf, kalau saya sedikit lancang." jelas Davian

"Baru kali ini gue dapet pembantu kayak lu! Lu tau gak sih apa artinya pembantu? Lu itu harus nurutin semua kemauan gue, lu itu PEMBANTU. Tau gak? PEMBANTU itu tugasnya melayani majikannya." Davian marah

"Maafkan saya, Tuan!" Arini menunduk

"Mau apapun gue, lu harus turutin. Mau se aneh apapun permintaan gue lu harus patuh. Lu itu disini kerja digaji kan? Jangan banyak ngomong bisa gak sih?" Davian kesal

"Baiklah, Tuan. Saya akan memakaikan pakaian anda."

Seperti bayi saja, Cih.. Arini berbisik sendiri.

"Apa? Lu ngatain gue? Iya?" Davian melotot

"Tidak, Tuan."

Arini berhadapan dengan Davian. Hatinya sangat jijik sekali berdekatan dengan lelaki seperti Davian. Davian sengaja membuat Arini berdekatan dengannya. Ia sangat berharap kalau Arini akan terkena perangkapnya. Davian ingin segera membuang Arini jauh-jauh.

"Selesai, Tuan." ucap Arini

"Lo seneng kan?" ujar Davian

"Senang? Kenapa saya harus senang?" Arini heran

"Lu seneng deket-deket sama gue! Jujur aja lu. Dasar cewek gak tahu diri." maki Davian pada Arini

"Maaf sekali Tuan Davian yang terhormat. Saya katakan sekali lagi, saya tidak tertarik dengan anda! Anda bukan tipe saya, dan saya tidak mungkin senang berdekatan dengan anda." jawab Arini tegas

"Pembantu kurang ajar. Akan ku buktikan padamu suatu hari nanti, kau akan mengemis cinta padaku! Camkan itu!" Davian pergi keluar meninggalkan Arini

Cih, kau kira aku akan kalah? Aku bersedia jika kau memecat ku saat ini juga. Tapi buktinya, kau tak bisa memecat ku kan? Kau membutuhkanku kan? Aku akui kau memang orang kaya, tapi kau tak bisa semena-mena merendahkan ku seperti itu. Arini dalam hati.

*Bersambung**

Majikan yang hebat

Pembantu tak tahu diri itu rupanya memiliki mental yang kuat. Kenapa dia selalu pura-pura berani di hadapan gue? Kenapa dia gak ada takut-takutnya sekali kalau didepan gue? Dia gak pernah takut gue pecat. Kenapa dia bisa sekuat itu sih? Davian dalam hati.

"Bos, kenapa muka lu kusut amat?" tanya Dika sekretaris pribadi Davian

"Gue punya pembantu baru yang bikin pusing. Emosi jiwa gue kalo deket-deket sama dia." keluh Davian

"Emangnya kenapa dengan pembantu baru lu bos?" tanya Dika lagi

"Dia menyebalkan. Dia selalu membantah, dan membangkang. Gue bener-bener muak sama dia." ucap Davian berapi-api

"Kok bisa begitu? Emang dia masih muda?" tanya Dika

"Masih muda, heran gue darimana Mama bisa dapetin pembantu kurang ajar kayak gitu." jawab Davian

"Pecat aja bos! Gampang kan!" usul Dika

"Dia malah dengan senang hati kalau gue pecat. Gue jadi penasaran seberani apa dia sama gue." ucap Davian

"Ceweknya dekil, item trus nyebelin ya bos?" tanya Dika

Arini, dia gak jelek menurut gue. Dia memang cantik. Tapi, tak sedikitpun gue menyukainya. Gue sangat membencinya. Wanita sok berani yang dengan percaya dirinya menantang gue. Lihat saja nanti, dia akan memohon di kaki gue agar gue tak memecatnya. Permainan akan segera dimulai, Arini. Gumam Davian dalam hati.

"Bos? Kenapa melamun?" tanya Dika

"Lu lihat aja sendiri orangnya." ucap Davian.

Setiap masuk kantor, Davian selalu membuat takjub karyawannya. Tubuhnya yang tinggi dan kekar dengan setelan jas yang matching membuatnya semakin tambah mempesona.

Sekilas tentang Davian, dia adalah CEO di perusahaan peninggalan keluarga besarnya. Karena sifatnya yang menakutkan, semua orang takluk padanya dan tak ada yang berani padanya. Keluarga besarnya pun kalah dengannya.

Kelemahan Davian hanya satu, yaitu wanita. Davian mencintai Tasya. Wanita yang sejak SMA selalu didambakannya. Tasya sangat anggun dan cantik. Sayangnya, Tasya tak menghiraukan Davian. Tasya tak menyukai Davian.

Sudah berulang kali Davian menyatakan perasaannya pada Tasya, tetapi Tasya selalu menolaknya. Meskipun penolakan Tasya sangat halus, hati Davian tetap sakit. Bukan Davian namanya kalau ia menyerah begitu saja, Davian tetap ingin menjadikan Tasya kekasihnya.

Tasya berasal dari kalangan keluarga menengah kebawah. Karena kondisi ekonominya yang sulit, Tasya memberanikan diri melamar bekerja di perusahaan Davian. Davian pun menerimanya. Davian tak pernah memaksa Tasya untuk mencintainya, Davian benar-benar tulus kepada Tasya.

Jika pekerjaan Davian tak terlalu sibuk, Ia selalu menyempatkan diri menemui Tasya di ruang kerjanya. Tasya adalah team HRD di perusahaan Davian.

Tasya selalu ramah pada Davian, tetapi hanya sebatas rasa hormat kepada atasan. Davian selalu memperhatikan Tasya dari jauh, pandangannya tak luput dari Tasya.

Pekerjaan pun selesai. Davian diantar Dika pulang menuju rumahnya. Kini, pulang ke rumah merupakan hal yang paling menjemukan bagi Davian. Bagaimana tidak, ia harus bertemu Arini setiap hari.

Arini adalah pembantu yang membangkang. Arini adalah satu-satunya pembantu yang membuat Davian jengah. Davian benar-benar ingin balas dendam kepada Arini, Davian benar-benar tak menyukai Arini berada di rumahnya.

Semua satpam dan asisten rumah tangga Davian membungkukkan badannya ketika Davian lewat. Davian segera masuk ke kamarnya.

Davian melihat sekeliling kamarnya, semua sudah tertata rapi. Baju ganti dan peralatannya sudah disiapkan. Davian heran, kemana perginya Arini?

Davian memanggil asistennya yang lain. Davian bertanya kepada perginya Arini. Davian sangat marah, berani-beraninya Arini keluar dari rumahnya. Arini harusnya tak boleh pulang. Davian menemui orang tuanya.

"Ma, si Arini pembangkang itu kemana?" tanya Davian

"Arini? Oh, Arini sudah pulang. Semuanya sudah dia persiapkan bukan?" tanya Mama Davian

"Kenapa dia harus pulang? Dia harusnya ada di rumah ini setiap hari!" ucap Davian meninggi

"Arini harus pulang, karena adik-adiknya butuh bimbingannya dalam belajar, besok juga dia kembali lagi, Dav!"

"Aku gak mau tahu Ma, Arini harus ada di rumah ini sekarang juga!" bantah Davian

"Kamu kenapa sih? Kamu kesengsem ya sama Arini? Pengen banget dia disini." Mama Davian tersenyum

"Cih, amit-amit, Mam! Jangan asal bicara deh! Dia itu pembantu yang paling membangkang yang membuat Dav benar-benar ingin buat perhitungan dengannya."

"Kamu jangan begitu, Dav! Dia itu wanita. Menurut Mama, Arini itu wanita yang baik, sudah gitu dia cantik lagi. Jarang-jarang ada wanita cantik yang mau jadi pembantu." jelas Mama Davian

"Karena dia cantik dia berani membangkang padaku."

Davian memang mengakui Arini sangat cantik. Tetapi, Davian tak menyukai kecantikan Arini. Mentang-mentang dia cantik, dia pikir bisa seenaknya kepada majikan, batin Davian.

"Dik? Dika!" panggil Davian

Dika segera berlari menghampiri Bosnya.

"Iya, Bos. Ada apa?" tanya Dika

"Antar gue ke rumah Arini. Ma, beritahu Dika alamatnya!"

"Dav, kamu ini kenapa sih? Biarkan Arini dirumahnya! Kasihan dia." cegah Mama Davian

"Dia itu digaji. Dav yang gaji dia! Dia gak bisa seenaknya gitu di rumah ini. Mau gak mau, kita seret dia. Berangkat, Dik!"

"Siap, Bos."

Davian, kenapa sifat mu selalu saja begini? Apa salah Mama dan Papamu? Kenapa kamu tak bisa bersikap lebih lembut sedikit saja? Kenapa? Wanita mana yang bisa tahan dengan sifat arogan mu itu? Batin Mama Davian dalam hati.

Davian berangkat menuju rumah Arini. Ia harus memberi pelajaran kepada Arini. Berani-beraninya dia keluar dari kamar Davian. Pembantu pembangkang, julukan Arini yang dibuat oleh Davian.

Davian telah sampai didepan rumah Arini. Rumah yang mungil dan begitu sederhana. Davian akan langsung masuk dan menggebrak pintu rumah Arini, tetapi Davian mengurungkan niatnya ketika mendengar sebuah percakapan kecil yang hangat.

"Kalian jangan kayak Kak Arini, kalian harus sekolah yang tinggi. Lihat kak Arini, akhirnya malah jadi pembantu kan?" ucap Arini

"Kak Arini hebat, pembantu itu lebih hebat dari majikannya tahu!" ucap Alif

"Aneh kamu, Lif!" jawab Mita

"Kenapa Alif bisa berkata begitu?" tanya Arini

"Majikan itu tidak bisa apa-apa kak, sedangkan kak Arini bisa melakukan segalanya. Berarti kak Arini lebih hebat!" jawab Alif

"Tidak seperti itu, Lif! Justru majikan itu sangat hebat." ucap Arini

"Kenapa?" tanya Alif polos

"Majikan itu hebat dalam mencari uang, dia bisa mencari uang yang banyak, karena dia rajin dan gigih. karena majikan banyak uang, dia memberikan sedikit uangnya untuk kak Arini. Majikan kak Arini itu orang hebat, Lif! Kamu gak boleh berkata begitu lagi, ya?" bujuk Arini

"Dengerin tuh Lif, apa kata Kak Arin!" Mita menambahkan

"Iya, Alif tahu sekarang. Kak, Alif boleh minta sesuatu gak?" tanya Alif

"Apa sayang?" Arini membelai rambut adik laki-lakinya itu.

"Karena majikan kak Arini orang hebat, Alif ingin bertemu dengannya." ucap Alif

"Apa?" Arini bingung

"Alif ingin bertemu majikan kak Arini yang hebat." ucap Alif

"Gak bisa sayang, majikan kak Arini sedang sibuk. Mencari uang itu tidak mudah, tidak akan bisa bertemu dengannya." jawab Arini

"Tapi Alif ingin bertemu dengan majikan kak Arini yang hebat, kumohon kak Arin, Alif mohon!" Alif terus saja merengek

"Lain kali saja ya Lif? Kak Arin pasti membawa Alif bertemu majikan kak Arin. Sekarang, dia tak bisa ditemui." Arini beralasan

Davian masuk kedalam rumah Arini. Mengagetkan Arini dan adik-adiknya.

"Siapa bilang tak bisa? Aku adalah majikan kakakmu!" ucap Davian sedikit lembut

"Tuan Davian!? Sedang apa Tuan disini?" Arini benar-benar kaget.

"Seperti yang adikmu katakan, dia ingin bertemu denganku, majikanmu yang hebat." jawab Davian

"Tak mungkin..." Arini melongo

*Bersambung*

Coba baca juga ya cerita ini😘😘😘

Ini gak kalah serunya dari Rama dan Gita kok😍

Yang mau baca, jangan lupa like, komen dan vote juga ya😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!