"Nak, ini kamar kamu, semoga aja kamu suka ya, nggak sebesar kamar kamu dulu mungkin. Tapi cukup nyamanlah," ucap bunda masih dengan senyuman tulusnya.
"Iya, walau tak sebesar kamar Filla, tapi lumayan lah Bunda," ucap Filla. "Kalau boleh Filla tahu, Bunda kenal sama orangtuanya Filla?" tanya Filla.
Bunda membawa Filla duduk didekatnya, "Iya, Bunda sangat kenal dengan orangtuamu. Kami sama-sama anak yang dibesarkan dari panti asuhan. Kami sejak kecil sudah seperti keluarga. Mamamu adalah sahabat Bunda. Dan panti asuhan ini. Kami yang bangun sama-sama untuk anak-anak yang membutuhkannya," jelas bunda membuat Filla menatapnya heran. Ia bahkan tidak tahu orangtuanya memiliki panti asuhan. Apa yang ia lakukan dulu benar-benar terlalu cuek. Bahkan hal seprti ini ia tak mengetahuinya.
"Makasih banget Bunda, saat orangtua Filla meninggal, Filla ngerasa Filla sendiri didunia ini tapi setelah bertemu dengan Bunda dan keluarga, Filla ngerasa Filla nggak sendiri," Entah sejak kapan ia berani memeluk orang asing, tapi saat ini Filla sudah memeluk bunda dengan erat. "Filla anak yang jahat Bunda, Filla anak yang pembangkang, suka bolos sekolah, suka balapan motor, suka bikin masalah, suka ngelawan. Sampai Mama sama Papanya Filla saja pergi ninggalin Filla," curhatnya dengan isak tangis yang mulai terdengar kembali.
Bunda dengan tulus merangkul Filla dengan erat, mengelus puncak kepala gadis yang terisak, "Udah jangan salahkan diri sendiri. Filla harus berubah sekarang, jangan jadi Filla yang ngebangkang lagi. Buktiin sama Papa dan Mamanya, kalau Filla bisa jadi anak baik. Dan untuk kepergian mereka itu bukan salah kamu, semua sudah takdir. Kamu harus ikhlas ya Filla," ucap bunda menenangkan Filla.
"Tapi Bunda, Filla nggak bisa berbuat baik sama mereka, berbakti sama mereka lagi, mereka udah pergi dan nggak akan kembali," Tangis Filla kembali terdengar, ia hanya membayangkan bagaimana jika nanti, ia tak akan bisa bertemu lagi dengan kedua orangtuanya.
"Filla jangan salah, mereka yang udah meninggal, nggak sepenuhnya pergi, mereka masih bisa lihat Filla dari atas sana. Makanya Filla harus janji jangan jadi anak yang pembangkang lagi, biar mereka disana akan bangga dengan diri Filla," Bunda memeluk Filla erat, menyalurkan segala sayangnya, ia tahu gadis kecil ini baru menyadari semua kesalahannya diwaktu lalu. Tentunya ia akan sangat rapuh tanpa dukungan.
Filla melepaskan pelukannya pada bunda dan menatap bunda, "Tapi Filla sendiri Bun, Filla nggak punya siapa-siapa lagi," ucapnya sambil meneteskan air mata yang untuk kesekian kalinya.
"Filla nggak sendiri, ada Ayah, ada Bunda, ada adek-adek panti, semuanya sayang Filla," ucap bunda menatap Filla dengan senyuman.
"Makasih Bun," Filla memeluk bunda untuk kesekian kalinya, bunda adalah orang pertama yang memberikan pelukan hangat seperti mamanya dikala ia sangat terpuruk, disaat semua orang tak lagi berada dipihaknya, malah orang yang baru ia kenal menjadi orang-orang yang sangat menyayanginya.
*****
Sekitar satu jam Filla tertidur, ada yang mengusik ketenangan tidurnya, getaran dari tempat tidur, seperti seseorang yang akan memulai aksi tidurnya untuk saat ini, saat Filla berbalik menghadap ke sisi belakang tampaklah seorang laki-laki dengan wajah yang Filla kenal. mereka saling diam tak bisa mengucapkan kata-kata apapun karena memang sama-sama terkejut dengan situasi ini, setelah beberapa detik mereka terdiam, Filla sadar dan menjerit.
"AAAAAA-ap ...," Mulut Filla dibekap oleh tangan pria itu sehingga Filla tidak bisa lagi mengeluarkan suara.
"Diem, nggak usah pake teriak," ucap pria itu lalu melepaskan bekapannya pada Filla ketika dirasa Filla sudah tidak mengeluarkan suara melengkingnya.
"Lo? Lo cowok yang nabrak taxi gue pagi tadi kan? Kenapa lo di sini?" tanya Filla heran, pria yang menabraknya pagi tadi sebelum ia mendapat kabar bahwa orangtuanya meninggal.
"Lo yang ngapain ada dirumah gue?" tanya pria itu tak kalah sadisnya.
Filla menatap ruangan yang ia tempati dengan seksama, "Bentar. Rumah lo?" tanya Filla meyakinkan pendengarannya.
"Iya. lo yang cewek mesum, tidur dikamar cowok tanpa izin. Dasar, ternyata nggak cuma cerewet, lo itu juga mesum!" ucap pria itu sambil melipat tangannya didepan dada.
"Apaan lo? Lo yang dateng tanpa izin langsung aja mau tidur, dasar mesum," jawab Filla tak mau kalah juga melipat tangannya didepan dada.
"Eits omongan lo ya, lo yang cewek mesum. Ini kamar gue, jadi yang nyusup itu lo, bukan gue!" Pria itu menunjuk Filla dengan jari telunjuknya.
Filla dengan geram menggigit telunjuk pria itu dengan semangat. Membuatnya berteriak kesakitan, "Syukurin, dasar cowok mesum!" ucap Filla setelah melepas gigitannya pada jari pria itu.
"Sakit, gila lo ya? Sekarang gue tanya ini kamar siapa? Kenapa main masuk aja?" tanya pria itu menyudutkan Filla.
"Ee-eeee ...," Filla bingung ingin menjawab apa, karena dia tidak mungkin mengaku ini kamarnya karena dia juga cuma numpang disini.
"Nggak bisa jawabkan? Dasar cewek mesum!" teriak pria itu sambil melempar Filla dengan bantal.
Filla dengan kesal mengembalikan bantal tepat dimuka pria itu, padahal lemparan pria itu tidak mengenai mukanya hanya tanggannya saja, tapi balasan dari Filla benar-benar memuaskan, "Lo yang mesum, udah tahu ada cewek yang tidur eh malah ikutan tidur, apa namanya kalau bukan mesum?" Filla memeletkan lidahnya.
"Mana gue tahu lo tidur, lonya aja nutup muka pakai selimut, ya gue kira bantal makanya gue langsung peluk, ya kalau gue tahu itu cewek galak kayak lo, amit-amit gue peluk lo, nggak ada kerjaan banget itu," ucap pria itu sambil menggosok kedua bahunya.
Mendengar pertangkaran Filla dan anaknya, bunda segera menghampiri mereka yang sekarang sedang perang bantal, "Stop, kenapa ini, Rangga kok malah berantem sama Filla?" ucap bunda setalah berhasil menghentikan perang sengit itu.
"Oh, Bunda jadinya kenal sama ni cewek galak? Usir pulang Bun mesum soalnya tidur dikamar cowok tanpa izin," adu Rangga pada bundanya.
"Yaelah, gue tidur disini karena disuruh sama Bunda kali, kalau gue tahu ini kamar lo mana mau gue tidur disini, ih," ucap Filla sambil membuang selimut tepat diwajah Rangga.
Rangga dengan kesal melempar balik selimut itu ke wajah Filla, udah tidur dikamar gue, masih nggak mau kalah juga, Rangga dengan kesal melempar Filla lagi dengan bantal, dan aksi itu memicu adu lempar lagi.
"Udah-udah, Rangga, Filla. Yang salah Bunda, oke? Bunda lupa bilang sama Rangga, kalau kamar Rangganya dipindahin, kamu tidur sama Aza, karena ini bakalan jadi kamar Filla," jelas bunda membuat Rangga hanya menatap bunda penuh tanya.
"Bunda, nggak bisa gitu dong, Rangga nggak mau tidur sama Aza, Rangga udah gede masak tidur sama Aza yang masih bocah sih?" Rangga mengeluarkan jurus merengeknya membuat Filla menatap tak percaya. Pria yang tadi galak dan angkuh berubah jadi anak bunda.
"Nggak mau tahu, pindah kekamar Aza sekarang, ini kamar Filla mulai sekarang, apa mau pindah kekamar Anton?" tanya bunda yang dengan cepat meraih gelengan kepala Rangga. Entah kenapa, Filla juga heran.
"Yaudah sama Aza aja. Daripada sama Anton. Hii," Rangga menaikkan bahunya seperti orang yang geli saat mendengar nama Anton.
Filla hanya menatap heran ibu dan anak yang satu ini, yang jelas siapa yang mereka bicarakan saja, Filla belum mengenalnya.
"Awas lo ya, gue tersingkir dari kamar gue sendiri. Tunggu pembalasannya," ucap Rangga menatap intens Filla. Yang ditatap cuek menanggapinya.
"Yasudah, Filla lanjutin tidurnya lagi aja, nanti sebelum Magrib Bunda bangunin," ucap bunda lalu berlalu bersama Rangga setelah mendapat anggukan Filla.
Filla hanya bisa menggeleng menatap Rangga yang masih menaruh dendam padanya, terlihat jelas ia masih menunjuk-nunjuk Filla dan mengancam akan membalas dendam sampai bunda harus menarik paksa ia keluar. Sebenarnya Filla sedikit merasa bersalah karena gara-gara dia, Rangga harus kehilangan kamarnya. Ya terserah deh, bukan gue yang mau hhehehe, batin Filla.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Kasih
parah sih, sampe sini keren banget ceritanya
2021-04-15
1
Rain aditara
keren banget
2021-04-15
1
Fahrizal
lanjut baca smpek akhir..
2021-02-10
1