Bab 10 : Maafkan Aku

Mobil Pram sudah terlihat berhenti di gerbang rumahnya. Klakson yang dibunyikan berulang-ulang, menandakan seberapa daruratnya kondisi di dalam mobil saat ini. Pram yang awalnya masih kalem dan tenang, mulai mengomel dan marah-marah saat mobil mereka terjebak macet. Perjalanan yang harusnya bisa ditempuh dalam 30 menit, harus molor menjadi satu jam.

Pram membuka kasar pintu mobil, berlari turun tidak bisa menunggu di dalam mobil lebih lama lagi. Apalagi belum tampak security satu pun yang muncul membuka gerbang untuknya. Dia memilih masuk dari pintu kecil di samping gerbang yang belum dikunci.

Sampai di depan pintu utama, dia menggedor pintu sambil menghubungi Sam meminta asisten Kailla itu membukakan pintu untuknya. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

“Mana Kailla?” tanya Pram, saat wajah Sam muncul di balik pintu.

“Non.. baru saja naik ke kamar, Pak,” jawab Sam.

“Mana Ricko?” tanya Pram lagi.

“Di depan tv, Pak,” jawab Sam ragu, setelah melihat raut wajah mengerikan Pram.

Pram memaksa masuk, sedikit mendorong kasar Sam yang berdiri di tengah pintu.

“Ricko! Ricko!” teriak Pram saat masuk ke dalam rumah. Suaranya menggema di tengah keheningan malam.

Ricko baru saja akan bangkit dari duduknya saat mendengar suara teriakan Pram. Tapi majikannya itu sudah berdiri dengan pandangan mematikan terarah padanya.

“Ada apa Pak?” tanya Ricko membalas tatapan Pram, memberanikan diri seperti biasanya.

“Brengs*ek! Kamu masih bisa bertanya ada apa! Sudah berapa kali aku peringatkan, jangan dekati istriku!” ucap Pram, menahan emosi.

“Maksud Pak Pram?” tanya Ricko sedikit bingung.

Sam yang ikut mendengar, menjadi khawatir. Kalau saja, dia tidak mengadu pada majikannya pasti pertengkaran keduanya tidak akan terjadi. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Dia mengenal Kailla dengan baik. Hubungan rumah tangga majikannya itu sedang tidak baik-baik saja sejak peristiwa keguguran Kailla beberapa tahun yang lalu. Kalau dia tidak membantu Pram, bisa dipastikan cepat atau lambat, majikannya itu akan ditinggal istrinya.

Kailla yang labil, masih mudah tersentuh dengan perhatian berlebihan dari orang lain. Sam sering memergoki Kailla menangis dan menumpahkan kekecewaannya pada Pram di depan Ricko. Jauh berbeda dengan Sam, Kailla sebatas melakukan hal-hal konyol bersama.

Kedekatan Kailla dengannya berbeda dengan kedekatan Kailla dengan Ricko. Bahkan Kailla tidak mengizinkan Ricko memanggilnya sama seperti asisten lainnya. Walaupun di depan Pram, Ricko tetap memanggilnya Nyonya, tapi di belakang itu dia akan memanggil nama pada istri majikannya.

“Apa yang kamu lakukan tadi dengan istriku?” tanya Pram, mengintimidasi.

“Tidak ada Pak. Saya hanya berbincang dengan Kailla,” sahut Ricko keceplosan, menunduk. Dia lupa memanggil Kailla dengan sebutan Nyonya di depan Pram.

“Berulang kali aku katakan, panggil dia Nyonya! N..Y..O..N..Y..A !! Perempuan yang bernama Kailla, yang kamu kawal setiap hari itu istriku!” Pram murka. Emosi Pram memuncak setiap membahas Ricko yang tidak sadar posisi dan statusnya.

“Maaf Pak.” Ricko tertunduk.

Pram mengeluarkan ponselnya, mencari foto yang dikirimkan Sam padanya.

“Itu yang kamu bilang tidak ada!” Pram melempar ponselnya ke sofa, yang menampilkan foto Ricko yang sedang menepuk pundak Kailla di meja makan tadi.

“Aku mengenal istriku dengan baik. Dia tidak mencintaimu. Jangan berharap lebih, hanya karena dia sering menangis di pundakmu.

Deg—

“Macan tua ini bahkan tau banyak hal.”

“Mulai besok bertukar tempat dengan Bayu. Kamu akan mengawalku!” perintah Pram.

“Kalau menolak, kamu bisa keluar dari pekerjaan ini. Aku mempertahankanmu hanya karena istriku!”

Pram meraih kembali ponselnya, meninggalkan Ricko, tertegun menatap punggung Pram yang menapaki tangga rumah, mengantarnya menuju kamar tidur.

Baru saja Pram membuka pintu kamarnya, dia sudah disambut dengan bantal dan boneka Kailla yang berterbangan menghantam tubuhnya.

“Maafkan aku, Kai,” ucap Pram, dengan raut menyesal. Kata pertama yang keluar dari bibirnya, setelah belasan boneka dan bantal itu berhenti menyerangnya.

“Selamat Ulang Tahun, Reynaldi Pratama. Semoga semakin tua, semakin tahu diri. Itu kado ulang tahunmu!” ucap Kailla menunjuk pada bantal dan boneka yang tergelatak di sekitar kaki Pram.

Pram tersenyum kecut, menatap Kailla yang sudah meraih kasar selimut dan menutup tubuhnya. Menahan tangis yang keluar, setelah mengomeli suaminya.

Pram sudah hafal kebiasan Kailla, empat tahun berbagi ranjang, dia sudah menamatkan banyak hal tentang istrinya.

“Maafkan aku Kai. Kamu sudah makan?” tanya Pram berjalan mendekat, menyadari dia meninggalkan Kailla dengan janji makan malam yang sudah terlewat beberapa jam.

Tidak ada jawaban. Hanya tubuh yang berguncang hebat di balik selimut tebal dan hangat.

“Kai, maafkan aku.” Pram memohon. Memilih duduk di sisi ranjang dan menyentuh Kailla dari luar selimut.

“Kamu belum makan?” tanya Pram, berusaha membuka selimut yang menutup tubuh Kailla.

“Mau aku masakkan sesuatu?” tawar Pram lagi, setelah berhasil menarik paksa selimut dan membuangnya ke lantai.

“Cukup Sayang! Kamu tidak perlu bermanis-manis di depanku!” gerutu Kailla menghapus air mata yang turun di kedua pipinya. Dia sudah bangkit, duduk bersadar di ranjang. Matanya menatap tajam ke arah Pram.

“Sayang, mau apa?” tanya Pram. Sesalnya bertambah saat melihat kedua mata indah istrinya kembali mengeluarkan air mata. Dia tahu, Kailla sering menangis karenanya. Dan air mata itu akan semakin sering jatuh di saat Kailla mengetahui keberadaan mama kandungnya.

“Mau memarahiku, mengomeliku, memukulku?” tawar Pram, menyerahkan dirinya di depan Kailla. Bersiap menerima semua pelampiasan.

“Aku tidak mau apa-apa. Hanya ingin melihatmu tidur di luar!” ucap Kailla, telunjuknya mengarah ke arah jendela besar kamarnya.

“Sayang, luar itu disini bukan disana,” ucap Pram terkekeh, masih sempat bercanda. Mengarahkan tangan Kailla yang semula menunjuk ke arah jendela kamar, menjadi mengarah ke pintu kamar tidur mereka.

“Aku memintamu tidur di luar gerbang rumah, bukan luar kamar!” jawab Kailla masih dengan ketus.

Pram berpura-pura kaget, sebelum akhirnya membuka suara. Wajah Kailla saat ini benar-benar menggemaskan.

“Kai, aku sudah 44 tahun, tubuhku sudah tidak sanggup lagi menahan hawa dingin,” tolak Pram beralasan. Mengulum senyuman, dia sedang berusaha meluluhkan hati Kailla yang sedang memanas.

“Alasan! Kalau tidak tahan dingin, kenapa te*lanjang setiap malam,” sahut Kailla, melotot kesal. Suaminya paling pintar menjawab dan membolak balik perkataannya.

“Itu kan untuk membahagiakanmu, aku rela kedinginan setiap malam.” Kembali Pram menjawab asal.

“Alasan saja! Kamu dari mana saja?” tanya Kailla mulai menginterogasi Pram seperti biasanya.

“Aku bertemu seseorang. Kami merayakan ulang tahunku,” sahut Pram ragu.

“Lalu..?” tanya Kailla, masih saja ketus.

“Kami berbincang dan dia tidak mengizinkan pulang cepat,” jawab Pram beralasan kembali.

“Aku atau dia lebih penting?” tanya Kailla tiba-tiba. Dia merasa kecewa dengan suaminya yang lebih mementingkan orang lain ketimbang dirinya.

“Kailla,” jawab Pram seketika.

“Kenapa membuatku menangis terus?” tanya Kailla lagi, dengan wajah cemberut.

“Maafkan aku, Sayang."

“Aku bosan mendengarmu meminta maaf setiap hari.” Kailla berkata, menatap sinis pada Pram.

“Aku berjanji ini permintaan maafku yang terakhir. Selanjutnya aku akan berusaha jujur padamu, walau itu menyakitkan,” jawab Pram berbisik.

Kedua tangannya baru saja akan merengkuh tubuh Kailla, tapi sudah dihempas kasar istrinya.

“Aku mohon jujurlah padaku sekarang. Apa yang kamu sembunyikan dariku selama ini?” pinta Kailla.

Kailla tahu, Pram menyembunyikan banyak hal darinya. Dia masih sabar menunggu Pram, untuk berterus terang padanya.

Pram diam, tidak menjawab.

Dia tidak tahu harus berkata apa. Dia sudah lelah dengan semuanya. Lelah dengan hidupnya sendiri. Belum selesai masalah dengan mamanya, rumah tangganya direcoki dengan Ricko. Pram mengatur nafasnya, tersenyum menatap istrinya.

“Sudahlah aku lelah denganmu!” ucap Kailla setelah lama menunggu Pram tidak kunjung menjawabnya.

Memilih turun dari ranjang. Bergegas ke lantai bawah, meninggalkan Pram sendiri.

Dia teringat dengan cake mie yang dibuatkanya. Walaupun Pram mungkin tidak menghargainya, setidaknya Sam masih sukarela memakannya. Daripada hasil kerja keras dan lelahnya terbuang percuma.

“Sayang, mau kemana?” tanya Pram, menyusul Kailla yang pergi tiba-tiba.

Tak lama sudah terdengar suara teriakan Kailla.

“Sam! Kamu dimana?” panggil Kailla, mencari keberadaan asistennya itu.

“Iya Non,” sahut Sam menatap Kailla yang sudah berdiri di sampingnya. Di belakangnya tampak Pram mengekor.

“Sam, mie di atas meja tolong dihabiskan ya.” pinta Kailla.

Sam ragu, menatap Pram yang berdiri di belakang Kailla.

“Tapi... Non..”

“Kalau tidak mau, tolong dibuang saja!” perintah Kailla. Berbalik menuju ke kamarnya, melewati Pram yang membeku di tempatnya.

“Dia masih marah padaku,” bisik Pram, berbalik menatap punggung Kailla yang menghilang di ujung tangga.

Tanpa Pram sadari ada sepasang mata lain yang juga menatap pemandangan yang sama dengannya.

****

To be continued

Maaf telat up, banyak pekerjaan di dunia nyata.

love you all

terimakasih dukungannya

mohon like dan komen saja... saya butuh buat kelangsungan hidup novel ini😅😅

dan rate bintang 5 nya.. ratenya anjlok tiba2😢😢

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

bagusan kai sm riko😆😆😆
biar pram kelimpungn

2022-09-30

1

yelmi

yelmi

jangan sampai ucapan lelah itu sering terdengar pram...sama Riko j cemburu gimana nanti ada yg akan menghilangkan rasa lelahnya kailla

2022-05-14

0

yuli

yuli

kailla minta anak gg dikasih,, dah gitu lbh mentingin mamanya yg notabene g berjasa sm sx dikehidupan pram,, maap² niy ya,,pram.jadi seperti skrg gegara pak riyadi juga kan,,klo pak royadi g ksh perusahaan ke pram g mungut pram apa bisa ketemu & mencari ibunya,,
bener kata kailla,, tambah tua tbah tau diri lah om 🤭🤭

2021-11-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sepenggal Kisah Masa Lalu
2 Bab 2. Perjuangan Kailla
3 Bab 3. Ulang Tahun Ke- 44
4 Bab 4 : Pengenalan Tokoh & Visual
5 Bab 5. Mi Panjang Umur
6 Bab 6. Membuat Cucu untuk Mama
7 Bab 7. Pertengkaran Di Meja Makan
8 Bab 8 : Restui Dia
9 Bab 9 : Kancil Mencuri Mentimun
10 Bab 10 : Maafkan Aku
11 Bab 11 : Aku Mau Kamu Hamil
12 Bab 12 : Cemburu Ala Pram.
13 Bab 13 : Surgaku Di telapak Kakinya
14 Bab 14 : Terbongkar
15 Bab 15 : Mobil Sport Hitam
16 Bab 16 : Pohon Mangga Berbuah Semangka
17 Bab 17 : Pernyataan Perang Terbuka
18 Bab 18 : Minta Kailla Memohon Padaku
19 Bab 19 : Belum Gencatan Senjata
20 Bab 20 : Godaan Kailla
21 Bab 21 : Doa Seorang Ibu
22 Bab 22 : Istri Muda Ketinggalan
23 Bab 23 : Berkunjung ke Makam Papa
24 Bab 24 : Calon Istri Muda Pram
25 Bab 25 : Makan Malam
26 Bab 26 : Kailla dan Ibu Citra
27 Bab 27. Mama Citra Mengalah
28 Bab 28 : Nasehat Bayu
29 Bab 29 : Visual 2
30 Bab 30 : Pram Mengamuk
31 Bab 31 : Mimpi Apa Aku Semalam
32 Bab 32 : Perubahan Tanpa Disadari
33 Bab 33 : Mencoba Jujur
34 Bab 34 : Belajarlah Menjadi Istri Yang Baik
35 Bab 35 : Generasi Penerus Bangsa
36 Bab 36 : Ciuman Tidak Pada Tempatnya
37 Bab 37 : Aku Mau Melamar Kinar
38 Bab 38 : Lamaran Untuk Bayu
39 Bab 39 : Segeralah Hamil
40 Bab 40 : Siapakah Dia?
41 Bab 41 : Dion Satrio
42 Bab 42 : Ide Sam
43 Bab 43 : Hukuman Sam
44 Bab 44 : Kenapa Tidak Melepasnya
45 Bab 45 : Bekal Makan Siang
46 Bab 46 : Emosi Pram
47 Bab 47 : Istri Adalah Titipan
48 Bab 48 : Diamnya Pram
49 Bab 49 : Isi Hati Kailla
50 Bab 50 : Kecelakaan Kerja
51 Bab 51 : Perlawanan Kailla
52 Bab 52 : Kemarahan Pram 1
53 Bab 53 : Kemarahan Pram 2
54 Bab 54 : Ceritakan Padaku, Kai
55 Bab 55 : Menemui Mama
56 Bab 56 : Memutus Hubungan Sementara
57 Bab 57 : Senyuman Pelepas Lelah
58 Bab 58 : Ke Rumah Sakit
59 Bab 59 : Pulang Sekarang
60 Bab 60 : Pagi Di Rumah Sakit
61 Bab 61 : Mengerjai Kinar
62 Bab 62 : Bertukar tempat dengan Sam
63 Bab 63 : Aku Minta Maaf
64 Bab 64 : Permainan Kailla
65 Bab 65 : Bawa Istrimu Ke Hotel
66 Bab 66 : Belum Membuat Perhitungan
67 Bab 67 : Pasien Tampan Penghuni Kamar Sebelah
68 Bab 68 : Di Sini Saja!
69 Bab 69 : Ditya Halim Hadinata
70 Bab 70 : Pram, Jangan Gila Lagi
71 Bab 71 : Bukan Orang Biasa
72 Bab 72 : Suamimu Masih Hidup, Sayang
73 Bab 73 : Saya Tertarik Dengan Putri Ibu
74 Bab 74 : Tolong Dininabobokan Saja.
75 Bab 75 : Arjuna
76 Bab 76 : Menghitung Kerutan
77 Bab 77 : Selesaikan Saja Dengan Bayu
78 Bab 78 : Pram vs Ditya
79 Bab 79 : Makan Siang Pertama Dengan Kailla
80 Bab 80 : Siasat Kailla
81 Bab 81 : Kesabaran Pram Habis Sudah
82 Bab 82 : Hukuman Sam
83 Bab 83 : Hukuman Kailla
84 Bab 84 : Austria
85 Bab 85 : Perjuangan Kailla dimulai, Kesabaran Pram diuji
86 Bab 86 : Teriakan Ibu Citra di pagi hari
87 Bab 87 : Nasi Goreng
88 Bab 88 : Suami pilihan daddy
89 Bab 89 : Maafkan aku
90 Bab 90 : Ibu Citra turun tangan
91 Bab 91 : Menyesal menikah denganmu
92 Bab 92 : Merindukan Kailla
93 Bab 93 : Ikan goreng sambal dabu-dabu
94 Bab 94 : Maafkan Aku
95 Bab 95 : Sayang, aku merindukanmu
96 Bab 96 : Jeritan Kesakitan
97 Bab 97 : Cobaan apa lagi ini
98 Bab 98 : Boneka dari India
99 Bab 99 : Kantor KRD
100 Bab 100 : Aku akan membunuhnya sekarang
101 Bab 101 : Tutup Panci
102 Bab 102 : Kembali Ke Indonesia
103 Bab 103 : Empat Bulan Berlalu
104 Bab 104 : Making love di siang bolong
105 Bab 105 : Bungkamnya Pram
106 Bab 106 : Kamu mencintainya?
107 Bab 107 : Bekal Makan Siang
108 Bab 108 : Kita berpisah saja
109 Bab 109 : Tidak bisa menerima dengan lapang dada
110 Bab 110 : Ketahuan Pram kembali
111 Bab 111 : Mengeluh pada Mama
112 Bab 112 : Menuju Wisuda Kailla
113 Bab 113 : Singa Asia mendekati macan betina
114 Bab 114 : Aku akan menyusulmu
115 Bab 115 : Aku mencintaimu
116 Bab 116 : Menolak Berpisah
117 Bab 117 : Perceraian adalah jawabannya
118 Bab 118 : Aku akan berjuang
119 Bab 119 : Pram pergi
120 Bab 120 : Hamil?
121 Bab 121 : Meninggalkan Sidang
122 Bab 122 : Kailla dirawat
123 Bab 123 : Kailla Sadar
124 Bab 124 : Buka pintunya, Sayang
125 Bab 125 : Perjuangan Pram
126 Bab 126 : Kelinci kecil berubah menjadi singa kelaparan
127 Bab 127 : Pohon Mangga berbuah semangka 2
128 Bab 128 : Istriku hamil
129 Bab 129 : Bahagianya Ibu Citra
130 Bab 130 : Bukan Terminal
131 Bab 131 : Mengelinding dari pintu masuk
132 Bab 132 : Akhir cerita dari pohon mangga
133 Bab 133 : Tas hitam atau tas pink
134 Bab 134 : Makhluk Tuhan paling seksi
135 Bab 135 : Jangankan Tuhan, setan saja membenci pelakor
136 Bab 136 : Kembali manja
137 Bab 137 : Pemilik hati dan hidupku
138 Bab 138 : Harus rajin disiram
139 Bab 139 : Pelukan di tengah malam
140 Bab 140 : Virus bermutasi
141 Bab 141 : Tinggal terpisah adalah jalan terbaik
142 Bab 142 : Digoda Lolita
143 Bab 143 : Sugar Baby
144 Bab 144 : The one and only
145 Bab 145 : Mencatatkan di dalam sejarah
146 Bab 146 : Mimpi terlihat nyata
147 Bab 147 : Kailla hilang
148 Bab 148 : Bermalam di rumah Ibu Citra
149 Bab 149 : Maling Kesiangan
150 Bab 150 : Tamparan di pagi hari
151 Bab 151 :Dia baik-baik saja Bay
152 Bab 152 : Aku merindukanmu
153 Bab 153 : Tahan Dia
154 Bab 154 : Kita Pulang sekarang
155 Bab 155 : Kamu bisa menembakannya ke kepalaku.
156 Bab 156 : Jakarta bakal kebanjiran
157 Bab 157 : Memaafkan Riadi
158 Bab 158 : Tertusuk bisa meletus
159 Bab 159 : Sarapan Spesial
160 Bab 160 : Memberi maaf
161 Bab 161 : Hari memanjakan suamimu
162 Bab 162 : Sarapan kesiangan
163 Bab 163 : Pergi dengan ikhlas
164 Bab 164 : Ingin dimakamkan di samping istri
165 Bab 165 : Kamu sudah mengetahui kebenarannya?
166 Bab 166 : Masa lalu Riadi
167 Bab 167 : Pemakaman
168 Bab 168 : Tidak adil untuk mama
169 Bab 169 : Apa aku benar-benar anak daddy?
170 Bab 170 : Tangismu adalah kegagalanku
171 Bab 171 : Panggilkan Bayu
172 Bab 172 : Congratulation, Bro
173 Bab 173 : Mereka adalah keluarga kita, Kai
174 Bab 174 : Pengumuman & Bonus Visual
175 Bab 175 : Kesenangan Baru Kailla
176 Bab 176 : Minggunya Kailla dan Pram
177 Bab 177 : Ada apa dengan Pram?
178 Bab 178 : Pram koma
179 Bab 179 : Berkantor pertama kalinya
180 Bab 180 : Keputusan Kailla
181 Bab 181 : Ada apa gerangan?
182 Bab 182 : Kebahagiaan Kailla adalah pencapaian tertinggi
183 Bab 183 : Di mana Kailla?
184 Bab 184 : Temani aku malam ini
185 Bab 185 : Berbagi ranjang
186 Bab 186 : Bertukar tempat, bertukar rasa
187 Bab 187 : Bandung
188 Bab 188 : Aku iri padamu,Tante
189 Bab 189 : Amarah Pram
190 Bab 190 : Semua baik-baik saja
191 Bab 191 : Kisah Lama
192 Bab 192 : Bagaimana ini?
193 Bab 193 : Maaf
194 Bab 194 : Berbagi ketakutan
195 Bab 195 : Kejutan di penghujung kisah
196 Bab 196 : Persiapan melahirkan yang masih jauh
197 Bab 197 : Tujuh bulan kehamilan
198 Bab 198 : Persiapan sebelum hari H
199 Bab 199 : Tidak sesuai dengan rencana
200 Bab 200 : Dennis Joseph
201 Bab 201 : Kutek kuku tinggal kenangan
202 Bab 202 : Ulah Kailla di detik kelahiran baby twins
203 Bab 203 : THE END
204 Bab 204. Akhir Kisah - THE END
205 Extra chapter
206 Pengumuman
207 Pengumuman
208 My Beloved bodyguard
209 SEUNTAI IMPIAN SERUNI
Episodes

Updated 209 Episodes

1
Bab 1. Sepenggal Kisah Masa Lalu
2
Bab 2. Perjuangan Kailla
3
Bab 3. Ulang Tahun Ke- 44
4
Bab 4 : Pengenalan Tokoh & Visual
5
Bab 5. Mi Panjang Umur
6
Bab 6. Membuat Cucu untuk Mama
7
Bab 7. Pertengkaran Di Meja Makan
8
Bab 8 : Restui Dia
9
Bab 9 : Kancil Mencuri Mentimun
10
Bab 10 : Maafkan Aku
11
Bab 11 : Aku Mau Kamu Hamil
12
Bab 12 : Cemburu Ala Pram.
13
Bab 13 : Surgaku Di telapak Kakinya
14
Bab 14 : Terbongkar
15
Bab 15 : Mobil Sport Hitam
16
Bab 16 : Pohon Mangga Berbuah Semangka
17
Bab 17 : Pernyataan Perang Terbuka
18
Bab 18 : Minta Kailla Memohon Padaku
19
Bab 19 : Belum Gencatan Senjata
20
Bab 20 : Godaan Kailla
21
Bab 21 : Doa Seorang Ibu
22
Bab 22 : Istri Muda Ketinggalan
23
Bab 23 : Berkunjung ke Makam Papa
24
Bab 24 : Calon Istri Muda Pram
25
Bab 25 : Makan Malam
26
Bab 26 : Kailla dan Ibu Citra
27
Bab 27. Mama Citra Mengalah
28
Bab 28 : Nasehat Bayu
29
Bab 29 : Visual 2
30
Bab 30 : Pram Mengamuk
31
Bab 31 : Mimpi Apa Aku Semalam
32
Bab 32 : Perubahan Tanpa Disadari
33
Bab 33 : Mencoba Jujur
34
Bab 34 : Belajarlah Menjadi Istri Yang Baik
35
Bab 35 : Generasi Penerus Bangsa
36
Bab 36 : Ciuman Tidak Pada Tempatnya
37
Bab 37 : Aku Mau Melamar Kinar
38
Bab 38 : Lamaran Untuk Bayu
39
Bab 39 : Segeralah Hamil
40
Bab 40 : Siapakah Dia?
41
Bab 41 : Dion Satrio
42
Bab 42 : Ide Sam
43
Bab 43 : Hukuman Sam
44
Bab 44 : Kenapa Tidak Melepasnya
45
Bab 45 : Bekal Makan Siang
46
Bab 46 : Emosi Pram
47
Bab 47 : Istri Adalah Titipan
48
Bab 48 : Diamnya Pram
49
Bab 49 : Isi Hati Kailla
50
Bab 50 : Kecelakaan Kerja
51
Bab 51 : Perlawanan Kailla
52
Bab 52 : Kemarahan Pram 1
53
Bab 53 : Kemarahan Pram 2
54
Bab 54 : Ceritakan Padaku, Kai
55
Bab 55 : Menemui Mama
56
Bab 56 : Memutus Hubungan Sementara
57
Bab 57 : Senyuman Pelepas Lelah
58
Bab 58 : Ke Rumah Sakit
59
Bab 59 : Pulang Sekarang
60
Bab 60 : Pagi Di Rumah Sakit
61
Bab 61 : Mengerjai Kinar
62
Bab 62 : Bertukar tempat dengan Sam
63
Bab 63 : Aku Minta Maaf
64
Bab 64 : Permainan Kailla
65
Bab 65 : Bawa Istrimu Ke Hotel
66
Bab 66 : Belum Membuat Perhitungan
67
Bab 67 : Pasien Tampan Penghuni Kamar Sebelah
68
Bab 68 : Di Sini Saja!
69
Bab 69 : Ditya Halim Hadinata
70
Bab 70 : Pram, Jangan Gila Lagi
71
Bab 71 : Bukan Orang Biasa
72
Bab 72 : Suamimu Masih Hidup, Sayang
73
Bab 73 : Saya Tertarik Dengan Putri Ibu
74
Bab 74 : Tolong Dininabobokan Saja.
75
Bab 75 : Arjuna
76
Bab 76 : Menghitung Kerutan
77
Bab 77 : Selesaikan Saja Dengan Bayu
78
Bab 78 : Pram vs Ditya
79
Bab 79 : Makan Siang Pertama Dengan Kailla
80
Bab 80 : Siasat Kailla
81
Bab 81 : Kesabaran Pram Habis Sudah
82
Bab 82 : Hukuman Sam
83
Bab 83 : Hukuman Kailla
84
Bab 84 : Austria
85
Bab 85 : Perjuangan Kailla dimulai, Kesabaran Pram diuji
86
Bab 86 : Teriakan Ibu Citra di pagi hari
87
Bab 87 : Nasi Goreng
88
Bab 88 : Suami pilihan daddy
89
Bab 89 : Maafkan aku
90
Bab 90 : Ibu Citra turun tangan
91
Bab 91 : Menyesal menikah denganmu
92
Bab 92 : Merindukan Kailla
93
Bab 93 : Ikan goreng sambal dabu-dabu
94
Bab 94 : Maafkan Aku
95
Bab 95 : Sayang, aku merindukanmu
96
Bab 96 : Jeritan Kesakitan
97
Bab 97 : Cobaan apa lagi ini
98
Bab 98 : Boneka dari India
99
Bab 99 : Kantor KRD
100
Bab 100 : Aku akan membunuhnya sekarang
101
Bab 101 : Tutup Panci
102
Bab 102 : Kembali Ke Indonesia
103
Bab 103 : Empat Bulan Berlalu
104
Bab 104 : Making love di siang bolong
105
Bab 105 : Bungkamnya Pram
106
Bab 106 : Kamu mencintainya?
107
Bab 107 : Bekal Makan Siang
108
Bab 108 : Kita berpisah saja
109
Bab 109 : Tidak bisa menerima dengan lapang dada
110
Bab 110 : Ketahuan Pram kembali
111
Bab 111 : Mengeluh pada Mama
112
Bab 112 : Menuju Wisuda Kailla
113
Bab 113 : Singa Asia mendekati macan betina
114
Bab 114 : Aku akan menyusulmu
115
Bab 115 : Aku mencintaimu
116
Bab 116 : Menolak Berpisah
117
Bab 117 : Perceraian adalah jawabannya
118
Bab 118 : Aku akan berjuang
119
Bab 119 : Pram pergi
120
Bab 120 : Hamil?
121
Bab 121 : Meninggalkan Sidang
122
Bab 122 : Kailla dirawat
123
Bab 123 : Kailla Sadar
124
Bab 124 : Buka pintunya, Sayang
125
Bab 125 : Perjuangan Pram
126
Bab 126 : Kelinci kecil berubah menjadi singa kelaparan
127
Bab 127 : Pohon Mangga berbuah semangka 2
128
Bab 128 : Istriku hamil
129
Bab 129 : Bahagianya Ibu Citra
130
Bab 130 : Bukan Terminal
131
Bab 131 : Mengelinding dari pintu masuk
132
Bab 132 : Akhir cerita dari pohon mangga
133
Bab 133 : Tas hitam atau tas pink
134
Bab 134 : Makhluk Tuhan paling seksi
135
Bab 135 : Jangankan Tuhan, setan saja membenci pelakor
136
Bab 136 : Kembali manja
137
Bab 137 : Pemilik hati dan hidupku
138
Bab 138 : Harus rajin disiram
139
Bab 139 : Pelukan di tengah malam
140
Bab 140 : Virus bermutasi
141
Bab 141 : Tinggal terpisah adalah jalan terbaik
142
Bab 142 : Digoda Lolita
143
Bab 143 : Sugar Baby
144
Bab 144 : The one and only
145
Bab 145 : Mencatatkan di dalam sejarah
146
Bab 146 : Mimpi terlihat nyata
147
Bab 147 : Kailla hilang
148
Bab 148 : Bermalam di rumah Ibu Citra
149
Bab 149 : Maling Kesiangan
150
Bab 150 : Tamparan di pagi hari
151
Bab 151 :Dia baik-baik saja Bay
152
Bab 152 : Aku merindukanmu
153
Bab 153 : Tahan Dia
154
Bab 154 : Kita Pulang sekarang
155
Bab 155 : Kamu bisa menembakannya ke kepalaku.
156
Bab 156 : Jakarta bakal kebanjiran
157
Bab 157 : Memaafkan Riadi
158
Bab 158 : Tertusuk bisa meletus
159
Bab 159 : Sarapan Spesial
160
Bab 160 : Memberi maaf
161
Bab 161 : Hari memanjakan suamimu
162
Bab 162 : Sarapan kesiangan
163
Bab 163 : Pergi dengan ikhlas
164
Bab 164 : Ingin dimakamkan di samping istri
165
Bab 165 : Kamu sudah mengetahui kebenarannya?
166
Bab 166 : Masa lalu Riadi
167
Bab 167 : Pemakaman
168
Bab 168 : Tidak adil untuk mama
169
Bab 169 : Apa aku benar-benar anak daddy?
170
Bab 170 : Tangismu adalah kegagalanku
171
Bab 171 : Panggilkan Bayu
172
Bab 172 : Congratulation, Bro
173
Bab 173 : Mereka adalah keluarga kita, Kai
174
Bab 174 : Pengumuman & Bonus Visual
175
Bab 175 : Kesenangan Baru Kailla
176
Bab 176 : Minggunya Kailla dan Pram
177
Bab 177 : Ada apa dengan Pram?
178
Bab 178 : Pram koma
179
Bab 179 : Berkantor pertama kalinya
180
Bab 180 : Keputusan Kailla
181
Bab 181 : Ada apa gerangan?
182
Bab 182 : Kebahagiaan Kailla adalah pencapaian tertinggi
183
Bab 183 : Di mana Kailla?
184
Bab 184 : Temani aku malam ini
185
Bab 185 : Berbagi ranjang
186
Bab 186 : Bertukar tempat, bertukar rasa
187
Bab 187 : Bandung
188
Bab 188 : Aku iri padamu,Tante
189
Bab 189 : Amarah Pram
190
Bab 190 : Semua baik-baik saja
191
Bab 191 : Kisah Lama
192
Bab 192 : Bagaimana ini?
193
Bab 193 : Maaf
194
Bab 194 : Berbagi ketakutan
195
Bab 195 : Kejutan di penghujung kisah
196
Bab 196 : Persiapan melahirkan yang masih jauh
197
Bab 197 : Tujuh bulan kehamilan
198
Bab 198 : Persiapan sebelum hari H
199
Bab 199 : Tidak sesuai dengan rencana
200
Bab 200 : Dennis Joseph
201
Bab 201 : Kutek kuku tinggal kenangan
202
Bab 202 : Ulah Kailla di detik kelahiran baby twins
203
Bab 203 : THE END
204
Bab 204. Akhir Kisah - THE END
205
Extra chapter
206
Pengumuman
207
Pengumuman
208
My Beloved bodyguard
209
SEUNTAI IMPIAN SERUNI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!