"Ayolah guys masak takut? Sekali aja biar kalian ngerasaiin apa itu alkohol," Gelas ketiga sahabatnya yang kosong dituangkan alkohol, mulai ada keinginan untuk mencoba dari ketiga sahabatnya, mereka bertiga sudah mengangkat gelasnya untuk meminum alkohol tersebut yang kandungan alkoholnya sangat tinggi dengan meminum satu gelas saja mereka bisa mabuk berat.
Ketika minuman itu hampir menyentuh bibir ketiga wanita itu, terdengar suara gaduh didalam diskotik yang membuat semua pengunjung gelisah, itu adalah keributan yang dibuat oleh sekelompok polisi yang akan menangkap penyelundup narkoba ditempat ini, dan tentunya siapa saja yang ada ditempat ini akan menjadi tersangka, termasuk Filla dan yang lain.
Kegelisahan mulai menyeruak kesegala penjuru ruangan, semua ingin kabur menjauh dari serangan polisi itu tapi semua terlambat tempat ini sudah dikepung, kegelisahan juga dirasakan keempat remaja yang tak lain adalah Filla and the geng, mereka takut akan dibawa kekentor polisi, dan ternyata dugaan mereka benar semua orang yang berada ditempat ini ditangkap dan dibawa kekantor polisi.
******
Terlihat Filla and the geng, sedang diintrogasi dikantor polisi, karena ketahuan nongkrong di diskotik ilegal yang didalamnya adalah markas pemakai narkoba, ya bener sekarang mereka jadi tersangka, tidak diketahui oleh mereka berempat bahwa tempat mereka nongkrong selama ini adalah bandar narkoba.
"Kalian berempat ini masih sekolah, masih dibawah umur kenapa nongkrong di tempat bandar narkoba, lihat," ucap pak polisi sambil menunjuk orang-orang yang dibawa bersama mereka duduk dikursi yang lain. "Cuma kalian yang masih dibawah umur," tambah pak polisi yang diketahui namanya Toni dari tanda pengenalnya.
"Yaelah Pak, mana kita tahu kalau itu tempat ada narkoba Pak, ya nggak guys?" ucap Novi yang terlihat jelas sedang mabuk berat sejak mereka datang kekantor polisi. Bagaimana tidak mabuk? alkohol yang ia teguk hampir 7 gelas.
"Kamu juga, mabuk-mabukan, nggak ada kerjaan lain?" tanya pak polisi menatap Novi intens, yang ditatap malah semakin meracau tak jelas dibahu Caca.
"Ya kita nggak tahu Pak. Jangan marah-marah gitu kenapa sih?" seru Caca yang mulai kesal dengan omelan pak polisi.
"Makanya, pinter-pinter pilih tempat berkumpul, sekarang mana nomor ponsel orangtua kalian? Karena kalian minum alkohol disana jadi saya harus bertemu orang tua kalian," ucap pak polisi tegas yang berhasil membuat mereka saling toleh.
"Pak tapi saya nggak minum kok," bela Caca karena takut dilaporkan pada papa, mamanya yang pastinya tak akan melepaskannya kali ini.
"Iya tapi hampir kan?" polisi menatap ketiga orang yang sedang berpikir keras.
Filla mulai angkat bicara, bisa-bisa kalau kejadian ini sampai ketelinga papanya, ia tak akan dimaafkan lagi, "Ya, iya sih Pak tapi nggak usah bawa orangtua lah Pak, ribet."
"Kalian mau bawa orangtua apa saya masukin ke sel?" ancam pak Toni dengan tegas, terlihat jelas raut wajahnya yang menahan amarah.
"Yaelah Bapak ambekan banget, nih nomor Papa aku deh," seru Caca sambil memberikan nomor papanya daripada harus masuk sel.
Setelah beberapa menit menunggu. papanya Novi, Ola dan Caca datang, dan mengajak anaknya pulang, sebenarnya ketiganya ingin menemani Filla yang papanya belum datang menjemput, tapi karena orangtua mereka sudah sangat marah dengan mereka, akhirnya mereka tidak bisa nemani Filla, mereka sudah diseret pulang, dan Filla memaklumi semua itu.
"Sekarang mana orangtua kamu?" tanya pak polisi setelah melihat sekeliling tidak adanya tanda-tanda orangtua anak didepannya akan hadir.
"Nggak tahu Pak, kan udah saya bilangin orangtua itu ribet di masalah kayak gini, Papa sama Mama saya paling lagi sibuk kerja dan mungkin juga nggak peduli," celetuk Filla sambil memainkan kuku jari tangannya.
"Bagaimana anaknya mau begini kelakuannya, orangtuanya saja tidak peduli," oceh pak polisi yang sekarang malah menekan nomor papanya Filla berkali-kali.
Tak lama datang Pak Prasetyo, kekantor polisi ingin menjemput anak satu-satunya ini, yang makin hari menurutnya semakin membangkang, "Filla! Kenapa lagi sekarang, nggak cukup bikin Papa dateng kesekolah dengan tingkah kamu ini, dan sekarang lebih parah kamu bermasalah sama kantor polisi," bentak papanya dengan tegas.
"Aku nggak salah Papa, aku cuma nongkrong di kafe itu, dan ternyata tempat pengedar narkoba, ya aku nggak tahu lah Pa," Filla membela dirinya masih dengan acuh tak acuh, dia lebih suka memainkan kuku-kukunya daripada berbicara pada orang-orang dihadapannya saat ini.
"Jadi kamu pikir kamu nggak salah disini? Nggak ada orang yang nggak salah masuk kantor polisi," bentak papa masih dengan nada tingginya.
"Sabar dulu Pak, anak Bapak ini nongkrong disana, jadi dia dibawa buat tes apakah sebagai pemakai narkoba atau tidak, dan ternyata hasilnya negatif, tapi anak Bapak hampir meminum alkohol diusia yang muda begini, menurut pengakuan mereka, mereka baru mau coba minum, tapi keduluan di gerebek polisi, tapi walaupun anak Bapak belum mencoba barang-barang itu, anak Bapak harus terus di awasi nanti pergaulannya makin parah Pak," jelas pak Toni panjang lebar, sebenarnya ia tak bisa hanya menyalahkan Filla.
"Ya Pak, saya minta maaf karena anak saya sudah merepotkan Bapak, saya pamit dulu Pak," ucap papa yang mulai bisa menetralisir kemarahannya.
"Iya Pak tidak masalah karena memang tanggung jawab saya, baiklah Pak silahkan," ucap Pak Toni mengizinkan.
Papa langsung menarik Filla pulang dengan kasarnya, jarang sekali Papanya memperlakukan anak kesayangannya seperti itu, karena dia selalu saja memanjakan anaknya, tapi kali ini dia tidak bisa tinggal diam, karena menurutnya, Filla sudah melewati batas, Filla mencoba berontak tapi sia-sia saja karena lebih kuat tenaga papanya dari pada tenaganya.
Sesampainya dirumah Filla langsung diomeli oleh papanya sedangkan mama hanya diam saja karena dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap anak satu-satunya ini.
"Kamu mau jadi apa Filla? Kalau kelakuan kamu begini terus Papa nggak segan-segan kirim kamu ke asrama," ancam papa yang berhasil menarik perhatian Filla yang sedari tadi diam dan tak peduli dengan sekitar.
"Yaelah Pa, emang aku ngapain sih? Aku nggak minum kok alkoholnya, kenapa jadi sewot gitu?" Filla masih saja merasa bahwa dirinya benar disini. Bahkan ia tidak mencicipi alkohol itu, walau tadi hampir, tapi kan belum terjadi.
"Ya, nggak minum tapi hampirkan? Kalau polisi nggak datang disana pada waktu itu mungkin kamu udah minum minuman haram," papa dengan tegas membentak Filla, sekarang bukan dengan nada tinggi lagi, tapi dengan bentakan langsung.
"Yang pentingkan belum minum Pa, aduh Papa, ribet banget sih!" Filla masih saja mengaku dirinya tak bersalah, sekarang bukannya takut dengan bentakan papanya, ia malah pura-pura tidak tahu dengan mengikat tali sepatunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Emonee
Ini baru pas suka penulisan rapi
2021-02-07
1
Ika Sartika
keras kepala banget nih c filla...
2021-02-06
4
Dsmbr happier
Aku mampir ya Kak
Lanjut terus tetap semangat
2021-02-01
2