Kailla keluar dari ruang kerja dengan mendengus kesal, berbeda jauh dengan raut wajah Pram yang berseri-seri seolah baru memenangkan undian lotere.
“Sam, simpan bungkusan itu!” perintah Kailla pada Sam yang duduk di lantai hampir tertidur sembari memeluk butelan di dadanya.
Beda dengan Sam, Ricko memilih berdiri di dekat pintu sambil menghitung uang di rekeningnya. Kira-kira mampu bertahan berapa lama untuk menopang hidupnya di Jakarta. Dia belum siap kalau harus berhenti dari pekerjaan ini. Apalagi gaji disini terbilang lumayan besar untuk pekerjaan sopir, dimana dia hanya lulusan SMA.
“Ah.. sudah Non. Kok mainnya cepat?” tanya Sam, menatap senyuman di wajah Pram.
“Plakkk! Kailla memukul lengan asistennya.
Tidak ada permainan apapun. Aku dan Pak Pram kalian masih belum melakukan perjanjian damai. Sewaktu-waktu, perang itu masih bisa terjadi. Kalian harus bersiap,” jelas Kailla.
“Bisa saja sebentar lagi aku mengirim nuklir atau meriam ke Pak Pram kalian yang tampan menawan tidak ada tandingannya ini!” ucap Kailla kesal, sambil berjalan menuju ke kamarnya.
“Good Job, Sam!” puji Pram, setelah memastikan Kailla tidak terlihat lagi.
***
Kailla keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih dililit handuk putih. Bergegas menuju ke meja rias untuk mengeringkan rambut panjangnya.
Tangannya masih sibuk dengan pengering rambut, saat Pram masuk ke kamar dengan sepiring makanan di tangannya.
“Sayang,” sapa Pram, menyentuh lembut pundak Kailla yang masih terbalut bathrobe. Tangannya sudah meletakkan sepiring makan malam milik Kailla ke atas meja rias.
Kailla hanya menatap sekilas, sepiring berisi nasi putih lengkap dengan sayur orak orik dan ayam goreng.
Pram tersenyum, menatap pantulan cantik yang sedang cemberut menatapnya dari cermin.
“Iya aku tahu, malam ini aku akan tidur di sofa,” ucap Pram, telunjuknya terarah pada sofa panjang di kamar tidur mereka. Dia sudah paham dan mengerti arti dari cemberutnya sang istri.
“Apalagi?” todong Kailla, masih saja kesal menatap Pram.
“Aku tidak boleh menyentuhmu,” sahut Pram.
“Baiklah. Ingat janjimu! Laki-laki sejati tidak akan melanggar kata-katanya sendiri!” Kailla berkata ketus.
“Oke!” Pram menjawab.
“Kai, besok kita akan bertemu papa, setelahnya baru mengunjungi mama,” jelas Pram, tiba-tiba.
Kakinya melangkah menuju ke arah sofa dan menjatuhkan tubuhnya di sana. Sedikit lega, setidaknya dia masih bisa tidur di dalam kamar yang sama, walau tidak bisa berbagi ranjang dengan sang istri.
“Hah?! Maksudmu papa dan mama tidak tinggal bersama?” tanya Kailla heran.
“Iya...” Hanya sebuah jawaban singkat yang keluar dari bibir Pram, tidak ada kelanjutan penjelasan lagi.
“Bercerai?” tanya Kailla lagi. Tapi tidak dijawab Pram sama sekali.
“Wajar saja. Nenek lampir itu mulutnya sepedas cabe, mana ada laki-laki yang sanggup bertahan hidup dengannya,” celetuk Kailla asal.
Yang di pikirannya sang papa mertua yang sudah berpisah dari mama, mungkin bercerai karena tidak tahan dengan kelakuan sang ibu mertua.
“Kailla....!” Pram mengingatkan sembari menggelengkan kepalanya. Dia bisa mendengar jelas istrinya sedang mengejek mamanya.
Kailla menutup mulutnya.
“Maaf, Sayang,” ucap Kailla pelan, menyadari kesalahannya telah menyebut mama mertuanya dengan tidak sopan.
“Jangan mengurusi orang lain, pikirkan saja dirimu bagaimana memperlakukan suamimu,” lanjut Pram, menyindir. Pram sudah berbaring di sofa, meluruskan kakinya.
Kailla mendelik kesal, mendengar kata-kata yang keluar dari mulut pedas Pram.
“Mulutnya seperti perempuan saja. Mengomeliku terus!” gerutu Kailla, menatap Pram yang terkekeh menatapnya.
“Baiklah, aku akan mengerjaimu!” batin Kailla.
Dia sudah berdiri, setelah mengeringkan rambutnya. Memoles cream malam di wajah mulusnya.
“Sudah!” ucap Kailla, mendekatkan wajah ke arah cermin. Memperhatikan lebih detail kulit wajahnya yang terawat sempurna. Tampak dia menepuk lembut pipi dengan kedua tangannya.
Angin laut yang masuk lewat jendela kamar yang tidak tertutup sempurna menambah dingin suhu di dalam kamar. Gorden putih yang mengantung itu pun melambai-lambai kecil, tertiup angin malam.
Kailla sudah keluar dari walk in closet, masih dengan tubuh yang terbalut bathrobe yang sama. Tersenyum sinis menatap Pram yang sudah memejamkan matanya, tapi dia yakin suaminya itu belum benar-benar tertidur.
Dengan langkah gemulai, bahasa tubuh yang sengaja menggoda. Kailla bersenandung kecil, berdiri tidak jauh dari suaminya berbaring. Dengan jari-jari lentiknya, dia sudah menarik tali bathrobe yang mengikat di pinggangnya.
Srettt!! Tali pengikat itu terlepas, menjuntai ke bawah.
Kailla dengan mudah melepaskan bathrobe yang menutup tubuh dan melemparnya tepat mengenai wajah Pram. Ya, dengan sengaja dia melemparnya ke wajah suaminya.
“Kai, apa-apaan... i..” Pram tidak melanjutkan lagi kata-katanya. Bibirnya mengatup, otaknya berhenti sejenak.
Saat dia berhasil menyingkirkan bathrobe yang menutupi wajahnya tiba-tiba, pandangannya tertegun, menatap Kailla yang sedang berdiri menantangnya dengan tubuh nyaris t”elanjang. Istrinya hanya terbalut lingerie transparan, yang tidak bisa menyembunyikan apa-apa. Pram bisa melihat semuanya.
Kailla sedang berdiri di depannya bak seorang model dengan pose menantang dan senyum menggoda.
“Ingat Sayang, kamu tidak boleh menyentuhku malam ini!” Kailla tersenyum, menaikkan kedua alisnya sambil menggoda Pram.
“Kai...”
“ Sayang..,” panggil Pram, menelan saliva. Menatap Kailla dari ujung kepala sampai ujung kaki, tidak ada yang terlewatkan. Istrinya benar-benar sedang menggodanya.
“Iya Sayang,” jawab Kailla tersenyum nakal.
“Aku sarankan sebaiknya kamu tidur di luar saja. Aku tidak yakin kamu sanggup melewatkan malam ini sebagai ksatria sejati kalau tetap memaksa tidur di sini!” sindir Kailla, menyibak rambutnya yang tergerai. Mempertontonkan leher jenjangnya, yang seolah-olah meminta dikecup basah.
“Kai... kamu sedang mengerjaiku sekarang?” tanya Pram, menggelengkan kepala.
“Tidak, aku hanya ingin tidur saat ini, tidak ada niat mengerjaimu. Seperti kurang kerjaan saja,” ucap Kailla, mendekati Pram.
“Tolong, makan malamnya dibawa keluar saja,” lanjut Kailla lagi, mengusap wajah Pram dengan jemari lentiknya.
“Sayang, selamat malam. Aku mem....bencimu saat ini,” ucap Kailla, membungkuk dan berbisik di telinga Pram.
Kailla menghembuskan nafas kasar di sana dan dengan sengaja menempelkan dadanya di lengan Pram. Membuat suaminya itu menggila dan tidak sanggup mengalihkan pandangannya.
“Sayang, apakah pertengkaran kita bisa dilanjutkan besok pagi saja? Bagaimana kalau malam ini kita berbaikan dulu?” tawar Pram membuka suara, menahan tangan Kailla yang hendak melangkah pergi.
“No!!” ucap Kailla, sambil menggigit bibir bawahnya.
“Please?” pinta Pram dengan wajah memelas dan memohon.
“Malam ini kita lupakan pertikaian kita sebentar. Aku janji tidak akan berbohong lagi padamu, Kai,” ucap Pram.
“Tetap tidak,” tolak Kailla, sengaja membusungkan dadanya.
Kailla baru saja akan melangkah menuju ranjang empuknya, tapi dia sudah berbalik lagi mengeluarkan kata-kata bernada ancaman.
“Berani menyentuhku malam ini, bukan hanya Bentley. Aku pastikan menenggelamkan Lambo-mu di laut seberang rumah!” ancam Kailla, mengarahkan telunjuknya ke arah Pram.
“Kita lihat saja nanti malam. Siapa yang akan menang Kai!” sahut Pram setengah berteriak menatap Kailla yang bersembunyi di balik selimut.
****
Terimakasih masih setia bersama Om Pram Dan Kailla
Mohon dukungan like komen vote dan share
Love love you all..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Nur Lizza
😆😆😆😆
2022-10-01
0
yonayosss
percis tom and jerry...
2022-06-23
0
Darlim Frans
aku bca novel ini ,tpi klo bsa Thor pemeran Riko jgn jdi asisten ,Skali kali pemeran utama dong thor
2022-06-08
0