"Ini kenapa sih malem-malem berisik?" tanya Rangga yang baru turun dari lantai atas.
Oeekkkk ...
"Rangga! Berisik sih, dia jadi nangis," ucap Filla dengan kesal, ia mengusap kepala bayi itu dengan sayang, yang berada dipelukan bunda.
"Bayi siapa Fill? Bayi lo?" tanya Rangga sambil berlari menghampiri Filla.
"Mulut lo Ngga, gue sobek baru tahu," celetuk Filla.
"Ya terus bayi siapa? Kan lo yang teriak-teriak," tambah Rangga.
"Udah, nggak usah berisik, bayinya takut ini," ucap bunda.
Filla dan Rangga memilih diam daripada bunda yang naik darah.
"Siapa yang tega ninggalin dia diteras rumah saat hujan gini?" tanya bunda pada dirinya sendiri.
"Bun, Bunda ada nyimpen baju bayi? Kayaknya dia kedinginan deh karena percikan air," ucap Filla membuat bunda meraba baju bayi kecil itu yang terasa lembab.
"Taampun, Bunda nggak ngecek. Ngga, coba kamu cari baju bayi di lemari kamu bagian bawah, Bunda inget pernah nyisahin itu disana," ucap bunda yang meraih anggukan kepala Rangga dengan cepat.
"Ni Bun," ucap Rangga setelah kembali dengan baju bayi ditangannya.
Bunda dengan sigap mengganti baju bayi itu, bahkan Ayah juga membantu, sedangkan Filla dan Rangga hanya bisa menonton.
"Siapa sih Bun? Kejam banget," ucap Rangga iba saat melihat bayi itu mukanya kemerahan karena kedinginan. "Mentang-mentang ini panti asuhan main tinggal aja, nggak pake hati banget," sambung Rangga.
"Diem Ngga, adek bayinya nangis lagi nanti, denger suara cempreng kamu itu," celetuk Filla yang meraih pukulan dari Rangga tepat dikepalanya.
"Lo yang cempreng," ucap Rangga tegas.
"Udah jangan berantem, kalian hobby berantem ya," ucap bunda sambil mengangkat adik bayi kedalam gendongannya. Dan mulai menimangnya dengan sayang.
"Kasih nama dong Bun," pinta Filla sambil tersenyum lebar.
Bunda tersenyum, "Kasih nama apa ya Yah, bagusnya? tanya bunda meminta pendapat ayah yang mulai mengerutkan keningnya berfikir.
"Duh Ayah jadi nggak punya kandidat nama ini," ucap Ayah sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Gio aja Bun," celetuk Rangga.
"Gio apaan? Ini bayi cewek Ngga, mana ada cewek namanya Gio?" balas Filla yang membuat Rangga melihat bayi itu lebih dekat.
"Cewek ya Bun?" tanyanya memastikan.
Bunda mengangguk sambil tersenyum.
Filla tersenyum lebar sambil menjentikan jarinya, "Gimana kalau Raina Putri? Panggilannya Rain. Diakan Filla temui saat hujan," usul Filla dengan semangat.
"Oke kita kasih nama Raina Putri," ucap ayah setuju.
Bunda juga ikutan mengangguk, "Nama yang bagus, Raina, Rain," ucap Bunda sambil memainkan hidung Raina gemas.
"Gio aja Bunda," perotes Rangga tak mau kalah.
"Iya, nanti Gio kita pake kalau ada anak panti baru ya," ucap bunda.
"Kelamaan Bunda," rengek Rangga.
"Udah sih, Raina nama yang bagus," ucap Filla sambil meledek Rangga.
"Nggak ada bagus-bagusnya tuh," celetuk Rangga.
Filla hanya bisa cemberut, yang jelas nama bayi ini Raina Putri, nama pilihannya, entah kenapa ia jadi sangat menyayangi Raina walau ia baru saja bertemu. Filla jadi ingat kisah bundanya yang juga bernasip sama dengan Raina, apa tuhan memang menunjukan semua ini padanya, pikir Filla. Agar ia lebih bersyukur dan tahu apa artinya susah, bukan seperti kehidupannya yang dulu terlampau mudah.
*****
"Cepetan sebelum gue tinggal," teriak Rangga dari luar rumah, memang sejak tadi Rangga sibuk meneriakinya, sedangnya Filla tak peduli sedikitpun, ia masih suka dengan kegiatannya menciumi Raina yang masih dalam gendongan bunda.
"Udah, nanti Kakak terlambat loh," ucap bunda membuat Filla mempautkan bibirnya.
"Ya Bunda, masih ada setengah jam sebelum lonceng, dasarnya Rangga aja yang mau buru-buru. Filla masih mau main sama Rain," ucap Filla memasang wajah super berharap.
Bunda mengusap puncak kepala Filla, "Nantikan masih bisa main sama Rain, lagian Rainnya juga udah gerah Kakak cium terus," ledek bunda membuat Filla tertawa.
"Iya deh, guys jagain adik baru kita ya," ucap Filla pada adik-adik panti yang belum sekolah, yang lain banyak yang sudah berangkat seolah, jadi tinggal yang kecil-kecil, tapi dengan sigap mengangguk serentak. Filla mengacak rambut Tita, Rico, Anton secara bergantian. Sejak seminggu yang lalu tinggal dipanti membuat Filla jadi dekat dengan semua orang termasuk adik-adik panti, semua jadi temannya sekarang.
"Yaudah Kakak berangkat dulu, diluar macan udah ngamuk," ucap Filla membuat ketiga anak kecil dan bunda ikut tertawa.
"Hati-hati Kak," ucap bunda saat Filla menyalami tangannya.
"Siap Bun," Filla berlalu dengan berlari menghampiri Rangga yang sudah kebakaran jenggot diluar.
Rangga menoleh dengan tatapan membunuh, "Lama banget sih? Gue tinggal baru tahu rasa," ucap Rangga dengan nada tinggi.
"Santai Ngga, baru setengah tujuh juga," ucap Filla membela diri.
"Kalau udah siang makin banyak cewek yang lengket dibadan gue," ucap Rangga percaya diri, walau sebenarnya memang benar, Rangga selalu mengincar sampai disekolah secepat mungkin agar tidak dikerubungi para cewek-cewek penghuni sekolah.
"Iya ayo," Lebih baik Filla mengalah sekarang daripada mendengar ocehan Rangga yang tak berujung, bisa bengkak kupingnya.
Sesampainya disekolah Ragga dengan cepat meninggalkan Filla walau sebenarnya mereka berada dikelas yang sama, dasar Rangganya saja yang menolak berada didekat Filla.
Filla menaiki tangga, kelasnya memang berada dilantai tiga, kelas paling pojok, sesuai jurusannya Filla tetap jadi anak Ipa walau otaknya tak seberapa tapi karena disekolah yang dulu ia juga dijurusan Ipa jadi disekolah ini ia juga harus melanjutkannya.
Masih saja banyak tatapan tak suka dari beberapa perempuan yang setingkat atau malah adik kelasnya, alasannya tetap sama, karena Filla pernah berseteru dengan Alexs dan berdekatan dengan Rangga. Untung Alexs tak memperpanjang masalah, ia lebih menghindari Filla, selalu lewat tanpa kata, seperti tak terjadi apa-apa, Filla bersyukur akan itu daripada ia harus bercekcok dengan Alexs yang pastinya menghabiskan tenaga.
"Na, ada PR nggak?" tanya Filla saat sampai dibangkunya, ia memang sudah dekat dengan Nina teman sebangkunya. Nina adalah gadis yang lugu dan super culun, dulu Filla pasti akan jadi omongan besar jika ia berteman dengan orang seperti Nina, tapi disini ia sama seperti Nina dipandang cupu, Filla memang terlihat rapi selama sekolah disekolah ini, dengan dasi yang rapi, rambut dikuncir tentu saja membuatnya jadi kandidat gadis culun. Tapi lebih baik seperti ini, ia tak mau mencari masalah.
"Nggak ada Fill. Oiya kamu udah denger kabar kalau besok ulangan dadakan?" tanya Nina sambil membuka kacamata super tebalnya dan mulai membersihkannya dengan kain.
Filla mengerutkan keningnya, "Ulangan dadakan kok lo tahu? Biasanyakan nggak ketahuan," tanya Filla.
"Kelas sebelah yang kasih tahu, jadi pasti samaan kayak minggu lalu juga gitu, tapi aku nggak percaya, dan sekarang harus seratus persen percaya," ucap Nina dengan semangat yang berkobar.
"Oke, oke biasa aja, nggak usah lebay," ledek Filla membuat Nina tersenyum kecut diikuti tawa Filla.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Ika Sartika
❣️❣️❣️
2021-02-06
1
Bagus Effendik
aku bawa boom like
2021-02-01
1
Rain aditara
mampir terus kaj
2020-11-03
0