Filla mengangguk setuju, karena memang sekarang hanya ada dirinya dan Rangga, tidak ada seorangpun disini, "Terus kenapa ajak gue kesini?" tanya Filla akhirnya.
Rangga berteriak, "GUE BENCI CEWEK GENIT!" teriaknya kencang sampai terdengar lapangan ini bergema karena pantulan dinding.
Filla tertawa melihat betapa kekanakannya Rangga. "Ngapain sih?" tanya Filla.
"Teriak, lo coba deh, pasti rasanya lega," ajak Rangga membuat Filla mengeleng. "Coba dulu," Paksa Rangga yang mulai berteriak lagi. "GUE BENCI CEWEK SOK MANIS!" teriaknya lalu tertawa.
"DAN GUE BENCI COWOK KASAR!" teriak Filla membuat Rangga tersenyum. "GUE BENCI ALEXS, COWOK SOK KECAKEPAN," lanjutnya. "GUE BENCI, GUE BUNUH LO LEXS," ucap Filla.
"Eh, buset, jangan sampai bunuh juga dong, ngeri jadinya," ledek Rangga sambil menyenggol lengan Filla yang menunduk diam. "Lo nangis?" tanya Rangga ketika menyadari bahu Filla yang sudah naik turun.
Filla mengangkat wajahnya, "Gue benci diri gue sendiri Ngga," ucapnya sambil menangis.
Rangga mengerutkan keningnya, "Kenapa lo benci sama diri lo sendiri?" tanya Rangga.
Filla membaringkan tubuhnya ditengah lapangan bola membuat Rangga mengikuti tingkahnya, sekarang mereka berdua terbaring menatap langit yang penuh bintang, "Gue sama kayak dia dulu Ngga, sombong, sok hebat, ngelakuin semuanya pake uang, makanya pas gue liat dia gue inget sama diri gue sendiri dan gue benci hal itu," curhat Filla.
Rangga menoleh kearah Filla sebentar, "Lo pernah nampar orang pake duit?" tanya Rangga penasaran.
"Dulu gue punya 3 sahabat deket Ngga, kita sahabatan udah lama banget, mereka ada saat gue sedih, saat gue ditinggal Mama sama Papa karena kesibukannya, dan kita orang paling populer disekolah, kayak lo sekarang, kita punya apapun yang kita mau, mulai dari duit, kecantikan, barang-barang mahal bahkan mobil mewah." Filla diam sebentar mengingat luka yang pernah sahabat-sahabatnya beri.
"Mereka semua memuja gue sama sahabat-sahabat gue. Dan waktu itu gue inget banget salah satu temen gue Novi, dia persis ngelakuin yang kayak dilakuin Alexs tadi ke gue, makanya gue inget banget," ucap Filla sambil menatap langit.
"Tapi bukan lo yang negakuin kan? Kenapa lo yang merasa bersalah?" tanya Rangga.
"Gue kan juga bagian dari mereka Ngga, senggaknya gue juga ikut campur," jelas Filla sambil menatap sebal Rangga.
"Oke, oke, sekarang mereka kemana? Maksud gue setelah lo pindah ke Bandung dan ngerampas kamar gue, mereka masih jadi sahabat lo kan?" tanya Rangga penasaran karena sejak Filla datang ke Bandung tak ada satu temanpun yang menjenguk.
Filla meneteskan airmatanya sedih mengingat sahabat-sahabatnya yang telah menghianati dirinya, walau Filla sudah merasa bahwa mereka semua adalah bagian dari diri Filla.
"Eh, kenapa lagi nangis? Cewek nggak nangis nggak bisa ya?" tanya Rangga kesal. "Cengeng banget," celetuknya.
Filla menghapus airmatanya, lalu menampar bahu Rangga.“"Resek, Gue kan keinget mereka Ngga, gue nggak nyangka mereka ninggalin gue gitu aja karena takut ikut campur dan terancam dikeluarin dari sekolah," jelas Filla kembali duduk.
"Maksud lo? Lo terancam keluar dari sekolah?" tanya Rangga tak habis fikir Filla bisa seberutal itu, cewek dikeluarin dari sekolah memang benar-benar diluar logika.
"Iya, tapi gue difitnah," ucap Filla sambil menampar tangan Rangga keras.
"Apaan sih? Nampar-nampar," celetuk Rangga sambil kembali duduk dan mengosok tangannya yang ditampar Filla. "Ya difitnah kenapa?" tanya Rangga mulai kesal Filla menggantung-gantung cerita.
Filla menceritakan semua pada Rangga, mulai penghianatan dari sahabat-sahabatnya sampai pertengkarannya dengan papa dan mama yang berakibat fatal seperti ini. Filla menangkupkan wajahnya dikedua lututnya.
"Udah, lo harus kuat, lo kan mau nebus semua kesalahan lo sama orangtua lo. Jadi lo harus hadapin apapun itu," ucap Rangga sambil mengelus punggung Filla.
Filla mengangkat wajahnya dan tersenyum, "Tumben, bijak," ledek Filla sambil tertawa.
Rangga ikutan tertawa, "Harus dong, mendingan bijak daripada lo harus bersender dibahu gue dengan muka penuh ingusan," celetuk Rangga.
"Apaan sih? Siapa juga yang mau senderan dibahu lo, nggak enak tulang semua," celetuk Filla.
"Ye, dianya sendiri kayak papan," ucap Rangga yang meraih timpukan sepatu dari Filla.
******
Hujan menerpa malam mengumpulkan hawa dingin
Disana ada kamu, bayi kecil mungil yang menjadi bagian kisahku.
~~
Hujan begitu deras menyebabkan bunyi yang sangat nyaring diatap rumah, Filla menarik selimut melekat ketubuhnya, ia masih duduk, sekarang sudah tengah malam tentunya suasana sangat sepi, tak ada orang yang masih terjaga sepertinya. Entah kenapa ia tak bisa tidur sejak tadi, mungkin karena terlalu banyak mengerjakan PR tadi sehingga membuat matanya tak lagi mau terpejam. Memang sekarang Filla sedang disibukkan dengan PR bagaimana tidak, ia ketinggalan banyak sekali pelajaran karena masalah Rasti dan teman-temannya.
Filla akhirnya mencoba membaringkan tubuhnya, siapa tahu ia bisa saja terlelap tanpa sengaja.
Oeekkkk ...
Filla tersentak saat dirinya mendengar suara bayi tengah malam seperti ini, yang membuatnya heran disekitar panti tak ada yang baru saja melahirkan atau memiliki bayi. Apalagi dipanti hanya ada Tita yang masih empat tahun, ia yang paling kecil, tidak ada bayi lagi.
"Suara bayi, tengah malem. Jangan-jangan setan," tebak Filla parno sendiri. "Hi, masak sih?" tanya sendiri pada dirinya.
Oeekkkkk ... Oeekk ... Oeekk ...
"Sekarang suaranya malah tambah kenceng," Filla jadi gereget sendiri, disingkirkannya selimut yang menutupi tubuhnya dan beranjak ingin mencari asal suara. Filla berjalan menuruni anak tangga menuju lantai bawah dan bergerak menuju ruang tamu. "Duh, sepi lagi," ucapnya sambil mengosok kedua lengannya yang terasa dingin.
Berjalan Filla sampai didepan pintu, "Buka nggak ya? Duh parno sendiri nih," ucapnya dengan takut. Ia melihat sekeliling tak ada yang terlihat, mungkin hanya dirinya yang mendengar tangisan bayi ditengah malem gini.
Ooeeekk ...
Suara bayi itu semakin dekat, Filla jadi yakin bayi itu ada didekat panti. Dibukanya pintu, hujan sangat deras sekarang bahkan percikan air mengenai kakinya. Dilihatnya sekeliling yang sepi, tak ada orang ataupun bayi yang sedang digendong. Filla memberanikan diri maju keluar sampai kakinya terhalang sesuatu.
"Astaga ...!" ucapnya sambil menutup mulut ketika ia lihat ada keranjang yang terdapat seorang bayi didalamnya, bayi mungil yang meringkuk karena kedinginan. Bayi itu basah karena percikan air. Filla benar-benar syok dengan situasi ini. Diangkatnya bayi itu dan digendongnya dengan hati-hati, bagaimanapun ini kali pertamanya ia menggendong bayi. Dibawanya masuk kedalam rumah. "Bunda ...! Ayah ...!" teriaknya kencang berulang kali membuat ayah dan bunda dengan cepat menuruni tangga.
"Ada apa Filla?" tanya bunda dengan nada khawatir.
"Bunda, ada bayi," ucap Filla sambil menunjukkan bayi yang digendongnya dengan takut-takut.
"Ya ampun Fill, ini anak siapa?" tanya ayah dengan sigap menghampiri Filla dan bayi yang sudah basah kuyup.
"Filla nggak tahu Yah, dia udah ada di teras pas Filla buka pintu," jelas Filla sambil menunjukan teras dan keranjang yang berada diluar.
"Ya Allah, siapa yang tega gini sama bayi?" Bunda menggendong bayi itu dengan sayang dan mengelus kepalanya, bayi itu sangat tenang dalam gendongan bunda. Mungkin ia merasakan kasih sayang bunda.
“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
kathy °𝐍𝐍᭄ ♛⃟⃝𓆊
done kak 💗
2021-04-16
1
Ika Sartika
tega banget yang buang bayinya..😢😢😢😢
2021-02-06
1
Bagus Effendik
hadir
2021-02-01
1