Arini mulai bekerja hari itu juga. Ia dikenalkan dengan semua ruang di rumah ini. Mbok Sum mengajaknya mengenal tempat ini lebih jauh. Arini takjub melihat betapa besar dan mewahnya rumah ini.
Pantas saja anak sulung di rumah ini sombongnya selangit. Mereka memang benar-benar berasal dari keluarga kaya raya! Aku dibuat takjub dengan interior rumahnya yang seperti ini. Andaikan, aku berasal dari keluarga yang berada seperti ini. Mungkin, Ibu Ayahku, dan adik-adikku takkan merasakan masa sulit seperti sekarang ini. Arini dalam hati.
"Ariniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii" teriak Davian dari depan pintu kamarnya
"Neng Arin! Itu dipanggil sama Tuan Dav. Ayo, segera ke atas, dia tak suka menunggu." suruh mbok Sum padaku
"Ba.. Baik, Mbok!" Arini berlari.
Arini berlari sekuat tenaganya. Ia tak menyangka Tuan tampan nan sombong itu bisa memanggilnya sekencang mungkin. Arini dengan cepat menyusuri tangga lantai 2. Batang hidung Davian sudah terlihat di depan pintu kamar.
"Selamat pagi, Tuan! Ada yang bisa saya bantu?" ucap Arini sopan
"Lu tahu gak tugas lu disini itu apa?" bentak Davian pada Arini
"Tugas saya melayani semua kebutuhan anda, Tuan!" Arini menunduk
"Lu tahu itu! Kenapa malah kelayapan gak jelas? Harusnya lu diem disini." ucap Davian
"Maaf, Tuan! Barusan, saya sama Mbok Sum sedang mengelilingi rumah ini, agar saya nanti hafal dan tidak bingung." ucap Arini
"Lu masuk ke kamar gue sekarang! Beresin kamar gue sampai bersih. Gue mau mandi dulu. Kalau sampai gue selesai mandi, kamar gue belum rapi, awas lu ya!" ancam Davian
"Ba..baik, Tuan." Arini gugup
Arini membersihkan seluruh kamar Davian dengan semangat. Ia sungguh-sungguh ingin bekerja disini, ia ingin anggapan Davian padanya tak serendah yang dikatakan tadi pagi.
Arini berharap secepatnya ia mendapat panggilan dari rumah sakit ataupun klinik. Ia akan lebih bahagia bekerja di rumah sakit, walaupun hanya menjadi kasir atau pun office girl. Karena untuk menjadi Dokter itu sungguh tak mungkin. Kini, cita-cita itu hanya angan-angannya saja.
Arini lelah, kamar Davian cukup besar untuk ukuran seorang lelaki. Mulai dari ranjangnya yang besar, LED TV nya yang besar, kira-kira 50 inch. Ditambah lagi, sofa bed nya yang besar. Ada ruang kerja, rak-rak buku di lemari bukunya yang sudah seperti perpustakaan dan kamar mandi yang sepertinya cukup luas. Kamar ini sudah seperti apartemen saja, hanya tak ada dapur.
Arini sedang mengelap kaca jendela kamar Davian, tiba-tiba Davian keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk, Davian telanjang dada. Arini tak menyadari kalau Davian sudah ada di depan lemari dan memilih baju.
"Maaf.. Maaf, Tuan! Saya tidak melihat anda. Saya akan pergi keluar." ucap Arini
"Siapa yang menyuruhmu keluar? Diam saja di kamarku!" bentak Davian
"Iya, Tuan." Arini pasrah
Davian sengaja memamerkan tubuh berototnya pada Arini. Davian ingin Arini masuk kedalam perangkapnya. Davian menaruh dendam pada Arini, Davian tak menyukai perkataan Arini yang merendahkannya.
Davian akan membuktikan ucapannya. Arini akan jatuh cinta pada Davian, dan Davian akan menendang Arini jauh-jauh karena sudah berani menantangnya. Davian tak tinggal diam, ia sudah merencanakan hal ini matang-matang.
Davian duduk di kursi cerminnya. Ia menggosok-gosok rambutnya. Tubuhnya yang kekar menambah sisi ketampanannya. Davian memang tampan rupawan, ditambah lagi tubuhnya yang tinggi dan kekar.
"Kemari kau!!!" perintah Davian
"Ba..baik, Tuan." Arini mendekat
"Keringkan rambutku menggunakan handuk ini!" ucap Davian
Davian melemparkan handuk kecil itu ke belakang. Arini segera menangkapnya.
"Maaf, Tuan. Bukankah anda mempunyai Hair Dryer? Kenapa tak pakai Hair Dryer saja? Tentunya rambut Tuan akan mengering lebih cepat." jawab Arini
"Kamu membantah perintahku?" tanya Davian
"Tidak, Tuan. Saya hanya memberi solusi pada Tuan, agar tidak memakan waktu lama." Arini menjawab lagi
"Lalu, apa tugasmu sebagai pembantu kalau apa-apa harus menggunakan alat? Kamu kan pembantuku! Kau harus menuruti semua perintahku. Cepat keringkan rambutku!" Davian meninggikan suaranya.
"Iya, Tuan." jawab Arini ketus
Tuan muda, anda benar-benar membuat saya emosi. Anda benar-benar membuat saya kesal. Lihat saja nanti, akan ku buat harga dirimu jatuh ketika aku sudah diterima bekerja di klinik ataupun rumah sakit. Aku pasti akan lebih dihargai bekerja di sana, aku takkan tersiksa seperti ini. Tuhan, kumohon segera pertemukan aku dengan pekerjaanku yang sesungguhnya. Arini dalam hati.
"Lu bisa kerja gak sih?" tanya Davian
"Tentu saja, Tuan. Memangnya kenapa?" tanya Arini
"Mengeringkan rambut itu bukan seperti memijat. Dasar wanita bodoh. Lakukan yang benar!" bentak Davian
"Maafkan saya, Tuan. Saya memang orang miskin, tetapi saya juga punya hair dryer di rumah saya, dan saya tak perlu susah payah menggunakan jasa orang lain untuk mengeringkan rambut. Menggunakan hair dryer juga lebih mudah kan? Saya sudah bilang kepada Tuan untuk menggunakannya!" Arini menjelaskan
"Gue gak peduli. Gue pengennya elu yang ngeringin rambut gue!" ucap Davian
"Saya tidak berkenan Tuan, maafkan saya!" Arini menolak
"Lu berani nolak gue, HAH?" Davian emosi
"Tuan, tolong jangan buat saya serba salah berada disini."
"Maksud lu apa?" Davian tak mengerti
"Barusan, Tuan berkata pada saya mengeringkan rambut bukan seperti memijat, dan saya dikatai bodoh. Lebih baik pakai hair dryer saja kan?" Arini menyindir
"Kau berani-beraninya menantangku, HAH? Kenapa kau berani sekali? Lu mau gue pecat sekarang juga? Iya?" Davian melihat tidak senang pada Arini
"Saya menerima apapun keputusan Tuan Davian. Kalau Tuan memecat saya, saya akan pulang sekarang juga."
"Berani juga lu ya?" Davian tak paham
"Saya tak akan bertahan kalau Tuan tak menginginkan saya." ujar Arini
"Tidak semudah itu aku memecat mu! Akan ku pastikan kau suatu saat nanti menangis memohon ampun padaku agar aku tak memecat mu!" ancam Davian
"Aku akan menantikan hari itu juga, Tuan!" Arini membalas tak mau kalah
"Kau benar-benar menantang ku, ya?" Davian melotot emosi
"Tidak, Tuan. Mana saya berani. Saya hanya mengikuti apa yang Tuan inginkan." jawab Arini.
Arini telah selesai mengeringkan rambut Davian. Davian menyuruh Arini mengambilkan baju di lemarinya. Davian akan pergi ke kantor.
"Pakaikan baju itu ke tubuhku!" perintah Davian
"Kenapa harus saya Tuan? Anda bisa sendiri kan? Lalu, apa gunanya tanganmu itu? Tanganmu bukan alat seperti Hair Dryer tadi kan? Jadi, menurutku Tuan bisa memakai baju sendiri. Maaf, kalau saya sedikit lancang." jelas Davian
"Baru kali ini gue dapet pembantu kayak lu! Lu tau gak sih apa artinya pembantu? Lu itu harus nurutin semua kemauan gue, lu itu PEMBANTU. Tau gak? PEMBANTU itu tugasnya melayani majikannya." Davian marah
"Maafkan saya, Tuan!" Arini menunduk
"Mau apapun gue, lu harus turutin. Mau se aneh apapun permintaan gue lu harus patuh. Lu itu disini kerja digaji kan? Jangan banyak ngomong bisa gak sih?" Davian kesal
"Baiklah, Tuan. Saya akan memakaikan pakaian anda."
Seperti bayi saja, Cih.. Arini berbisik sendiri.
"Apa? Lu ngatain gue? Iya?" Davian melotot
"Tidak, Tuan."
Arini berhadapan dengan Davian. Hatinya sangat jijik sekali berdekatan dengan lelaki seperti Davian. Davian sengaja membuat Arini berdekatan dengannya. Ia sangat berharap kalau Arini akan terkena perangkapnya. Davian ingin segera membuang Arini jauh-jauh.
"Selesai, Tuan." ucap Arini
"Lo seneng kan?" ujar Davian
"Senang? Kenapa saya harus senang?" Arini heran
"Lu seneng deket-deket sama gue! Jujur aja lu. Dasar cewek gak tahu diri." maki Davian pada Arini
"Maaf sekali Tuan Davian yang terhormat. Saya katakan sekali lagi, saya tidak tertarik dengan anda! Anda bukan tipe saya, dan saya tidak mungkin senang berdekatan dengan anda." jawab Arini tegas
"Pembantu kurang ajar. Akan ku buktikan padamu suatu hari nanti, kau akan mengemis cinta padaku! Camkan itu!" Davian pergi keluar meninggalkan Arini
Cih, kau kira aku akan kalah? Aku bersedia jika kau memecat ku saat ini juga. Tapi buktinya, kau tak bisa memecat ku kan? Kau membutuhkanku kan? Aku akui kau memang orang kaya, tapi kau tak bisa semena-mena merendahkan ku seperti itu. Arini dalam hati.
*Bersambung**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Riza Atty
bagus Arini sombong amat
2023-11-23
0
Sitorus Boltok Nurbaya
ayo Arini jgn mau di tindas. jdi wanita harus kuat.
semangat kak
2022-08-13
0
Fadillah Ahmad
kurang asyik, dialog nya pakai kata lo gue. maaf ngk bisa di lanjutkan.
2022-02-03
0