"Cukup Filla, Ola nakal juga pasti karena kamu, stop minta mereka ikut lagi dalam masalah kamu," ucap Ayah Ola menatap Filla sengit.
Filla diam masih menatap kedua sahabatnya yang enggan menatapnya.
"Sudah, Ibu sudah mencari informasi terpercaya dan ternyata semua yang kamu omongin itu salah, semuanya mengada-ada, cukup Filla kamu dengan kebangkangan kamu jangan bawa-bawa temen kamu lagi," ucap bu Rita pedas.
Sesaat setelahnya Rasti detang dengan wajah yang bisa dibilang wajah sedih terburuk didunia menurut Filla.
"Hei Ras maksud lo apa? Malsuin semua kenyataan ini?" tanya Filla langsung saat melihat Rasti.
Rasti diam, menatap Filla dengan tatapan sayu yang terlihat jelas ia buat-buat, "Maaf Fill, aku nggak ada maksud apa-apa," ucapnya pelan membuat Filla menatapnya heran. Seolah didepannya bukan Rasti yang ia kenal.
Filla tersenyum sambil melipat tangannya didepan dada, "Ini beneran lo? Nenek lampir yang gue kenal?" tanya Filla menatap Rasti tepat dimanik matanya, terlihat jelas menurut Filla bahwa Rasti disini menjebaknya, dan dia tidak bisa hanya diam saja.
"Cukup Filla, sekarang kalian baikan, Ibuk nggak mau cuma gara-gara masalah kecil kalian, dua sekolah yang berhubungan baik akan pecah," Bu Rita mendekat dan menarik Filla dan Rasti mendekat, membuat mereka bersalaman paksa.
"Buk, Ibuk harus tahu, aku nggak salah disini. Dia fitnah aku!" balas Filla meminta dukungan bu Rita.
"Sudah Fill, percuma, semua kebusukan kamu sudah diketahui Bu Rita, jadi cukup sandiwaranya," ucap Adit tiba-tiba, saat masuk keruang rapat.
Filla benar-benar tak percaya dengan semua ini, bahkan Adit yang mengaku cinta kepadanya juga memfitnahnya seperti ini, Filla ingin menyudahi semua ini.
"Filla, disini terlihat jelas kamu yang menjadi akar semua masalah, minta maaf agar semua masalah selesai," ucap bu Rita tegas, membuat Filla menoleh tak percaya dengan permintaan bu Rita.
Filla menatap Bu Rita tak percaya, "Minta maaf? Ibuk nggak salah? Aku nggak salah, kenapa harus minta maaf?" tanya Filla hampir menangis. "Nov, jelasin, lo ada di tempat itu sama Ola, kenapa kalian hanya diam?" Filla menatap Ola dan Novi yang juga tak bergeming.
"Filla minta maaf sekarang," bentak bu Rita.
Filla menangkup wajahnya dengan tangan, sekarang ia frustrasi, bahkan sahabatnya yang sangat ia percaya selama ini memihak Rasti, entah apa yang merasuki Novi yang super tegas dan Ola yang keras kepala, "Oke," ucap Filla lalu mendekat kearah Rasti, "Gue minta maaf," ucap Filla hampir menangis, ia bukan menangis karena meminta maaf kepada Rasti, tapi ia tak terima jika sahabat-sahabatnya bahkan tega melakukan ini padanya, tega melimpahkan semuanya pada dirinya, itu yang ia tangisi sekarang.
"Ya gue maafin Fill," Sambil tersenyum licik Rasti berbisik ditelinga Filla. "Makanya jangan main-main sama Rasti, sekarang lo bukan apa-apa," ucapnya dengan tawa jahat, tanpa semua orang ketahui. Hanya Filla yang mendengar kebusukan Rasti sekarang, tapi percuma mempermasalahkannya, karena disini si plaku adalah Filla dan Rasti adalah korban. Hal itu tidak akan berubah.
"Fill...!" teriak Ola tiba-tiba saat mendengar Filla meminta maaf pada Rasti. "Kenapa lo minta maaf? Filla liat gue," teriak Ola yang tidak diperdulikan Filla. "Fill, untuk apa lo minta maaf sama orang sebusuk Rasti?" ucap Ola melemah saat Filla menatapnya.
"Apa bedanya lo sama Rasti? Gue muak lihat kalian semua," Filla menatap semua orang didalam ruangan ini dengan tatapan benci, lalu berlari meninggalkan mereka yang berteriak memanggilnya.
Filla berlari meninggalkan semua orang yang sangat ia sayangi disini, siapa lagi kalau bukan sahabat-sahabatnya yang sangat ia sayangi dan dia bela bahkan dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Tapi apa yang didapat? Mereka memilih diam daripada membelanya. Filla bukan benci hanya saja kecewa dengan ini semua.
******
Sejauh apapun kau pergi, jangan pernah lupakan jejak yang pernah kau tinggali.
~~
Akhirnya Filla sampai dirumah, keadaan sekarang benar-benar mencengkam, bahkan sejak ia kecil, seberat apapun kesalahan yang ia lakukan ia belum pernah menemui muka murka papa yang menungguinya diruang tamu saat ia masuk kedalam rumah.
Papa yang ditemani mama duduk, menatap tajam kearah dirinya. Benar-benar situasi yang menyayat. Sekarang apalagi? Pikir Filla, apa akan ada kekecewaan yang berlanjut sekarang.
"Pa, Ma ini kenapa?" tanyanya saat sampai dihadapan kedua orangtuanya.
"Masih nanya kamu? Bikin malu, sekarang masih nanya?" bentak papa yang berdiri menahan amarah.
Mama bangkit dan menahan papa, menggosok punggungnya berusaha mengurangi emosi papa, "Pa, sabar, hadapi semua dengan kepala dingin," ucap mama menengahi walau ia juga kesal dengan Filla setelah cerita papa sepulang kerumah tadi.
"Anak nggak tahu diuntung, dibesarin dengan fasilitas yang lebih dari cukup membuat dia menjadi anak yang tidak tahu aturan, dia tauran disekolah, dan lagi masih balapan liar saat kita hukum, nilai ulangan merah semua, ngelawan guru dengan berbagai alasan, Papa udah nggak tahu harus gimana ngedidik Filla ini Ma," ucap papa melemah lalu duduk dikursi.
"Pa aku nggak ngelawan, aku cuma jelasin sama Ibu Rita apa yang sebenarnya terjadi Pa ...," jelas Filla menatap papa dan mamanya yang kelewat emosi karenanya.
"Jelasin apa? Jelasin bahwa kamu benar-benar tauran gara-gara cowok? Jelasin bahwa kamu memang pembalap liar? Jelasin bahwa kamu anak pembangkang? Iya ha?" tanya papa emosi.
"Pa-," ucap Filla terpotong kerena papanya.
"Udah Papa udah nggak tahu lagi mau apain kamu sekarang," ucap papa melemah.
"Pa, Papa nggak percaya sama Filla?" tanya Filla tak percaya bahwa papa yang selama ini ia tahu sangat menyayangi dirinya, orang yang mengenalnya lebih baik dari orang lain, tapi sekarang tidak mempercayainya.
"Cukup Papa pecaya sama kamu selama ini, dan kamu hancurin kepercayaan Papa Filla. Kamu permaluin Papa didepan semua orang. Papa nggak habis pikir bisa punya anak kayak kamu!" ucap papa yang berhasil membuat Filla mengangkat kepala dan menatap tak percaya pada papanya.
Mama juga menatap tak percaya pada papa.
"Pa, maksud Papa ngomong kayak gitu apa? Mama tahu Papa marah, tapi jangan pernah bicara seperti itu," bentak mama.
"Pa masalah tauran bukan aku yang mulai Pa, dan balapan liar aku lakuin cuma buat ngebebasin sahabat-sahabat aku Pa, semuanya bohong Pa aku nggak kayak gitu," ucap Filla sambil menangis. papanya bahkan menyesal memiliki anak sepertinya.
"Udah masuk kamar, sebelum Papa kunciin dari luar, Papa udah nggak percaya semua kata-kata kamu!" Papa menunjuk lantai atas, menunjuk kamar Filla, agar Filla menuruti ucapannya.
"Pa, Papa tahu apa yang paling nyakitin didunia ini? Ya ini Pa, ngeliat orang yang kita sayang nggak percaya sama kita, oke Filla anak pembangkang, tapi itu semua karena kalian nggak ada saat masa Filla butuh kalian. Dan kalian tahu, kalian orangtua Filla, kalian pasti tahu kalau Filla jujur apa nggak. Atau kalian bukan orang tua Filla?" tanya Filla sambil menangis membayangkan jika benar ia bukan anak papa dan mamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Ika Sartika
next
2021-02-06
1
Bagus Effendik
sukses selalu
2021-01-31
1
@✿€𝙈ᴀᴋ hiat dulu⦅🏚€ᵐᵃᵏ⦆🎯™
like7
2021-01-30
1