Filla memilih seragam sekolahnya, setelah memilih dan mengenakannya akhirnya dia menemukan seragam yang pas ditubuhnya, untung Filla masih memiliki kartu ATM miliknya yang masih memiliki bebarapa juta uang didalamnya, jika saja dulu ia tidak menghamburkan uangnya sia-sia, mungkin akan lebih banyak uang untuknya bertahan hidup, tapi setidaknya beberapa juta uang dikartu kreditnya masih bisa dipakai untuk beberapa bulan kedepan, karena tidak mungkin ia meminta uang kepada paman Toni yang bahkan sudah sangat baik padanya.
Filla menghampiri Rangga dan menepuk bahunya, "Udah Ngga," ucapnya.
"Lama banget sih, udah hampir 15 menit nih gue nunggu," ucap Rangga yang sedari tadi sibuk membaca majalah yang tersedia diruang tunggu.
"Ya sabar kali Ngga, kan gue harus milih ukuran dulu, terus nyoba kan butuh waktu," jawab Filla membela diri.
"Pilih aja baju yang ukuran paling kecil lo juga kan kerempeng buat apa harus susah-susah milih ukuran, dari pada gue berantem sama lo disini, gak guna juga, mendingan temenin gue ketoko sepatu yuk," ajak Rangga tanpa meminta persetujuan.
Filla menarik tangannya yang berhasil ditarik Rangga dengan paksa, "Apaan lagi coba? Kan udah, kita cuma punya rencana beli seragam kenapa malah mau beli sepatu lagi sekarang, aduh nyusahin tahu nggak?" ucap Filla memasang wajah kesal.
"Yaudah kalau nggak mau nemenin, palingan lo, gue tinggal aja, kesasar-kesasar deh nggak peduli," ucap Rangga sambil berjalan meninggalkan Filla.
Filla menarik tangan Rangga, "Yaelah Ngga, ambekan banget, gue cuma bercanda kok, yaudah yuk ketoko sepatu, lagian gue juga mau beli sepatu, gue lupa nggak ada sepatu buat sekolah," ucap Filla sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan nyengir lebar.
"Rangga tersenyum penuh arti, “Bilang aja takut kesasar," celetuknya lalu berjalan meninggalkan Filla yang dengan cepat mengejarnya.
******
Mereka masuk kedalam toko sepatu dan memilih sepatu yang paling bagus disana. Rangga sibuk dengan sepatu futsalnya dan Filla dengan sepatu sekolahnya.
"Menurut lo yang mana yang paling bagus diantara kedua ini? Gue suka dua-duanya dan nggak mungkin beli dua-duanya kan? Yang kanan gue suka gayanya dan yang kiri gue suka warnanya yang nggak terlalu gelap. Jadi bagusan yang mana?" tanya Filla sambil menunjukkan dua sepatu yang ia sedang pegang.
Rangga mengibas-ngibaskan tangannya tanda tak perduli, "Terserah yang mana aja, gue nggak peduli," ucapnya ketus.
Filla mempautkan bibirnya, "Ayo dong Ngga, gue butuh saran nih," rengeknya membuat Rangga menoleh dengan malas.
"Yang ini," ucap Rangga sambil menunjuk sepatu yang ada ditangan kiri Filla.
Filla terlihat menimbang-nimbang, "Tapi kayaknya bagusan yang ini deh, yaudah deh gue ambil yang ini," ucap Filla sambil tersenyum, ia malah memilih sepatu yang ada ditangan kanannya.
Rangga menatapnya melongo. Dengan kesal Rangga menjitak kepala Filla, "Bilang aja, mau pilih yang itu dari tadi, nggak usah minta pendapat gue," ucap Rangga kesal.
Filla masih menggosok kepalanya yang dijitak Rangga, "Apaan sih Ngga? gue kan minta pendapat lo," bela Filla dengan kesal.
"Terus kenapa pilih yang itu?" tanya Rangga sambil menunjuk sepatu yang sudah dibungkus oleh penjaga toko.
"Soalnya gue akan selalu pilih sesuatu yang nggak lo pilih. Wekk," Filla memeletkan lidahnya lagi membuat Rangga super kesal dan keluar dari toko sepatu dengan sepatu pilihannya yang ditenteng.
"Ngga, tungguin, ambekan banget sih," Setelah penjaga toko memberikan sepatu dan kartu kredit ditangannya barulah Filla mengejar Rangga yang sudah keluar pintu toko, "Yaelah, ngambek Ngga?" tanya Filla sambil tersenyum melihat Rangga yang sudah memakai helem dengan muka super kesal. "Ngga, sorry deh," ucap Filla sambil menarik tangan Rangga.
"Besok-besok, jangan minta saran gue lagi kalau nggak mau gue pelintir tangan lo," ucap Rangga tegas dan menyeramkan.
Filla malah tertawa dengan keras melihat wajah kesal Rangga, "Nggak cocok Ngga, pasang muka kayak gitu, malah jadi lucu," ucapnya masih tertawa. "Ngga, serius amat sih? Senyum dong," pinta Filla sambil tersenyum selebar-lebarnya.
"Apaan sih?" Rangga malah naik keatas motor dengan kesal.
"Apaan tuh Ngga?" ucap Filla dengan nada yang kaget, membuat Rangga menoleh kearah yang ditunjuk Filla. "Tapi bohong," ucap Filla lalu tertawa dengan puas membuat Rangga hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Lo, ngerjain gue?" tanyanya kesal. "Nggak lucu, cepetan naik, atau gue tinggal?" ucapnya dengan kesal.
Filla dengan cepat menaiki motor Rangga, "Iya-iya, jangan ditinggalin dong," ucap Filla.
"Eh tunggu Fill," Rangga menoleh kearah Filla.
"Apaan? Tadi katanya cepetan," tanya Filla heran.
"Itu tali sepatu lo lepas," ucap Rangga sambil menunjuk sepatu Filla.
"Masak sih?" Filla turun dari motor dan menunduk melihat sepatunya.
"Tapi bohong. Hahhahah," Rangga tertawa lepas melihat kebodohan Filla.
"Rangga ...! sepatu hak mana ada talinya?" teriak Filla ketika menyadari bahwa Rangga juga sedang menjahilinya.
"Emang lo aja yang oon. Satu sama," ucapnya masih tertawa sedangkan Fill kesal setengah mati, "Cepetan naik," ucap Rangga dengan tawanya masih terdengar.
Dengan kesal Filla naik keatas motor, "Dasar kekanak-kanakan," ucapnya dengan wajah yang super menahan sebal.
"Dirinya sendiri?" ucap Rangga masih tertawa lepas sampai tamparan keras bersemayam dipunggungnya, membuatnya terdiam, sekarang lebih baik diam daripada terkena tamparan episode 2.
******
Aku sadar banyak orang yang tidak seberuntung diriku,
Mungkin ini yang selalu diucapkan orang,
Bersyukur adalah cara terbaik menyikapi hidup.
~~
Dengan langkah gontai Filla menuju taman belakang, bunda menyuruhnya mengangkat jemuran. Ini kali pertamanya ia mengangkat jemuran sendiri, biasanya ada bibi yang selalu bisa disuruh apapun. Sekarang ia jadi ingat rumahnya, "Males banget," ucapnya sesekali sambil mengeluarkan napas sebal. "Untung Bunda orang yang baik, kalau nggak, ogah banget angkatin baju yang banyak banget ini," ucapnya lagi saat melihat begitu banyak baju yang tergantung dan sudah pasti kering.
Hiks ... hiks ...
Filla melihat sekeliling yang sepi, "Siapa yang nangis? Masak setan sih?" ucapnya sambil bergidik ngeri. Filla melangkahkan kakinya kebalik jemuran, ternyata ada gadis kecil disana. Ia meringkuk dan sesegukan. Filla mencoba mendekat dan berjongkok didepan gadis kecil itu. "Kenapa?" tanyanya sambil memegang kedua lengan gadis itu.
Gadis itu mendonggak, baru Filla ketahui ia adalah Tita, anak panti juga, ia gadis paling kecil disini, "Atak?" ucapnya masih bercirikas anak-anak lalu dengan cepat menghapus air matanya.
"Tita kenapa nangis disini?" tanya Filla yang membantu menghapus air mata Tita.
Tita menggeleng, "Ndak napa," ucapnya sambil tersenyum. "Ita nggak angis, alau angis Bunda anti sedih," ucapnya masih tersenyum manatap Filla.
"Sini," ucap Filla sambil memeluk Tita, entah mengapa ia tiba-tiba ingin menenangkan Tita yang sedih walau ia tidak tahu apa masalahnya. Anak kecil ini padahal masanya harus gembira dan ceria tapi melihat Tita sedih seorang diri disini mengingatkannya pada dirinya sejak kecil yang sering menangis karena Mama yang tak pernah ada dirumah.
Tita tambah menangis dipelukan Filla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Emonee
lanjut
2021-02-08
1
Ika Sartika
lanjutkan...
2021-02-06
1
Bagus Effendik
mantab lanjuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut
2021-02-01
1