Rangga membawa mobil sendiri. Arini duduk di samping Rangga. Rangga membawa Arini menuju book store terbesar di Jakarta. Arini baru pertama kali memasuki toko buku semegah ini.
"Waaaaaah..." Arini takjub
"Bagus ya tempatnya?" tanya Rangga
"Bagus banget, Tuan. Saya baru pertama kali kesini. Biasanya saya cuma ke perpustakaan aja kalau mau baca buku." ucap Arini
"Kamu suka baca buku apa? Kalau ada yang kamu suka, beli aja Rin!" ucap Rangga
"Sebenarnya aku tertarik membaca buku Human Physiology, Tuan. Tetapi yang asli mahal, aku hanya bisa membacanya di perpustakaan."
"Tidak apa-apa, biar aku yang bayar! Belilah buku apa yang kamu inginkan." ucap Rangga
"Tidak, Tuan. Tidak usah, terima kasih. Saya tidak ingin merepotkan Tuan." Arini menolak dengan halus
"Tak usah sungkan. Anggap saja itu sebagai hadiah karena kamu sudah mengantarku membeli buku ke sini." jelas Rangga
"Tetapi itu tak sepadan dengan harganya. Tidak usah, Tuan. Saya mohon."
"Rin, tidak apa-apa! Aku memang ingin membeli buku, kamu juga beli saja buku yang kamu mau. Kalau menurutmu terlalu mahal, pilihlah yang harganya tak terlalu mahal. Semahal apapun kalau kamu suka, belilah! Aku malah senang, itu tandanya kamu suka membaca. Jangan menolak, pilihlah buku yang kamu suka." ucap Rangga
"Ba, baiklah Tuan." ucap Arini
Arini malu kalau harus dibelikan oleh Rangga. Tetapi, disisi lain Arini senang bisa membeli buku yang diinginkannya. Arini memilih-milih buku yang diinginkannya. Ia harus mendalami semua tentang medis. Ia masih berangan-angan semoga suatu saat nanti cita-citanya untuk menjadi dokter bisa tercapai.
Rangga membeli buku tentang strategi bisnis. Ia memang senang membaca buku, dan mendalami peran bisnisnya dengan membaca buku. Arini memilih buku yang diinginkannya. Meskipun harganya tidak terlalu mahal, tetapi buku yang Arini pilih sangat bagus.
"Hanya satu?" tanya Rangga
"Iya, Tuan. Hanya ini saja." ucap Arini
"Sudah kubilang, jangan sungkan padaku. Belilah apa yang kamu mau." ucap Rangga
"Ini saja, Tuan. Terima kasih banyak!" jawab Arini
Rangga membayar bukunya dan pergi keluar dari book store bersama Arini. Sebelum mengajak Arini pulang, Rangga ingin makan siang terlebih dahulu.
"Kita makan siang dulu yuk?" ajak Rangga
"Kenapa kita tidak makan di rumah saja, Tuan?" ucap Arini
"Kejauhan kalau makan di rumah, makan di resto dekat sini aja. Ayok, cuma sebentar kok." ucap Rangga
Rangga refleks memegang tangan Arini. Arini terkejut melihat Rangga memegang tangannya, tetapi Arini tak bisa menolak.
Rangga mengajak Arini makan di resto siap saji yang lengkap. Rangga meminta Arini untuk memesan makanan apapun yang ia inginkan. Rangga memang baik pada Arini.
***
Di kantornya, Davian meminta sekretaris Dika membeli engsel pintu yang baru untuk kamar Arini. Davian teringat pada pintu kamar Arini yang semalam dia dobrak. Tak lama, sekretaris Dika pun tiba.
"Bos, ini pesanannya." ucap Dika
"Thanks, Dik. Ayo, kita pulang!" ajak Davian
"Kenapa harus sekarang Bos? Kan belum waktunya pulang?" tanya Dika
"Gue mau betulkan kamarnya Arini yang gue dobrak semalam." ucap Davian
"HAH? Kenapa lu dobrak pintu Arini Bos?"
Davian terdiam. Ia sendiri pun tak mengerti kenapa harus mendobrak pintu kamar Arini. Davian ingat, dirinya seperti kesetanan mendengar Arini berbicara. Davian kira, Arini sedang bersama seorang pria, tetapi nyatanya Arini hanya sedang berbicara lewat telepon.
"Gue juga nggak ngerti. Itu hanya salah paham." jawab Davian
"Salah paham gimana maksud lu, Bos?" tanya Dika
"Ya, gue juga nggak ngerti. Gue denger suara Arini kayak lagi ngobrol sama cowok, gue emosi. Gue langsung dobrak aja pintu kamarnya." jawab Davian polos
"Hahaha! Serius lu bos? Parah juga lu ya? Kok lu jadi peduli sih sama Arini?" tanya Dika
"Gue juga heran, Dik. Gue gak ngerti kenapa gue malah emosi kayak gitu sama dia." Davian tak mengerti
"Kayaknya lu suka deh sama Arini." ucap Dika
"HAH? Gila aja lo! Gak mungkin lah! Masa gue suka sama Arini, itu jelas-jelas gak mungkin." ucap Davian
"Kalau enggak, kenapa lu jadi perhatian gitu sama dia?" tanya Dika
"Gue juga enggak ngerti sama sekali. Kenapa gue bisa begini."
"Itu tandanya elu udah jatuh cinta sama Arini Bos. Cinta itu memang seperti itu! Ketika lu mulai memperhatikan orang yang dekat dengan lu, itu tandanya sudah ada ketertarikan antara lu ke dia. Gue yakin, lu udah tertarik sama Arini, meskipun hati lu bilang enggak cinta sama dia, Bos!" jelas Dika
"Masa iya? Gue tertarik sama pembantu?" Davian heran
"Meskipun pembantu, dia cantik Bos! Menurut gue, dia gak layak jadi pembantu!" ucap Dika
"Bodo amat lah, pusing gue. Ayo, kita pulang sekarang. Gue mau betulin engsel kamar dia yang rusak. Kasihan dia nanti." jawab Davian
"Tuh kan, Bos! Lu menaruh rasa kasihan sama Arini."
"Lu malah begitu mulu Dik!" ucap Davian
Davian dan Dika pulang lebih cepat. Davian ingin segera membetulkan engsel pintu kamar Arini. Didalam mobil, Dika selalu mengejek Davian tentang Arini.
Setengah jam berlalu, Davian telah sampai di rumahnya. Davian segera masuk kedalam rumahnya. Rumahnya sepi, mungkin semua orang sedang istirahat tidur siang.
Davian masuk ke kamarnya. Seperti biasa, kamarnya selalu rapi karena Arini yang membereskan. Arini selalu teliti membereskan kamarnya, berbeda dengan Mbok Sum.
Davian membuka jas nya, mengganti dengan pakaian santai di rumah. Davian segera menuju kamar Arini, mungkin Arini sedang tidur siang, pikirnya.
Pintu kamar Arini tertutup. Davian kaget, itu berarti pintu kamarnya sudah ada yang membetulkan. Davian mengetuk pintu kamar Arini berkali-kali, tetapi tak ada jawaban juga. Seorang pembantu juru masak mendekati Davian.
"Tuan Dav mencari Arini?" tanya Teh Lilis
"Iya, dia sedang tidur kah?"
"Tadi saya lihat teh Arini pergi sama Tuan Rangga." jawab Teh Lilis
"Rangga? Kenapa bisa?" Davian heran
"Saya kurang tahu, Tuan. Coba tanyakan saja pada Nyonya. Sepertinya Nyonya mah tahu." jawab Teh Lilis
Davian mengeluarkan Handphone dari sakunya. Davian segera menghubungi Arini. Teleponnya tersambung. Tetapi, terdengar suara telepon dari dalam kamar.
Ternyata, Arini tidak membawa handphone. Davian membuka pintu kamar Arini dan masuk ke kamarnya. Davian mengambil handphone Arini. Davian membuka handphonenya.
Davian melihat-lihat panggilan dan pesan masuk di handphone Arini. Entah mengapa Davian malah penasaran dengan kehidupan pribadi Arini.
Nama macam apa ini? Kenapa namaku jadi 'Tuan Muda Arogan' Berani sekali dia memberi nama arogan padaku. Lihat saja nanti, banyak hal yang harus aku perhitungkan dengannya. Mulai dari pergi bersama Rangga, hingga nama kontak diriku yang tak masuk akal.
Davian terus melihat panggilan dan pesan Arini. Ada salah satu nama yang membuat Davian tergelitik. Nama itu adalah "Mas Adit" Mungkinkah itu pacarnya Arini? Davian mencoba menebak.
Pesan-pesan yang dikirimkan kontak bernama Mas Adit itupun sangat perhatian pada Arini. Davian kini percaya, Arini telah memiliki seorang kekasih.
Davian terus saja melihat handphone Arini. Ia membuka fitur gallery, yang berisikan foto-foto Arini. Satu-satu, Davian melihat foto Arini, ada yang tersenyum, ada yang cemberut, ada yang menutup mata, banyak sekali ekspresi Arini ketika difoto. Davian kagum melihat kecantikan Arini.
Arini, kamu cantik. Wajahmu membuatku tersenyum. Kenapa aku jadi seperti ini? Kenapa kamu membuatku seperti magnet, yang tertarik dengan daya nya? Arini, wajahmu terngiang di kepalaku. Kenapa aku harus memikirkan mu? Dimana kamu sekarang? Cepatlah pulang, aku merindukanmu..
EH SALAH... MAKSUDKU,
Aku akan memberi perhitungan denganmu atas kesalahan yang telah kau lakukan. Itu maksudku!
*Bersambung**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Enung Samsiah
Siap-siap paman vs ponakan perang Dingin tajam😂😂
2023-03-11
1
mamika
hahahhahaa...kocak emang tuan muda yg satu ini..gengsinya setinggi langittt...😂
2021-09-20
0
Shanty Bojes
masih juga gengsi,,,,munafik lu dav nanti bucin baru tau rasa lu🤣🤣🤣🤣
2021-09-15
0