Sepasang mata hazel masih saja menatap Filla dengan tatapan mematikannya, Filla membalas tatapan itu tidak kalah tajamnya, mereka saling menatap sehingga Bagas yang melihat gelagat mereka mulai merasa bingung.
"Kakak berdua kenapa tatap-tatapan sih?" ucap Bagas salah satu anak panti asuhan yang diurus bunda, dirumah ini terdapat 10 orang anak panti asuhan, 4 diantaranya perempuan dan 6 orang lainnya adalah anak laki-laki, umur mereka berkisar 4-15 tahunan. Sedangkan anak bunda sendiri ada dua yaitu Aza dan Rangga. Tapi sayang bunda tak ada bedanya, semua dianggap anak kandungnya.
"Apaan sih Gas, nggak lucu, kecil-kecil sok tahu," jawab Rangga menatap kesal kearah anak berusia 7 tahun bernama Bagas.
Bagas hanya diam takut dengan Rangga.
"Bener kata kak Bagas, Ara lihat kakak lihat kakak cantik kok marah gitu, nggak boleh kak, kata Bunda kita nggak boleh marah-marah. Iya kan Bunda?" tanya Ara gadis 6 tahun yang ikutan menyudutkan Rangga meminta persetujuan.
"Iya, denger itu Rangga, nggak boleh marah-marah apalagi dendam, kan kamarnya Rangga udah pindah kekamar Aza, jadi nggak apa-apa dong jadi kamar Filla," ucap bunda menengahi.
Rangga melahap cepat makanannya, "Terpaksa Bunda," ucapnya dengan mulut penuh membuat semua adik-adik panti tertawa melihatnya.
"Filla makan yang banyak ya, jangan malu-malu," ucap bunda sambil menepuk bahu Filla pelan.
Filla mengangguk tak lupa tersenyum.
"Jadi nama kakak ini kak Filla Bun?" tanya gadis kecil dengan lesung pipi dipipi kanannya.
"Oiya, Bunda belum kenalin ke kalian ya?" Bunda menepuk jidatnya sendiri. "Oke, Bunda kenalin satu-satu. Ini namanya kak Filla," Bunda memegang bahu Filla dengan kedua tangannya.
"Nah, kak Filla, ini adek-adek panti, itu yang gendut diujung namanya Rico. Yang imut berlesung pipi namanya Tiara, nah yang kecil namanya Ara. Yang disebelah Ara namanya Fida. Disebelahnya lagi ada Tita yang paling bontot." Bunda Tersenyum sebentas sambil menatap pria disebelah Rangga.
"Nah kalau yang disebelah Rangga itu namanya Rafi, dia pinter matematika lo," puji bunda membuat Rafi hanya tersenyum simpul. "Nah kalau yang disebelah Rafi ada Anton anak jagon Bunda ini mah."
Mendengar bunda memuji Anton, Rangga malah mengangkat bahunya tanda tak perduli, Filla hanya bisa heran kenapa seorang Rangga begitu kesal dengan Anton, padahal adik kecil ini terlihat imut dan menggemaskan.
"Nah Filla, yang itu Dodit umurnya baru 9 tahun, dia jago bikin puisi lo," Bunda lagi-lagi memuji anak-anaknya, Filla sangat suka keperibadian bunda yang humoris dan penyayang mengingatkannya pada mama. "Nah yang paling ujung itu Robi. Anak cowok Bunda yang paling ngegemesin," ucap bunda sambil mencubit-cubit udara membayangkan mencubit pipi gembul Robi yang berumur 14 tahun.
"Giliran aku pasti pengen cubit," keluh Robi yang membuat bunda tak berhenti ketawa. "Memang segembul itu ya Bun?" tanyanya sambil mencubit pipinya sendiri.
"Tentu dong. Aduh Bunda jadi pengen cubitin deh," canda bunda gemas.
"Ih, Bunda selalu gitu deh, Aza pasti selalu ketinggalan," Rengek Aza adik Rangga yang berumur 6 tahun, sejak tadi memang ia sering diam jadi hampir tak diingat.
"Oiya ya, Bunda lupa. Nah Filla kalau yang paling nakal, itu namanya Aza, sama kok kayak kelakuan Abangnya tuh si Rangga," ucap bunda sambil melirik Rangga yang memilih tak perduli. "Bang, Bunda nyindir Abang lo," seru bunda membuat Filla tersenyum.
"Iya aku tahu," jawab Rangga masih dengan nada tak perduli membuat bunda mendesis sebal.
"Aku nggak nakal ya Bunda," sambung Aza yang tadi terdiam karena perdebatan bunda dan abangnya.
Bunda tersenyum menatap Aza yang sebal, "Iya deh, anak Bunda semuanya nggak ada yang nakal," ucap bunda akhirnya membuat semua adik-adik tersenyum bangga.
"Filla kamu mulai sekolah lusa ya, kalau lebih lama lagi masuk sekolahnya bisa-bisa kamu ketinggalan terus pelajaran tambahan untuk ujiannya," ucap paman Toni, setelah sejak tadi hanya tertawa mendengar celotehan adik-adik.
"Dimana Paman?" tanya Filla.
"Nanti lusa, kamu bareng aja berangkatnya sama Rangga, kalian satu sekolah," ucap paman Toni yang membuat Filla dan Rangga mengangkat wajah menatapnya.
Rangga menaruh alat makannya, "Ayah, Rangga nggak mau berangkat sama cewek resek ini," ucapnya dengan nada yang begitu tidak mengenakkan.
"Kenapa lagi kamu Rangga? Filla kan nggak tahu jalan, ya harus bareng kamulah kalau nggak mau dianya kesasar," ucap bunda menengahi.
"Tapikan jaman udah ada GPS, masak masih kesasar sih, dasar dia aja yang manja," ucap Rangga dengan nada yang sengaja dia tekan sambil menatap Filla.
"Ye, lonya aja yang banci, nggak ada jiwa laki-lakinya sama sekali masak cewek dibiarin kesasar cuma gara-gara ada jaman GPS," ejek Filla membuat bunda tersenyun termasuk paman Toni.
"Apa lo bilang? Banci? Nggak salah dengerkan gue?" tanya Rangga tak percaya.
"No replay," ucap Filla sambil mengibaskan tangannya diudara.
"Udah, Ayah nggak mau tahu, Filla harus sampai sekolah dengan selamat dan balik lagi ke rumah dengan selamat juga, semua tanggung jawab Rangga," ucap ayah tegas tanpa boleh dibantah.
"Bunda setuju," ucap bunda mengakhiri.
Sedangkan Rangga hanya bernapas pasrah dan disisi lain Filla hanya bisa tersenyum dengan tingkah Rangga yang sangat ingin menolak tapi tidak mampu melawan ketegasan ayahnya.
******
Dibalik sikap dingin dan menyebalkannya kamu,
aku melihat ada sebuah ketulusan.
~~
Malam terasa panas menurut Filla, jarum jam masih menunjukan angka 2 dini hari, ia sangat merasa kehausan padahal sekarang mereka ada di Bandung yang cuacanya sedikit lebih rendah dibanding Jakarta tapi tetap saja sama walau sudah pakai AC, Filla berjalan menyusuri tangga menuju dapur, mungkin meneguk sedikit air akan membuatnya sedikit lega dari rasa panas.
Dilihatnya sekeliling, tak ada siapapun sekarang, tentu saja semua orang sedang bermimpi indah dikamarnya masing-masing, Filla segera menuju dapur setelah dirasa terlalu sepi sekarang.
Cklik...
Filla mendengar suara kulkas yang dibuka, entahlah sekarang terasa sepi, siapa malam seperti ini yang kedapur selain dirinya? Tanpa rasa takut Filla mempercepat langkah kakinya. Saat sampai didepan pintu penghubung dapur ia diam menetralkan detak jantungnya yang mulai tak karuan. Dilihatnya lagi kebelakang apa ada seseorang lagi selain dirinya. Tapi nihil semua masih gelap termasuk dapur, dinyalakannya lampu dapur, sekarang terlihat terang dan tak lagi menakutkan.
Filla melihat kearah kulkas yang pintunya sedang terbuka, ia tak bisa melihat orang yang ada didepan kulkas karena terhalang pintunya, tapi ia ketahui disana anak kecil karena tak terlihat sama sekali kepalanya. Filla mendekat, benar dugaannya saat ia melihat anak kecil yang sibuk memakan semua makanan didalam kulkas.
"Dek, lagi ngapain?" tanya Filla menepuk bahu adik itu. Ia baru ingat, itu Anton salah satu adik panti dirumah bunda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Ika Sartika
ada yg saur...🤭🤭🤭
2021-02-06
1
Bagus Effendik
aku mampir lagi kak bawa bunga 19 😀🤭
2021-02-01
1
Laras Sandra
lanjut..
2021-01-19
1