Filla Dan Rangga (The Perfect Dream)
menitipkan penantian padamu terasa mudah, hanya saja membuatmu termiliki yang terasa sukar.
"Ngapain lo disini?" tanya Rangga saat melihat Filla duduk diruang tamu dengan baju kaos pink dan celana jins, terlihat rapi ditemani tas sandang senada dengan bajunya.
"Minta ditemenin ke toko sepatu," jawab Filla sekenanya tanpa menghiraukan ekspresi malas Rangga menatapnya.
"Gue nggak pernah bilang mau, lagian gue mau keluar," ucap Rangga kesal karena Filla tak pernah berhenti membuatnya merasa geram dengan kehadirannya, ia saja bingung hati Filla terbuat dari apa, siapapun yang diperlakukan begitu tak akan mau mendekat tapi Filla makin gencar mendekatinya.
Bunda tersenyum ke arah Filla, dan Filla tahu jika karena bunda, Rangga tidak akan menolak permintaannya, "Ngga, anterinlah, Filla kan nggak tahu toko bagus deket sini," ucap bunda sambil menepuk bahu Rangga lalu duduk disebelah Filla.
"Tapi Bun-," ucap Rangga terpotong dengan isyarat bunda yang menaruh telunjuknya didepan mulut. Sesederhana itu sebenarnya. Memang Rangga anak penurut. Rangga bernapas pasrah, "Nggak lebih dari sejam, kalau lewat sejam gue tinggalin," ucapnya sambil berlalu ke garasi.
Setelah pamit dengan bunda dan berterimakasih, Filla mengekori Rangga dan mereka pergi ke toko sepatu dimana Rangga juga pernah mengajaknya saat di ingatan sebelumnya, sama persis, tapi kali ini Filla tidak akan membeli sepatu sekolah tapi sepatu sneakers biasa, sebenarnya sepatunya dirumah sudah sangat banyak tapi egonya mengalahkan kenyataan, ia hanya ingin bersama Rangga walau sebentar.
"Kamu masuk juga," ucap Filla sambil menarik tangan Rangga.
Rangga menepisnya, "Nggak, gue cuma nganterin nggak sampai nemenin," ucap Rangga menekankan.
"Ayolah Ngga, kamu harus bantuin aku pilihin sepatunya, aku nggak bisa milih sendiri, entar nggak bisa minta saran," jelas Filla sekenanya.
Rangga bernapas pasrah dan akhirnya mengikuti tarikan Filla untuk masuk kedalam toko.
Filla sibuk memilih sepatu yang ia mau, "Ngga, yang mana?" tanya Filla sambil menunjukkan dua sepatu ditangannya.
"Terserah," jawab Rangga malas.
Filla mempautkan bibirnya, "Ayolah Ngga, kata kamu mau cepet, ayo kasih saran, yang kanan aku suka warnanya dan yang kiri aku suka modelnya, aku nggak mungkin beli kedua-duanya," ucap Filla menjelaskan.
Filla teringat sesuatu, pertanyaannya sama persis seperti dulu, tak ada yang berubah padahal ia tidak menyusunnya.
"Yang ini," Rangga menunjuk sepatu yang ada ditangan kiri Filla.
Filla menimbang, "Kayaknya aku ambil yang ini," ucap Filla sambil menunjukkan sepatu ditangan kanannya.
Rangga membulatkan mata melihat tingkah Filla, "Kenapa minta saran gue dodol?" tanya Rangga sebal sambil menjitak kepala Filla.
Filla terdiam, semuanya sama tapi ingatan itu hanya ada padanya, hanya ia yang akan menyadarinya sendiri.
"Dan aku akan jawab, ya iyalah Ngga, gue akan beli sesuatu yang nggak lo pilih karena yang lo pilih jelek," ucap Filla sambil mengingat.
Rangga mengerutkan keningnya, "Maksud lo?" tanya Rangga heran.
"Nggak, ayo aku udah selesai," jawab Filla lalu berjalan menuju kasir meninggalkan Rangga yang terdiam tak mengerti maksud ucapan Filla.
******
Filla menyusuri koridor kampus yang cukup ramai, ia sesekali melihat arloji yang melingkar dipergelangan tangannya, pagi tadi ia menemukan surat yang tergelatak didalam lokernya, surat itu berisi ajakan pertemuan ditaman belakang kampus tepat jam 14.00.
Filla hanya penasaran dan mencoba untuk menemui orang yang mengirim surat itu padanya walau ia tidak tahu jelas siapa yang mengirimnya.
Filla melihat taman belakang kampus yang tidak cukup ramai, karena tempat ini sangat jarang didatangi mahasiswa, biasanya mahasiswa lebih memilih nongkrong di taman depan kampus, sedangkan ditaman satu ini biasanya diisi mahasiswa yang suka kesunyian, dan suka belajar, jadi jelas saja sangat sepi.
Filla melihat sekeliling mencari seseorang yang mengirimkannya surat, tapi tak ada tanda-tanda orang yang sedang menunggunya, sampai ia melihat seorang pria di balik pohon besar, ia kenal jelas postur tubuh pria itu walau hanya dari belakang, pria itu Rangga, yang mengenakan hoodie biru muda dipadu jins hitam.
Seulas senyum merekah diwajah Filla, "Jangan-jangan Rangga yang ngirim surat," tebak Filla sambil tersenyum, ia mempercepat langkahnya sampai ia menyadari Rangga tak sendiri disana, Rangga berbincang dengan seorang perempuan yang Filla yakini pasti perempuan itu adalah Rasti. Sesaaat ia hanya mematung melihat Rangga yang begitu lepas tertawa bersama Rasti, tawa yang bahkan dulu ataupun sekarang tak pernah Filla lihat jika Rangga bersamanya.
Hatinya sakit melihat kenyataan itu, seorang Rasti berhasil membuat Filla terpuruk. Filla masih diam ditempatnya, ia berada cukup dekat dengan Rangga dan Rasti hanya tinggal beberapa langkah, Filla tahu Rasti menyadari kehadirannya, tapi ia masih memilih berdiri dibelakang Rangga, ia seperti tertahan disana tak mampu bergerak pergi.
Sampai satu adegan yang sangat menohok bagi Filla, semuanya tiba-tiba Filla tak mampu bergerak, matanya terfokus pada kejadian 4 detik lalu sebelum Rangga dengan cepat mendorong Rasti yang mencium tepat dibibirnya, mereka berciuman. Filla tak bisa berkata apa-apa, air matanya satu persatu berjatuhan, entah apa yang ia rasakan, hanya kosong yang mendominasi, napasnya tercekat melihat kejadian itu.
Rasti tersenyum pada Filla membuat Rangga mengikuti pandangannya, Rangga begitu terkejut saat melihat Filla berada dibelakangnya sambil menangis.
"Gue duluan ya," ucap Rasti sambil tertawa meninggalkan Rangga dan Filla yang terdiam, bergelut dengan pikirannya masing-masing.
Filla menatap Rangga dengan mata yang menggambarkan penuh luka, bahkan Rangga belum pernah melihat Filla menangis didepannya, sejauh apapun ia memperlakukan Filla, Filla hanya akan datang dengan senyuman tulusnya.
"Yang lo liat, nggak seperti apa yang lo kira," ucap Rangga pelan.
Filla menghapus airmatanya, menetralkan sesak dalam dadanya, ia mengalihkan pandangannya dari Rangga dan memilih menunduk, "Kamu nggak perlu jelasin apa-apa," ucapnya tercekat terdengar jelas ia menahan tangisnya.
Rangga mendekat, tapi Filla memundurkan langkahnya.
Filla memberanikan diri menatap tepat dimanik mata Ranga, "Aku yang bodoh, kamu nggak salah, aku ... aku yang bodoh," ucap Filla sangat pelan, mengiris hati siapapun yang mendengarnya. "Aku, berharap lebih pada semua yang nggak akan terjadi, aku nggak bisa pindah dari ingatan gila yang hanya milikku, milikku, dan nggak akan pernah ada padamu," Filla benar-benar tak bisa lagi menahan tangisnya, dadanya sesak, sangat sesak.
Rangga terdiam melihat Filla yang begitu rapuh, ia mencoba meraih tangan Filla, tapi Filla tetap memundurkan langkahnya menjauh.
"Aku selasai Ngga, cukup aku bodoh sama semua hal gila ini, udah cukup aku bertahan, udah cukup aku kayak wanita murahan yang hanya berharap kamu bisa baik seperti dulu, aku salah, itu semua mimpiku bukan kenyataan yang harus sama seperti yang aku harap, makasih udah menyadarkan aku kalau aku memang harus berhenti, aku nyerah," ucap Filla lalu berlari kencang meninggalkan Rangga yang hanya bisa mematung melihat Filla yang mulai hilang karena terlalu jauh, entah apa yang ia rasakan saat ini, ia hanya bisa diam mencerna semua ucapan Filla yang benar-benar menusuk hatinya.
******
Semua ini bermula dari.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Eka Suryati
masih memulai
2023-08-26
0
Tessa Wed Wed
Assalamualaikum kak , buat Rangga menyesal karna orang yang tulus mencintai nya
2022-06-04
0
Violet Agfa
bab awaL kok aku udah nangiiss yaaah
2022-04-23
0