Pram menghabiskan makan malamnya secepat kilat. Setengah pikirannya sudah terbang menemui Kailla, istrinya. Dia berjanji pada istrinya, akan kembali saat makan malam. Dan sekarang waktu makan malam sudah terlewat beberapa jam.
Berkali-kali mencuri pandang pada jam mahal di pergelangan tangannya. Hatinya semakin tidak tenang saat jarum pendek di benda bulat bertabur berlian itu hampir mengarah ke angka sepuluh.
Perdebatan yang panjang dengan sang mana, menguras energi bahkan membuang waktu percuma.
“Kenapa Pram?” tanya Ibu Citra, menangkap kegelisahan di raut wajah putranya.
Bayu dan Kinar yang duduk bersebelahan mengangkat pandangannya pada Pram.
“Tidak apa-apa,” sahut Pram, memberi kode pada Bayu. Dia harus segera kembali, tapi sang mama sepertinya sengaja mengulur-ulur waktu.
Bayu segera bangkit, meminta izin keluar setelah menyelesaikan makan malamnya.
“Bos, aku tunggu di luar,” izin Bayu, mengangguk pada Pram, seolah paham dengan kode majikannya barusan.
“Iya Bay!” sahut Pram, lega.
“Pram, kamu sudah mau pulang?” tanya Ibu Citra, masih berusaha menahan Pram.
“Iya Ma, istriku menunggu,” sahut Pram bangkit, menghempas kain lap putih ke atas meja.
“Pram, bukannya tadi berjanji menunggu mama tidur,” ucap Ibu Citra, membuat langkah kaki Pram terhenti.
Pundaknya melemas, wajah Kailla yang sedang melotot menatapnya muncul di pelupuk mata.
Tapi dia sudah terlanjur berjanji pada sang Ibu. Mau tidak mau, harus menepatinya.
Dengan gontai, melangkah menemani sang mama, masuk ke kamar tidur. Biasanya dia hanya akan duduk bersandar di sofa, menunggu sang mama tidur sambil berselancar dengan ponselnya.
Tapi saat ini, dia benar-benar terpaksa, Kailla sedang menunggunya di rumah. Pasti istri kesayangnya menunggu dalam kekecewaan. Tapi dia bisa apa, dua wanita ini sama penting di dalam hidupnya. Dia harus memoerjua
***
Kediaman Reynaldi Pratama.
Sejak pukul 19.00 Kailla sudah berdandan cantik, bersiap menunggu sang suami pulang. Mematut dirinya yang hanya memakai lingerie hitam, favorite Pram. Senyum mengembang di di bibir mungil yang sudah di poles lipstik merah cabe.
“Sudah cantik!” gumamnya mengangumi keindahan tubuhnya yang terpantul di cermin.
Lingerie hitam itu sangat kontras dengan kulit putih mulusnya. Puas memandang, tangannya sudah meraih gaun pink selutut untuk menutup lingerie hitamnya.
Kembali terpesona pada dirinya sendiri di cermin. Sambil berputar di depan cermin, membayangkan dirinya adalah seorang cinderella, tokoh idola sewaktu dia kecil.
Kailla menuruni tangga sambil berlari kecil, berlenggak lenggok membuat Sam dan Ricko yang sedang duduk santai di ruang keluarga menggelengkan kepala.
“Masih saja gila!” celetuk Sam, saat Kailla melewatinya, bergegas menuju ruang makan. Tempat dimana mie goreng cakenya tertata di atas meja.
Sam yang mengekor karena perutnya mulai keroncongam, melongo melihat mie goreng yang dicetak ke dalam loyang besar dan disajikan di atas mika.
“Astaga! Jangan-jangan mie gorengku dimasak Non Kailla juga,” ucap Sam, berlari membongkar lemari di dapur. Baru saja tadi sore dia membeli 3 bungkus mie goreng untuk bekal nonton bola nanti malam.
Begitu melihat lemari dapur yang sudah melompong, tidak ada sebungkus pun mie instan disana, Sam langsung tertunduk lemas.
“Non, kalau Pak Pram tidak habis, jangan dibuang ya,” pinta Sam dengan lesu. Menelan saliva, menatap mie goreng yang tersaji di atas meja. Aromanya sudah memancing cacing di perut meronta-ronta.
“Sudah sana pergi!” usir Kailla mendorong punggung Sam. Pergi menjauh dari meja makan.
Kailla sudah duduk, menatap mie hasil buatan tangannya. Tadinya dia ingin membuat mie panjanh umur. Tapi semua rencananya ambyar, saat tanpa sengaja menuang garam terlalu banyak ke dalam mie racikannya. Alhasil, dia harus membuang semuanya. Mie gorengnya keasinan dan tidak bisa dimakan.
Beruntung, otaknya jalan saat melihat postingan di medsosnya. Akhirnya diputuskanlah membuat cake mie goreng. Kebetulan semua bahan ada di dapur.
Detik demi detik berlalu, menit demi menit terlewati, hampir tiga jam sudah Kailla menunggu. Jam di dinding sudah hampir jam sepuluh malam. Tapi ada tanda-tanda kedatangan Pram. Cake mie buatannya dingin dan mengeras sudah.
“Hiks..hiks..,” isak tangis Kailla mulai terdengar. Menunggu tanpa kepastian dari sang suami. Pram bahkan tidak menghubunginya sama sekali.
Kailla sudah menelungkupkan wajah di atas meja, menutup tangisnya supaya tidak terdengar keluar. Dia sengaja tidak mau menghubungi Pram, supaya suaminya bisa sadar sendiri telah membuatnya menunggu berjam-jam.
Ricko yang tanpa sengaja masuk ke ruang makan saat hendak mengambil minuman dingin, berhenti sesaat. Pandangannya terpaku, pada Kailla yang menyembunyikan wajahnya. Telungkup di atas meja, dengan tubuh bergetar hebat.
Ruanganku itu senyap, tidak ada siapa-siapa lagi yang berada di dapur. Duo ratu sudah kembali ke kamarnya masing-masing, mungkin juga sudah terlelap. Tertinggal dia dan Sam saja yang sedang begadang, menunggu pertandingan bola tengah malam nanti.
“Kai...,” panggil Ricko memberanikan diri menepuk pundak Kailla.
“Hah..!” Kailla terperanjat. Mengangkat kepalanya, menunjukkan wajah cantik yang berlinang air mata.
“Jangan menangis. Dia pasti pulang,” hibur Ricko, tersenyum.
“Hiks..hiks.. dia membohongiku lagi!” gerutu Kailla, mengeluarkan kekesalannya.
“Butuh bahuku untuk menangis?” tanya Ricko menawarkan diri.
Kailla menggeleng.
“Kamu membutuhkan apa?” tanya Ricko lagi.
“Aku mau memukulnya!” ucap Kailla kesal.
Ricko terkekeh.
“Aku bisa meminjamkan tubuhku. Kamu bisa memukulku untuk menyalurkan kekesalannya,” tawar Ricko.
“Dia melupakan janjinya lagi. Lagi-lagi dia pulang malam,” keluh Kailla, masih terisak.
“Mungkin Pak Pram sedang banyak pekerjaan, Kai.” Ricko berusaha menenangkan. Menepuk lembut pundak Kailla.
Ricko menarik kursi, duduk di sebelah Kailla. Matanya turut memandang ke arah cake mie buatan Kailla.
“Macan tua itu beruntung sekali!” batin Ricko.
Terlihat Ricko mengajak Kailla berbincang, berusaha membuat majikannya melupakan kekesalannya. Dia sudah lupa dengan niat awalnya ke dapur. Pada akhirnya, dia memilih menemani Kailla, melupakan Sam yang ditinggalnya di depan TV.
***
Menunggu Ricko yang tidak kunjung muncul, memaksa Sam untuk menyusul. Tapi baru saja melangkah, matanya menangkap pemandangan Ricko dan Kailla yang sedang mengobrol di meja makan.
“Ckckckck... Ricko tidak ada kapok-kapoknya! Sering kali diultimatum Pak Pram, masih saja mencuri kesempatan!” gerutu Sam.
Sam sudah mengeluarkan ponselnya, mengabadikan pemandangan yang pasti akan membuat Pram meradang. Bukan kali ini saja, Pram sudah berulang kali memperingatkan Ricko, tapi asisten Kailla itu tetap tidak tahu di mana posisinya.
Bahkan sejak pertemuan pertama saja, Pram sudah tidak mempercayai Ricko. Tapi dia tidak bisa menolak Kailla, yang terlanjur menyukai Ricko sebagai asistennya.
Sam sudah mengirim pesan gambar berikut teks kepada majikannya.
“Maafkan aku Rick, aku tidak mau sampai rumah tangga Non Kailla berantakan karenamu,” ucap Sam pelan.
Pesan gambar dan teks dari Sam, mendarat mulus di ponsel Pram. Amarah Pram langsung terpancing saat melihat pesan yang dikirim Sam.
Pak, cepat pulang. Si kancil hendak mencuri mentimun!”
Membaca pesan Sam, emosi Pram benar-benar memuncak. Dia lupa dengan janji pada mamanya. Dengan langkah kasar, dia berjalan menuju mamanya yang sedang berbaring di ranjang.
“Ma, aku pulang sekarang,” pamit Pram, mengecup pipi sang mama. Tanpa menunggu Ibu Citra menjawab, dia sudah melangkah keluar. Setengah berlari mencari keberadaan Bayu.
“Bay! Kita pulang sekarang!” perintah Pram pada Bayu yang sedang mengobrol dengan Kinar di ruang tamu.
“Baik Bos!” jawab Bayu, segera berpamitan pada Kinar. Pram sendiri memilih keluar tanpa menatap ke arah Kinar sama sekali.
“Brengs”ek Ricko!” ucapnya, mengepalkan tangan, setelah duduk di dalam mobil.
Bayu yang sudah paham maksud Pram hanya bisa diam. Sudah bukan rahasia lagi di barisan asisten, telah terjadi perseteruan tersembunyi antara Macan Tua vs Kancil sejak beberapa tahun belakangan.
“Apa sekarang waktu yang tepat untuk Kailla hamil?” tanya Pram dalam hati.
Sebenarnya Pram sendiri tidak yakin. Tapi mamanya dan Ricko, membuat dia mempertimbangkan lagi. Dengan hamilnya Kailla, setidaknya Ricko akan mundur teratur. Dia hanya perlu memastikan mamanya tidak mengusik Kailla dan kehamilannya. Sudah pasti mamanya tidak akan membiarkan istrinya hamil dengan tenang saat mengetahui kalau dia menikahi putri Riadi.
***
Terimakasih.. mau lanjut ke Bara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
racun Bae Pram Aya indung kos kitu mendingan di kubur hirup hirup😩
2022-10-27
0
Nur Lizza
kasihn kai yg kepingin punya ank tp pram blm bs mngabulknny pdhll umr pram sudah tdk muda lg
2022-09-30
0
ana kristianti123
emg dasar samsudin😂
2022-09-28
0