Davian terdiam. Ia tak mengerti apa yang terjadi. Ia heran mengapa Dika seketika pergi keluar melihat dirinya dengan Arini.
"Kenapa Dika seperti itu?" tanya Davian
"Mungkin dia kaget lihat Tuan tak pakai baju!" jawab Arini asal, sambil terus memijat Davian
"Apa dia mengira kita berbuat macam-macam?" tanya Davian
"Entahlah, saya tak tahu." jawab Arini cuek
"Memangnya aku akan tertarik apa dengan wanita sepertimu? Menyentuhnya pun aku tak sudi. Dika aneh-aneh saja!" ucap Davian
Davian tak melihat wajah Arini yang sudah seperti air mendidih, panas sekali.
"Saya juga tak sudi memijat tubuh Tuan, kalau bukan karena uang." timpal Arini
Davian menoleh ke belakang, ia menatap tajam Arini.
"Kenapa lu berani banget? Lu tau kan posisi lu disini itu sebagai apa?" suara Davian meninggi
"Saya hanya menjelaskan fakta yang sebenarnya." jawab Arini
"Kalau gue udah nemuin pembantu yang lebih baik, gue bakal tendang lu jauh-jauh! Pijit lagi, gue masih pegal."
"Baik, Tuan. Saya akan dengan senang hati pergi, asalkan Tuan memberi saya bayaran 5x lipat dari gaji saya!" Arini melanjutkan memijat Davian
"Enak aja lu kalau ngomong. Baru kali ini gue dapet pembantu suka membangkang kayak lu!" ujar Davian
"Saya juga baru pertama kali bekerja jadi pembantu dan punya majikan galak seperti Tuan." Arini tak mau kalah
"Songong banget jadi orang. Tapi, pijatan lu lumayan juga. Badan gue agak enakan!" puji Davian
"Tentu saja, Tuan. Saya bisa melakukan apapun, dan Tuan pasti akan takjub dengan pekerjaan saya." Arini terdengar menantang
"Sombong banget! Kalau gitu, setiap hari lu yang harus masakin gue. Gue mau coba masakan buatan lu. Gak keberatan kan lu?"
"Tidak, Tuan. Asal gaji saya bertambah, karena itu diluar job desk yang telah dijanjikan."
"Buktiin dulu kalau masakan lu layak buat gue makan." Davian terdengar merendahkan
"Tentu, saya siap menerima tantangan Tuan."
Arini terus memijat Davian. Meskipun Davian menyebalkan, Arini harus tetap kuat. Ia tak boleh lemah, ia tak boleh di rendahkan oleh siapapun. Suatu saat nanti, Arini pasti bisa menggapai cita-citanya.
Arini ingin menjadi dokter. Arini pasti bisa. Ia harus yakin, ia harus memiliki tekad kuat.
***
Waktunya makan malam bersama keluarga. Kali ini, akan menjadi makan malam yang berbeda, karena Rangga telah pulang. Akan ada pertarungan sengit antara Rangga dan Davian.
Rangga adalah satu-satunya adik Tuan Dirga, Rangga merupakan orang kepercayaan Tuan Dirga di keluarganya. Davian tak menyukai Rangga, karena Ayahnya selalu membandingkan Davian dengan Rangga.
Kehidupan bisnis Rangga dan Davian sama-sama mendulang kesuksesan. Namun, mereka berbeda manajemen bisnis. Jika Davian terjun dalam bisnis properti dan penjualan barang di mall-mall terbesar di Asia, Rangga menggeluti bisnis otomotif di Swiss.
Makan malam keluarga itu sudah seperti di kutub, dingin sekali. Davian melihat tak suka kepada Rangga. Sherly dan Sheldy, adik kembar Davian pun amat tak nyaman melihat pemandangan tersebut.
"Oh iya, karena saya baru pulang tadi pagi, sepertinya ada pekerja baru ya di rumah ini?" tanya Rangga
"Ada, Ga! Namanya Arini, dia pembantu Davian." ucap Amel, yang menjadi kakak Ipar Rangga
"Sepertinya dia wanita yang baik, bukan begitu Dav?" Rangga bertanya pada Davian
"Apa urusanmu mengurusi pembantuku?" Davian tak suka
"Hanya menurutku, dia terlalu cantik untuk menjadi pembantu. Bekerja di perusahaan cabang ku yang ada disini pun, aku bisa mempekerjakannya, daripada dia harus menjadi pembantu." saran Rangga
"Kutanya sekali lagi, apa urusanmu ikut campur mengenai pembantuku?" tanya Davian
"Aku hanya tertarik dengannya. Dia tak cocok jika harus menjadi pembantu." ucap Rangga
"Biarkan Arini menjadi urusanku. Kamu tak perlu ikut campur, Ga!" ucap Davian
"Biarkan Arini bekerja dulu untuk Davian. Arini memang mahasiswa kedokteran yang terancam berhenti ditengah jalan, kalau nanti Arini mau bekerja denganmu, kamu bisa mempekerjakannya di perusahaan mu." ucap Tuan Dirga
"Tidak bisa! Arini akan tetap menjadi pembantuku. Kalian tak usah menyuruhnya bekerja di perusahaan Rangga. Aku yang akan mengurus pekerja ku." Davian berlalu meninggalkan keluarganya
Sherly dan Sheldy bingung dengan perilaku aneh kakaknya. Jelas sekali, Davian tak suka dengan sifat Arini, tetapi mengapa Davian tak mau melepaskan Arini sebagai pembantunya?
"Ada apa dengan Davian ya, Pap?" tanya Nyonya Amel
"Entahlah! Kemarin-kemarin dia sangat tak suka pada Arini. Sekarang, malah tak mau melepaskannya." jawab Tuan Dirga
"Mungkin Arini pembantu yang baik, jadi Davian tak mau melepaskannya." ucap Rangga
"Tapi, kak Arini itu memang cantik ya? Sayang sekali, ia malah jadi pembantu." timpal Sherly
"Harusnya Kak Arini itu jadi model!" tambah Sheldy
"Maka dari itu, Om ingin Arini bekerja sedikit lebih layak di perusahaan Om, karena Om pikir menjadi pembantu sangat tak cocok untuk Arini." tambah Rangga
"Kali ini aku setuju sama Om Rangga!" ucap Sherly
"Aku juga setuju Sher!" Sheldy ikut-ikutan
"Semua tergantung Davian! Ga, kamu jangan membuat Davian marah. Jangan bertindak gegabah pada Arini." saran Tuan Dirga
"Tentu, Kak!" jawab Rangga santai
Arini membantu asisten lain membersihkan piring kotor bekas keluarga Davian makan malam. Arini mengerjakannya dengan senang hati. Demi uang agar bisa melunasi hutang-hutang Ayahnya, dia ikhlas jika harus menjadi pembantu seperti ini.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB, asisten lain telah selesai bekerja dan masuk kedalam kamarnya masing-masing. Hanya Arini yang masih sibuk mengerjakan pekerjaan rumah besar ini.
Rangga keluar dari kamarnya karena merasa haus, ia ingin mengambil soft drink dari kulkas. Rangga melihat Arini yang masih sibuk mengerjakan pekerjaan rumah.
"Kamu belum tidur?" Rangga mengagetkan Arini
"Eh, Tuan Rangga! Belum, Tuan. Saya masih harus membersihkan sayuran-sayuran ini untuk besok." jawab Arini
"Jangan terlalu keras bekerja, jangan mau diperbudak oleh pembantu senior yang lainnya." ucap Rangga
"Tidak, Tuan. Saya dengan senang hati mengerjakannya." jawab Arini
"Arini, berapa usiamu?" tanya Rangga kemudian duduk di ruang makan mini dekat dapur
"23 tahun, Tuan."
"Terpaut 7 tahun dengan usiaku." ucap Rangga tanpa basa-basi
"Maksud, Tuan?" Arini tak mengerti
"Tidak, tidak apa-apa. Arini, apa kau mau menemani aku disini? Aku tak ada teman yang bisa ku ajak berbincang." ucap Rangga
"Maaf, Tuan! Itu sangat lancang bagi saya." jawab Arini sopan
"Tidak apa-apa. Jangan anggap aku majikan mu, anggap saja aku temanmu. Duduklah disini." ucap Rangga
Arini gugup. Ia tak mungkin melawan kepada Rangga. Rangga orang yang sopan, berbeda dengan Davian. Arini kemudian duduk di kursi meja makan itu.
"Ini, makanlah snack. Jangan sungkan-sungkan." ucap Rangga
"Terima kasih, Tuan." Arini malu-malu
"Arini, apa kau tak lelah menjadi pembantu?" tanya Rangga
"Semua pekerjaan pasti melelahkan, Tuan!" jawab Arini
"Apa kau mau bekerja di perusahaan ku? Aku bisa menjadikanmu staff administrasi nanti." ucap Rangga
"TIDAK BISA!" Davian muncul tiba-tiba. Mengagetkan Arini dan Rangga
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Ta..h
aku ikut kaget Davi 😁😁😁
2023-03-28
0
Enung Samsiah
hahaha davian mulai posesif cmburu nih yeee
2023-03-11
0
Ana Wiwid
hahaha bagus rangga pepet terus arini....
2023-01-21
1