Pram masih berusaha membujuk istrinya. Dengan membelai dan memeluk. Bagaimanapun Kailla harus menjaga kesopanannya pada sang mama. Walaupun sikap ibu Pram juga tidak bisa dibilang baik.
“Aku mohon, kalau kamu menghargaiku sebagai suamimu. Tolong jangan durhaka pada mamaku. Surgaku, surga kita ada di telapak kakinya,” bisik Pram sudah hampir menangis mengucapkannya.
Deg—
Kailla mengalah. Kalimat Pram menghantam hatinya. Perlahan melepaskan pelukan Pram. Dengan ragu-ragu dia melangkah maju, mendekati sang mama mertua.
“Ma...,” panggilnya pelan, mencium tangan Ibu Citra.
Ibu Citra langsung menatap putranya yang berdiri tidak terlalu jauh dari sang menantu. Tatapan Pram seperti memohon. Sebagai seorang Ibu, ada secuil rasa tidak tega di hatinya. Akhirnya dia memilih mengalah, meskipun dengan terpaksa.
“Baiklah, siapa namamu tadi?” tanya Ibu Citra berusaha tersenyum setelah Kailla melepaskan tangannya.
“Kai....” Kailla tidak dapat melanjutkan perkataanya, Pram sudah menyela ucapannya.
“Kailla.. namanya Kailla, Ma,” potong Pram, mendahului menjawab pertanyaan yang ditujukan untuk istrinya.
“Datanglah bersama Pram ke rumah. Bagaimanapun, kamu menantuku, istrinya Pram,” ucap Ibu Citra, berusaha bersikap lebih tenang dari sebelumnya.
“Tidak. Kailla tidak akan pernah menginjakkan kaki ke rumah mama.” Pram berkata dengan tegas.
“Sampai aku melihat mama benar-benar tulus merestuinya,” lanjut Pram, menarik tangan Kailla dan menyembunyikan istrinya itu di balik punggung kekarnya.
“Pram.. dia istrimu, berarti dia juga putriku.” ucap Ibu Citra tersenyum.
“Iya dia istriku. Dan sudah menjadi tugas dan tanggung jawabku untuk menjaga dan melindunginya dari orang-orang yang ingin menyakitinya,” ucap Pram membuatnya Ibu Citra mengelus dada.
“Pram..! Kelewatan kamu Pram,” ucap Ibu Citra, kesal mendengar kata-kata putranya.
“Termasuk Mama,” lanjut Pram, menegaskan kembali.
“Kai, kembali ke mobil. Ada yang harus aku bicarakan dengan mama,” pinta Pram, berbalik memandang istrinya yang sedang meremas ujung jasnya.
Pram tahu saat ini Kailla bingung, marah sekaligus takut. Apapun yang terjadi, dialah satu-satunya yang paling bertanggung jawab untuk semua ketidaknyamanan yang dirasakan Kailla.
Kailla baru saja akan beranjak pergi, tapi Pram sudah merengkuh lengannya terlebih dulu.
“Kai, pamitan dengan Mama,” pinta Pram, tersenyum.
Kailla menatap Pram heran. Tidak mengerti maksud dan tujuan Pram. Suaminya jelas-jelas tahu, kalau mamanya tidak menyukainya. Tapi Pram tetap saja meminta Kailla bermanis-manis di depan sang Ibu.
“Kai, berpamitan bukan berarti membenarkan apa yang dilakukan mama,” pinta Pram.
Bagaimanapun, Pram tidak ingin Kailla terlihat salah di depan mamanya. Sebisa mungkin dia harus menjaga dan mendidik istrinya untuk bersikap sopan pada yang lebih tua, apalagi itu mamanya. Terlepas sifat mama yang keras dan angkuh, dia tindak ingin Kailla melakukan hal yang sama.
“Ma, aku pamit,” ucap Kailla pelan, sejenak dia menatap ke arah Kinar yang tersenyum padanya.
Kinar sedari tadi memilih diam dan tidak ikut campur. Dia hanya orang luar yang kebetulan masuk di keluarga Ibu Citra dan Pram.
“Iya..,” sahut Ibu Citra, mencoba menahan egonya.
Pram tersenyum menatap punggung Kailla yang berjalan menjauh.
“Pram, Mama tidak perlu terlalu banyak bicara. Kamu sendiri tahu, dia pantas atau tidak menjadi istrimu,” ucap Ibu Citra, menghela nafas. Memandang Kinar yang berdiri di sampingnya.
“Bagaimana Mama bisa sampai disini?” tanya Pram.
“Untuk mencari tahu tentang putraku. Apapun bisa aku lakukan,” jawab Ibu Citra.
“Mama sudah makan?” tanya Pram lagi. Mengalihkan pembicaraan yang bisa dipastikan akan berakhir dengan perdebatan panjang.
“Sudah, Mama sudah lelah. Mama mau pulang.”
“Baiklah, mobilnya diparkir dimana?” tanya Pram, mengambil alih tugas Kinar yang sedari tadi menuntun Ibu Citra.
“Disana Mas.” Kinar membantu menjawab.
Setelah membawa Ibu Citra masuk ke dalam mobilnya, Pran kembali menemui Kailla. Istrinya sedang cemberut dan menangis di dalam mobil.
“Kai..,” panggil Pram, saat sudah duduk disamping Kailla.
Kailla membuang muka, tidak mau memandang suaminya. Dia menggeser duduknya menjauhi Pram, menyandarkan kepalanya di jendela mobil.
Pram terkekeh, tidak berusaha memaksa istrinya yang memang butuh ruang dan tempat untuk melampiaskan kekesalannya.
“Maafkan aku, nanti malam aku akan menceritakan semuanya kepadamu,” ucap Pram, meraih dan menggengam tangan Kailla dan membawanya ke pangkuannya.
“Aku tidak mau bicara denganmu!” sahut Kailla ketus.
“Baiklah, kita jadi menjenguk daddy?” tanya Pram, mengecup punggung tangan Kailla yang berada di genggamannya. Berharap kemarahan istrinya segera mencair.
“Tidak usah merayu!” gerutu Kailla. Menarik kembali tangannya.
“Hahaha... kamu boleh menghukumku nanti Kai,” ucap Pram, memilih bersandar di kursi dan memejamkan matanya.
Sedikit lega. Rahasia yang ditutupinya selama ini mulai terbuka. Walau Kailla masih marah, tapi setidaknya dia bisa sedikit tenang.
***
Mobil yang disopiri Bayu sudah masuk ke dalam pekarangan rumah. Tampak Kailla turun sambil meraih ranselnya dan mendengus kesal.
Dari kejauhan tampak Sam dan Ricko yang sedang mengobrol di teras rumah. Sembari menikmati kopi panas dan tahu goreng, buatan Bu Sari.
“Rick, tuh gebetanmu pulang,” celetuk Sam, saat melihat Kailla turun dari mobil dengan wajah cemberut.
“Gebetan apaan Sam!” celetuk Ricko.
“Lah, bukannya selama ini kamu menunggu jandanya Pak Pram,” ucap Sam dengan terus terangnya.
“Bicaramu Sam! Kedengaran Pak Pram, bisa-bisa aku tinggal nama.”
“Kenapa lagi itu?” tanya Ricko, melihat Kailla yang berjalan sambil menghentak kasar kakinya.
“Paling berantem lagi sama Pak Pram,” sahut Sam yang sudah bisa menebak.
“Kenapa Non?” tanya Sam, saat Kailla sudah duduk di sampingnya. Tampak Kailla mengusap keringat di leher dengan punggung tangannya.
“Mainnya hot banget ya Non, sampai keringatan sebiji jagung,” tanya Sam lagi, terkekeh.
“Kurang ajar kamu Sam!”omel Kailla, memukul kencang lengan Sam.
“Aku kesal Sam.” Kailla berkata lirih, pandangannya menerawang ke depan. Dari lubang pagar rumahnya, dia bisa melihat air laut yang sedang beriak kecil.
“Kesal kenapa Non?” tanya Sam.
“Suamiku punya mama selama ini,” sahut Kailla, tertunduk lesu.
“Lah..! Pasti punya lah Non. Memang selama ini Non kira, Pak Pram tunas dari pohom bambu,” sahut Sam dengan asalnya.
“Sam, aku serius. Aku tadi dikenalin dengan mamanya,” ucap Kailla, menghela nafas. Seakan-akan permasalahan yang dihadapinya teramat berat.
“Wah! Selamat Non. Akhirnya Non punya ibu mertua juga,” ucap Sam, meraih tangan Kailla yang menjuntai lemas dan menyalaminya.
“Aku serius Sam. Tidak seperti yang kubayangkan.”
“Kenapa Non?” Sam bertanya.
“Mamanya lebih mengerikan dariku, Sam!” ucap Kailla, memperagakan seekor macan yang hendak menerkam.
“Hah!” Sam menatap ke arah Ricko sambil menggelengkan kepala.
“Emaknya macan! Bisa ku bayangkan Non,” sahut Sam tertawa lepas.
“Tenang Non, kamu memiliki Sam. Aku akan menyingkirkannya kalau dia menyusahkanmu!” hibur Sam menepuk dadanya, berusaha menenangkan Kailla.
Lama ketiganya terdiam. Hanya menatap lurus kedepan, dengan pikiran masing-masing. Ricko sesekali mencuri tatap pada Kailla yang duduk tepat di sebelahnya, dan Sam sesekali menghela nafas. Hanya Kailla yang diam sampai tertunduk.
“Non, ayo ikut denganku. Sudah lama kita tidak membuat kegilaan!” ajak Sam, memecahkan keheningan.
Kailla berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengangguk.
“Yes...!” sahut Kailla. Lebih baik membuang semua gundah, daripada terus memikirkannya.
Sam sudah meraih tangan Kailla, berlari menuju mobil.
“Nanti , sebelum Pak Pram pulang, kita harus sudah sampai di rumah!” ucap Sam mengingatkan.
Kailla mengangguk, tertawa lepas. “Ricko?”
“Biarkan saja, kalau Pak Pram sewaktu-waktu pulang mendadak, setidaknya Ricko bisa jadi sasaran empuk macan tua itu,” sahut Sam, tertawa cekikikan. Membayangkan Ricko yang sedang berdiri dengan wajah tegang karena di damprat Pram.
Kondisi yang paling sering dialaminya dulu. Tapi itu dulu, sekarang Pram sudah tidak berani mengomelinya lagi. Sam tersenyum dengan bangganya.
***
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Nur Lizza
lnjut
2022-09-30
0
Yanti Damay
😅😅😅😅gesrekkk nih bdua
2022-07-16
0
Partini Hayu
samsuuuulllllll
2022-01-28
0