PLAKKKK, tangan papa untuk pertama kalinya mendarat di pipinya, tamparan yang melambangkan ketidak percayaan papa terhadapnya, benar-benar sakit, serasa hatinya hancur sekarang.
"Pa, Mama nggak suka Papa main tangan, kita udah janji nggak pakai tangan dalam menddidik anak!" ucap mama tegas mengingatkan papa.
Papa hanya diam menatap tangannya yang telah menyakiti putri satu-satunya. "Papa, udah nggak tahan Ma dengan kelakuan dia," ucap papa masih menatap tanganya yang menampar Filla tanpa ia sadari.
"Pa, Papa nampar Filla cuma buat Rasti, yang Papa percayai itu, Pa, Papa udah kenal Filla dari lahir, tapi Papa percaya sama orang yang baru beberapa menit lalu Papa lihat, oke Pa, Filla emang salah, Filla anak pembangkang, Filla emang balapan liar, semua salah Filla, dan sekarang Papa udah nggak peduli sama Filla, dengan tamparan Papa ini berarti Papa udah buang Filla dari keluarga ini dan Filla udah nggak ada hak tinggal disini," ucap Filla emosi sambil berjalan cepet keluar dari rumah.
Filla berlari meninggalkan kedua orang tuanya dengan naik taksi yang lewat didepan rumahnya, papanya berdiri mematung sedangkan mamanya mengejar Filla keluar rumah, meneriaki nama anaknya tapi Filla tak kembali sedikitpun, dia pergi tanpa menoleh lagi.
"Dek mau kemana?" tanya pak supir taxi yang Filla naiki, sejak beberapa menit lalu ia memilih diam, masih kecewa dengan tamparan yang melayang dipipi kanannya, ini pertama kalinya ia mendapatkan tamparan dalam hidupnya, tentunya Filla sangat terpukul dengan kejadian ini.
"Jalan aja Pak," ucap Filla sambil menangis, ia saja tidak tahu ingin pergi kemana, jika dulu ia tentunya akan menghampiri sahabat-sahabatnya dan curhat dengan mereka, tapi sekarang bahkan ia tak memiliki sahabat lagi.
"Baik Dek," ucap pak supir mengalah.
******
Setiap kisah yang kau lewati
sebenarnya sudah menjadi takdir
yang digariskan sejak lama.
~~
BRAKKK...!
Tiba-tiba Filla dikejutkan dengan taxi yang mengerem dadakan, karena kehilangan keseimbangan, Filla terbentur di kursi depan, mengakibatkan kepalanya yang mulus terdapat lebam. Terihat didepan sana motor yang mengakibatkan kecelakaan ini. Untungnya tidak ada yang terjadi, hanya luka ringan saja. Pria dengan langkah cepat membuka pintu supir taxi dengan paksa, "Pak, kalau nyetir hati-hati bisa?" bentaknya saat berhasil menyeret pak supir yang membawa Filla keluar dari mobil.
"Maaf Mas, saya tadi tidak melihat ada Mas didepan," ucap supir itu dengan takut.
Dari dalam mobil Filla yang masih kesakitan dengan luka lebamnya yang tepat berada ditengah-tengah keningnya melihat pak supir dimarahi oleh pria yang menciptakan luka yang ia elus sejak tadi.
Filla mencoba keluar untuk melihat apa yang terjadi, "Mas kok marah-marah ke supir taxi sih? Mas yang salah kok," bela Filla kerena kasihan melihat supir taxi yang takut karena kemarahan pria didepannya.
"Eh Mbak, kalian yang salah!" balas pria itu membentak Filla.
"Kok jadi nyolot sih? Gue cuma kasih tahu yang sebenernya, lihat. Lo yang tiba-tiba muncul dari gang sempit itu, ya jangan salahin supir taxinya dong kalau nggak siap sama kehadiran dadakan lo!" bentak Filla yang mulai kesal dengan sikap pria didepannya. Apalagi jika dilihat-lihat pria didepannya sepertinya seumuran dengan dirinya.
"Salah lo lah, yang nggak bilangin sama ni supir biar hati-hati," tambah pria itu masih kekeh kalau dirinya tidak bersalah.
"Hey, yang salah itu lo, lihat!" ucap Filla sambil menunjuk keningnya yang lebam. "Gara-gara lo jidat gue lebam kayak gini!" ucap Filla menatap sengit pria didepannya.
Pria itu tersenyum sebentar lalu melipat tangannya didepan dada. "Bagus deh kalau lo ada luka, jadi impas, motor gue lecet, jidat lo juga," ejek pria itu sambil berjalan meninggalkan Filla lalu menaiki motornya. "Iya, inget Pak, kalau nyetir hati-hati," ucapnya pedas lalu membawa motornya menjauh dari tempat kejadian.
Filla hanya bisa ternganga melihat kelakuan pria itu, "Kurang ajar banget sih!" ucapnya kesal sambil kembali masuk ke dalam taxi diikuti pak supir yang sedari tadi hanya diam mematung.
"Lanjut Dek?" tanya bapak itu takut-takut saat melihat Filla masih dengan tanduknya.
"Ya, iyalah masak mau disini, inget jangan pake nabrak lagi," ucap Fila mewanti-wanti. Siapa tahu saja supir taxi yang satu ini memang hobby nabrak.
"Baik Dek," jawab supir takut-takut.
Tiba-tiba ponsel yang sejak tadi ada digenggaman Filla bergetar dan mengeluarkan suara, Filla dengan malas melihat layar ponselnya, tapi nomor itu bukan nomor yang ia kenal. Sangat malas jika saat-saat seperti ini menerima panggilan dari orang yang tidak dikenal. Akhirnya dengan malas diangkatnya panggilan itu.
"Iya. Hallo," sapanya dengan nada yang sangat malas, siapa saja yang mendengarnya pasti sangat ingin segera mengakhiri panggilan ini.
"Apakah benar ini dengan Mbak Filla? Anak dari Pak Prasetyo dan Buk Rahmi?" tanya orang diseberang sana, yang sudah pasti Filla tidak kenal dengan suaranya.
"Iya, ini siapa?" Filla membenarkan posisi duduknya.
"Saya teman dari Pak Prasetyo, saya mau mengabarkan kalau orangtua nak Filla, mengalami kecelakaan dan meninggal dunia saat berada dirumah sakit," Bagai tersambar petir mendengar pernyataan tersebut, Filla menangkup mulutnya menahan tangis dengan air mata yang terus menetes tiada hentinya, hal yang paling dia takuti selama ini akhirnya terjadi, kehilangan kedua orangtua adalah hal paling beruk didunia, dia sekarang sebatang kara tanpa ada sanak keluarga satu pun didunia ini.
"Hallo, nak Filla anda tidak apa-apa?" tanya orang diseberang sana, terdengar jelas ia khawatir dengan keadaan gadis yang ia telpon saat ini.
"Hiks, hiks, hik ..., Paman nggak bercanda kan? Bilang sama saya kalau Paman bercanda," Filla benar-benar terpukul dengan kejadian ini, ia bahkan sudah tidak bisa berpikir bagaimana caranya menerima ini semua. "Mereka dimana sekarang?" tanya Filla akhirnya.
"Dirumah sakit Husada Jakarta Pusat, nak yang tabah ya ...," ucap orang diseberang sana yang hampir tak bisa Filla dengar karena tangisnya sendiri yang tak mau berhenti.
Filla bergegas meminta supir taxi membawanya menuju Rumah Sakit untuk melihat kedua orangtuanya, Filla merutuki dirinya sendiri yang kabur dari rumah, seandainya ia tetap dirumah tentunya kedua orangtuanya akan tetap memarahinya dirumah bukan mengalami kecelakaan seperti ini.
Sesampainya dirumah sakit Husada Filla langsung berlari menuju kamar mayat, dan benar disana ada jasad kedua orangtuanya, yang diam kaku tanpa suara yang begitu pucat, yang mungkin akan jadi kali terakhir dia bisa melihat kedua orangtuanya, Filla hanya bisa menangis sekarang menolak takdir yang telah tertulis untuknya, setelah lama menangis ada sebuah tangan yang merangkul bahunya dan menenangkannya, Filla tidak tahu siapa orang ini tapi dalam dekapannya Filla merasa lebih tenang.
"Sabar Nak, semua akan baik-baik saja setelah ini," ucapnya membawa Filla dalam pelukan dan menenangkannya.
"Tapi Paman, Filla sebatang kara, hiks ..., hiks ...," adu Filla, ia benar-benar ingin semua ini hanya mimpinya yang tergila, bukan kenyataan, ia hanya berharap satu, ia masih bisa melihat senyuman kedua orangtuanya hanya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
moon
kasihan udah salah paham.. orang tuanya belum tau kejelasannya huhu 😭
2021-04-26
1
Ika Sartika
kasian banget...udah jatuh tertimpa tangga pula... yang sabar ya filla 😢😢😢
2021-02-06
1
Fahrizal
ceritanya menarik thor
2021-02-03
1