Arini dan Rangga telah selesai makan bersama. Arini segera mengajak Rangga pulang, karena Arini ingin segera memasak untuk Tuannya. Arini tak ingin melakukan kesalahan.
Awalnya, Rangga tak ingin segera pulang, tetapi Arini tetap memaksa. Arini takut Tuannya marah.
"Kenapa sih kamu takut banget sama Davian?" tanya Rangga
"Karena dia kan majikan saya, Tuan!" ucap Arini
"Kamu takut dipecat?" tanya Rangga lagi
"Salah satunya itu, tetapi yang terpenting ketika kita bekerja pada satu orang, kita tak boleh mengecewakannya, dan kita tetap pada tujuan kita, patuh pada majikan." jelas Arini
"Kamu gak perlu takut, kalau Davian memecat mu, aku siap menjadi majikan mu yang baru!" usul Rangga
"Tetapi, maaf Tuan. Saya tidak bisa." tolak Arini tetapi tetap sopan
"Kenapa?"
"Karena, cita-cita saya ingin menjadi dokter, bukan menjadi pembantu. Walaupun saya tahu, menjadi Dokter tak semudah yang saya kira." ucap Arini
"Lantas, kenapa sekarang kamu masih saja menjadi pembantu?" tanya Rangga
"Saya masih punya tanggung jawab untuk Tuan Davian." ucap Arini
"Padahal, aku bisa saja menyekolahkan mu dan menjadikanmu Dokter!" ucap Rangga sombong
"Saya tidak mau ada orang lain yang membantu, karena saya ingin menggapai cita-cita saya atas keberhasilan saya sendiri, Tuan."
"Gigih sekali kamu ini, Arini. Semoga kamu secepatnya mendapat pekerjaan sesuai yang kamu inginkan." ucap Rangga
Obrolan singkat itu tak terasa. Kini, Arini dan Rangga telah sampai di rumah keluarga Raharsya. Arini keluar dari mobil Rangga. Pandangan Arini tertuju pada mobil ferrari T, mobil mewah keluaran terbaru yang harganya pun diluar nalar Arini.
Arini melotot. Arini pernah menaiki mobil itu. Ini mobil Davian ketika datang ke rumahnya. Berarti?
Mobil Tuan arogan kan itu? Berarti? Apa dia mungkin sudah pulang? Oh, tidak. Bagaimana ini? Aduh, aku takut sekali. Kali ini, aku takut! Karena, aku melakukan kesalahan. Ya Tuhan, tolong aku. Semoga hari ini, suasana hati Tuan arogan itu sedang bahagia. I hope so. Arini dalam hati.
Arini berjalan di belakang Rangga. Rangga melihat Arini yang gugup. Rangga tahu, Davian sudah pulang. Itu pasti yang menjadi penyebab Arini gugup seperti itu.
"Davian sudah pulang. Kamu takut?" tanya Rangga
"Aku takut karena belum memasak untuknya. Padahal, dia sudah pulang." ucap Arini
"Ayo, temui Davian bersamaku!" ajak Rangga
"Eh, tidak usah Tuan! Jangan menambah masalah, aku lebih baik sendiri menemui Tuan Dav." ujar Arini
"Kalau Davian memarahi mu bagaimana?" Rangga terlihat khawatir
"Tidak apa-apa. Itu sudah menjadi konsekuensi ku." ucap Arini
"Baiklah. Jika kamu butuh aku, panggil saja aku. Terima kasih untuk hari ini, Arini." Rangga langsung masuk kedalam kamarnya.
"Ah, iya Tuan. Sama-sama..
Arini segera menaiki tangga dengan cepat. Ia harus cepat-cepat menuju kamar Davian. Dengan hati yang bergetar dan gugup, perlahan Arini mengetuk pintu kamar Davian. Berkali-kali Arini mengetuk pintunya, tetaoi tidak ada jawaban.
Dengan hati was-was dan takut, Arini membuka pintu kamar Davian. Ternyata, Davian tak ada di kamarnya. Arini bertanya-tanya, kemana perginya Davian? Ia segera turun lagi ke lantai bawah.
Arini pergi ke taman belakang rumah Davian, tetapi Davian tak ada. Rumah ini besar sekali, Arini tak tahu harus bagaimana dan kemana mencari Davian. Tiba-tiba, Arini dipanggil oleh Teh Lilis.
"Rin, Arini?" panggil Teh Lilis
"Iya, apa Teh?" jawab Arini
"Tuan Davian teh tadi nyariin kamu!" ucap Teh Lilis
"Serius!? Terus, sekarang dia dimana Teh?" tanya Arini
"Tadi, dia nanya sama Teteh itu didepan kamar Neng Arini. Mungkin saja, dia masih berada disitu sekarang!" ucap Teh Lilis
"HAH? Di kamar aku? Kenapa Tuan harus berada di kamar ku!" Arini bingung tak mengerti
"Coba saja neng Arini ke kamar sekarang, semoga saja Tuan Davian masih ada di sana." saran Teh Lilis
"Baiklah Teh. Aku akan segera ke sana. Aku pergi du ya!" ucap Arini
Arini berlari menuju kamarnya. Arini takut Davian sudah tak berada di kamarnya. Arini melihat pintu kamar terbuka, mungkin Davian masih berada didalam kamar Arini.
Benar saja, ketika Arini masuk ke kamarnya, ternyata Davian sedang duduk di ranjang kecil kamarnya. Arini benar-benar kaget. Apalagi, Davian sedang memegang ponsel miliknya.
"Selamat siang, Tuan. Kenapa Tuan sudah pulang? Bukankah ini masih siang, Tuan?" tanya Arini
Davian tak menjawab perkataan Arini. Ia hanya melirik sesekali kearah Arini.
"Tuan?" bujuk Arini
Arini melihat plastik bening berisi engsel baru yang bagus. Arini tersenyum, ternyata Davian ingin membetulkan pintu kamar Arini.
"Tuan, apa Tuan berniat membetulkan pintu kamar saya?" tanya Arini
'Ya, gue kira belum dibetulkan. Ternyata, pintunya sudah kembali seperti semula." jawab Davian ketus
"Maafkan saya, Tuan. Hari ini, anda boleh menghukum saya." Arini pasrah
"Ganti bajumu, dan segera pergi ke kamarku. Aku akan menunggumu di sana." perintah Davian
Davian tetap membawa ponsel milik Arini. Arini tak bisa membantah, karena sepertinya Davian benar-benar marah. Arini melihat, Davian juga membawa bungkusan engsel pintu tersebut.
Tuan Davian, apa dirimu memang memperhatikan ku? Maafkan aku mengecewakanmu, sepertinya aku memang salah. Aku tak tahu kalau Tuan akan pulang lebih cepat demi membetulkan pintu kamarku. Arini dalam hati.
Arini segera bergegas menuju kamar Davian. Arini tak mau Davian menunggu lama. Arini berlari menaiki tangga, meskipun lelah, ia harus menuruti perkataan Tuannya.
"Tuan, Tuan ingin makan apa siang ini?" tanya Arini ramah
"Kenapa lu bisa pergi sama Rangga?" tanya Davian
"Tuan Rangga meminta saya untuk mengantarnya membeli buku." jawab Arini gugup
"Kenapa lu gak izin dulu sama gue?"
"Tuan Rangga bilang kalau Tuan pasti sibuk, jadi saya meminta izin pada Nyonya Amel. Nyonya mengizinkan saya pergi, asalkan jangan terlalu lama." Arini menjelaskan
"Majikan lu itu gue apa nyokap gue?"
"Tuan Davian, Tuan." jawab Arini
"Kenapa lu pergi tanpa sepengetahuan gue?"
"Maaf, saya hanya bingung. Tuan Rangga terus memaksa."
Davian terdiam. Ia rasa, sudah keterlaluan sifatnya pada Arini.
"Lu tulis nama gue apa di kontak handphone lu ini?" tanya Davian
"Maaf, saya yakin Tuan sudah melihatnya." ucap Arini
"Gue arogan?" tanya Davian
"Maaf, saya akan menggantinya, Tuan." Arini takut
"Biasanya lu suka membangkang, kenapa sekarang tidak?" ledek Davian
"Karena saya sadar, saya melakukan kesalahan, Tuan." ucap Arini
"Lu baru sekarang diem dan minta maaf sama gue. Iya kan?" Davian tersenyum sinis
"Iya, saya tahu. Saya mohon maaf Tuan!" Arini pasrah
"Lu cuma bisa minta maaf?" tanya Davian lagi
"Lalu, saya harus bagaimana agar Tuan Dav memaafkan saya?" tanya Arini
"Lu harus buat hati gue yang kesal jadi baik lagi." ucap Davian
"Bagaimana caranya, Tuan?" tanya Arini polos
"Ayo, berangkat! Ajak kemana gue pergi, seperti kemana Rangga mengajak lu pergi." ucap Davian
"Saya baru pulang, Tuan. Saya lelah, apa tidak ada hukuman lain saja?" pinta Arini
Davian melihat wajah Arini yang memang kelelahan. Sebenarnya, Davian tak tega juga terhadap Arini, tetapi Davian juga kesal dengan perilaku Arini yang seenaknya pergi tanpa sepengetahuannya.
"Lu mau hukuman apa?" tanya Davian
"Terserah Tuan Dav saja, asalkan tidak harus bepergian lagi." ucap Arini
"Ya sudah, kamu duduk di sofa! Biar gue delivery order." ucap Davian sambil mengotak-atik layar handphonenya.
"Maksud Tuan?"
"Gue lapar, gue pengen makan." pinta Davian
"Saya saja yang masak, Tuan. Tuan tidak perlu memesan makanan delivery order!" saran Arini
"Gue tahu, lu pasti capek. Udah, lu istirahat aja di sofa, jangan kemana-mana. Nanti kita makan bareng. Gue gak marah sama lu, gue cuma minta, jangan diulangi lagi ya, gue gak suka." ucap Davian lembut.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Enung Samsiah
eeehhh ternyata arogan arogan juga baik dieeee, jika arini mau pindah kerja sm rangga aku siap ngelamar jd gantiin arini tor 😂😂😂😂
2023-03-11
0
Sitorus Boltok Nurbaya
Meleh hatiku thor baper🥰🥰
2022-08-14
0
Liana Rismawati
bahasa nya gaul berasa gimana gitu, lu gue kurang srek aja menurut q
2022-04-09
0