Bab 19 : Belum Gencatan Senjata

Sam dan Ricko sudah mengendap-endap menaiki tangga rumah yang akan membawa mereka ke lantai dua. Tempat di mana kamar tidur utama, tepatnya kamar tidur Pram dan Kailla berada.

Baru saja, tangan Sam terangkat hendak mengetuk pintu kayu bercat putih itu. Tapi diurungkannya. Otaknya menemukan ide yang lebih cemerlang. Tidak bisa membujuk Kailla dengan cara sederhana, dia harus menggunakan trik sendiri.

“Rick, kamu tunggu disini ya. Latihan saja menangis senatural mungkin dulu. Supaya nanti hasilnya sempurna. Tidak keliatan dramanya,” ucap Sam, menepuk pundak Ricko dan bergegas turun.

Tak membutuhkan waktu lama, Sam sudah kembali dengan sebuah buntelan. Kain sarung yang diikat sedemikian rupa.

“Sam, apa itu?” tanya Ricko yang sedang duduk di lantai, bersandar di dinding kamar.

“Ini?” tanya Sam, mengangkat tinggi bungkusan di tangannya.

“Iya, apaan itu?” tanya Ricko lagi.

“Ini untuk keperluan drama kita. Kamu cukup diam dan menangis saja. Tidak perlu bicara. Biarkan aku yang mengatur semuanya,” jelas Sam.

Tok!Tok!Tok! Sam mengetuk pintu kamar majikannya.

Hening. Tidak ada jawaban.

Tok!Tok!Tok!

Kali ini Sam mengetuk sambil menyerukan nama majikannya. Mungkin Kailla mengira Pram, jadi tidak mau menjawab ketukan di pintu kamarnya.

“Non, ini Sam. Tolong buka pintunya,” panggil Sam di depan pintu.

Dalam hitungan detik, pintu kamar terbuka. Muncul Kailla, dengan wajah sembab habis menangis. Ricko yang tadinya masih duduk di lantai, buru-buru berdiri di samping Sam. Wajahnya sengaja dibuat sesedih mungkin.

“Kenapa Sam?” tanya Kailla. Menatap kedua asistennya bergantian. Wajah-wajah yang sedang dalam kondisi tidak baik. Wajah-wajah merana dan penuh nestapa. Pandangan Kailla tertuju pada buntelan yang ada di tangan Sam.

“Ada apa ini Sam?” tanya Kailla, serius. Terkejut dengan bungkusan kain sarung yang diikat sedemikian rupa.

“Begini Non, aku dan Ricko mau pamitan,” ucap Sam, tertunduk. Tangannya menyikut lengan Ricko, supaya teman sesama asistennya itu mulai drama menangisnya.

“Tidak bisa Sam. Laki-laki pantang menangis,” bisik Ricko pelan.

“Enak saja menyuruhku menangis. Bisa hancur harga diriku di mata Kailla.”

“Apa-apan Sam?” tanya Kailla, membuka pintu kamarnya lebih lebar, supaya bisa bisa mengamati kedua asistennya dengan lebih jelas.

“Kita dipecat, Non. Disuruh mengemasi barang-barang,” sahut Sam dengan raut memelas. Mengangkat tinggi buntelan sarung kotak yang biasa dipakainya buat tidur.

“Hah?! Serius Sam. Suamiku serius memecat kalian?” tanya Kailla memastikan lagi.

“Iya Non,” jawab Sam, mengangguk.

“Bahkan sewaktu aku memohon untuk jangan dipecat, Pak Pram bicara begini. Sam..Sam, Kailla saja yang memohon dan berlutut padaku, aku tidak akan berubah pikiran,” cerita Sam, sedikit berbelok dari kisah yang seharusnya.

“Hah?! Lelaki tua itu bicara apa lagi?” tanya Kailla mulai emosi.

“Pak Pram cerita.. Aduh, bagaimana menyampaikannya ya Non,” sahut Pram, berpura-pura susah bercerita.

“Katakan saja, jangan takut padanya. Aku pasti membela kalian,” ucap Kailla kesal.

“Pak Pram mengatakan.. Non Kailla kalian tidak akan sanggup menggoyahkan keputusanku. Non Kailla kalian itu tidak bisa apa-apa, selain membuat kekacauan. Coba saja seret dia di depanku. Kalau tidak percaya. Begitu kata Pak Pram, Non,” sahut Sam, mengompori majikannya sendiri.

Kailla langsung naik darah, napasnya memburu dengan tangan terkepal. Raut wajahnya menegang, dengan bibir yang komat kamit mengomeli Pram.

“Dimana Pak Pram kalian?” tanya Kailla dengan emosi. Bergegas keluar kamar, mencari keberadaan suaminya.

“Aduh Sam, bagaimana ini Sam?” bisik Ricko mengekor di belakang Kailla. Dia takut terjadi pertengkaran di antara kedua majikannya yang biasanya mesra dan lengket seperti perangko.

“Ssstttt, tenang saja. Ikuti semua arahanku. Kamu cukup diam dan menurut,” sahut Sam berbisik, di samping Ricko.

“Non, Pak Pram di ruang kerjanya,” ucap Sam, memberitahu.

“Sam, bagaimana ini kalau mereka bertengkar hebat. Kamu sudah mengompori Non Kailla. Padahal Pak Pram tidak bicara seperti itu,” ucap Ricko, mulai ketar ketir.

“Kalau tidak begitu, Non Kailla tidak akan mau memperjuangkan hak kita, Rick. Jadi memang harus dipanasin sedikit,” sahut Sam dengan santai. Tersenyum melihat Kailla yang sudah meraih gagang pintu ruang kerja Pram.

“Sudah, cukup berdoa dari sini saja, Rick. Pak Pram paling tidak tahan kalau istrinya sudah merengek.”

“Lagipula macan tua itu tidak akan mau tidur sendirian. Maunya dikelonin macan betina. Sudah tenang saja, Pak Pram pasti akan menuruti permintaan Non Kailla,” jelas Sam, berdiri menunggu di depan ruang kerja.

***

“Sayang!” panggil Kailla dengan emosi.

Pram mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya. Tersenyum menatap istrinya yang sedang berdiri dengan bertolak pinggang.

“Kenapa Sayang?” tanya Pram, menutup laptop yang terbuka di mejanya. Menautkan jemarinya di atas meja, setelah menggeser laptopnya ke sisi meja.

“Apa maksudmu memecat asistenku?” tanya Kailla.

“Karena mereka tidak becus menjagamu!” sahut Pram, menatap lekat netra mata istrinya yang memancarkan kemarahan.

“Itu kesalahanku. Aku yang sengaja menabrakan mobil kesayanganmu ke pohon itu. Tidak ada hubungannya dengan mereka,” jelas Kailla, memilih duduk di depan Pram dengan tangan terlipat di dada.

“Aku tidak mempermasalahkan itu. Kesalahan mereka, karena mengajarimu menyetir tanpa sepengetahuanku!” jelas Pram.

“Tapi aku yang memaksa mereka, Sayang,” ucap Kailla, melunak.

“Sejak dulu aku sudah menjelaskan padamu. Apapun yang kamu lakukan akan ada orang lain yang menanggung akibatnya. Tidak bisakah melakukan sesuatu itu jangan seenaknya sendiri, Kai?” tanya Pram, mengomel.

“Aku akan mengizinkanmu, melakukan apa saja. Asal kamu bisa membuktikan kepadaku, kamu memang benar-benar sudah bisa bertanggung jawab,” jelas Pram.

“Jangan pecat mereka! Apa yang kamu inginkan?” tanya Kailla lagi.

“Lakukan tugasmu seperti biasa. Aku hanya akan sarapan buatanmu. Siapkan semua kebutuhanku seperti biasa. Aku akan tetap tidur di kamar,” sahut Pram.

Kailla diam, menatap Pram dengan seksama.

“Pertemukan aku dengan mamamu,” pinta Kailla.

“Mama. Bukan hanya mamaku. Kamu menikah denganku, orang tuaku berarti orang tuamu juga.

“Tapi dia menghinaku! Aku tidak terima siapa pun menginjak-injak harga diriku. Termasuk itu mamamu!” ucap Kailla ketus.

“Mama!” ulang Pram sekali lagi, lebih tegas.

“Tidak ada istilah mamamu atau mamaku. Sama seperti aku menganggap daddy dan mama Rania. Aku menganggap mereka orang tuaku juga. Bukan hanya orang tuamu,” jelas Pram.

“Tapi aku tidak menyukai mama. Dia menghina dan tidak menganggapku,” keluh Kailla, terpaksa mengikuti kemauan Pram, tidak memakai embel-embel lagi di belakang kata mama.

“Itu beda cerita, Kai. Aku cuma minta kamu menghormati mama saja, bukan menyayanginya

pinta Pram.

“Tapi...”

“Aku tidak memaksamu untuk menyayangi mama, tapi hanya memintamu menghargainya karena dia orangtuaku. Aku tahu mama salah, aku juga tidak membenarkan.”

“Apa bedanya kamu dengan mama, kalau kamu juga ikut-ikutan membalas perlakuannya. Aku tidak mau kamu terlihat cacat di matanya, Kai,” ucap Pram.

“Lalu kenapa menyembunyikannya begitu lama? Kamu tidak mempercayaiku?” tanya Kailla lagi.

Pram bangkit menghampiri Kailla, memeluk istrinya yang sedang duduk itu dari belakang.

“Maafkan aku, aku yang bersalah untuk itu,” bisik Pram, menjatuhkan dagunya di pundak Kailla.

“Mama belum bisa menerimamu, aku sedang berusaha membujuknya. Aku pikir setelah dia menerimamu sebagai istriku, aku akan memperkenalkan kalian,” jelas Pram.

“Tapi, harusnya kamu bercerita padaku,” ucap Kailla, masih dengan wajah cemberut. Kesal dengan suaminya.

“Kalau aku bercerita, apa kamu bisa menahan untuk tidak menemuinya?” tanya Pram.

“Dan kalau kamu menemuinya, dia menyakitimu. Apa kamu bisa tahan untuk tidak membalasnya?” tanya Pram lagi, mengecup pipi Kailla.

“Aku mungkin bisa membelamu di depan mama, aku bisa tetap disisimu. Tapi aku tidak bisa berlaku tidak sopan padanya, terlebih kalau harus memutuskan hubungan dengannya.”

“Seburuk apapun mama, aku tidak bisa memutuskan hubungan dengannya. Hubungan darah itu tidak akan terputus oleh apapun,” jelas Pram menegaskan lagi.

“Kamu tega, membiarkan mama menyakitiku?” tanya Kailla memastikan.

“Karena aku tidak mau mama menyakitimu, aku menyimpan semuanya sampai mama mau menerimamu,” sahut Pram.

“Aku masih kesal padamu. Apapun itu, aku tidak akan semudah itu memaafkanmu,” gerutu Kailla.

“Kamu boleh tidur di kamar, tapi jangan tidur seranjang denganku,” putus Kailla.

“Oke, tidak masalah. Besok siang, minta Bayu mengantarmu ke kantor, kita menemui Papa,” ajak Pram.

“Papamu?” tanya Kailla menutup mulutnya.

“Iya, Papa kita,” bisik Pram tersenyum.

“Aku akan mengajakmu menemui mama juga.Tapi aku mohon, seburuk apapun dia memperlakukanmu, jangan membalasnya berlebihan,” ujar Pram.

Aku tidak akan membelamu kalau kamu berbuat salah, walaupun aku mencintaimu. Itu juga berlaku untuk Mama. Aku juga tidak akan membela Mama, kalau dia melakukan kesalahan,” jelas Pram lagi.

“Baiklah. Tapi jangan menempel padaku seperti ini. Ingat! Kita masih bertengkar, belum berbaikan!” ucap Kailla berusaha mendorong tubuh Pram menjauh darinya.

“Mulai besok, Bayu akan mengawalmu. Donny yang akan mengawalku. Biarkan Sam dan Ricko mengurus daddy di rumah sakit. Itu hukuman mereka, kalau masih tetap mau bekerja,” tegas Pram, meraih tangan Kailla.

“Jangan menyentuhku!” tolak Kailla, menghempaskan tangan Pram.

“Kita belum gencatan senjata, Sayang!” Kailla mengingatkan.

***

Tbc

Love you all

Thanks you

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

lanjut

2022-10-01

0

Ros Ali

Ros Ali

😂😂😄 kai.. kai

2021-11-22

0

Sri Aini

Sri Aini

pasangan fenomenal sampai tua 🤣

2021-11-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Sepenggal Kisah Masa Lalu
2 Bab 2. Perjuangan Kailla
3 Bab 3. Ulang Tahun Ke- 44
4 Bab 4 : Pengenalan Tokoh & Visual
5 Bab 5. Mi Panjang Umur
6 Bab 6. Membuat Cucu untuk Mama
7 Bab 7. Pertengkaran Di Meja Makan
8 Bab 8 : Restui Dia
9 Bab 9 : Kancil Mencuri Mentimun
10 Bab 10 : Maafkan Aku
11 Bab 11 : Aku Mau Kamu Hamil
12 Bab 12 : Cemburu Ala Pram.
13 Bab 13 : Surgaku Di telapak Kakinya
14 Bab 14 : Terbongkar
15 Bab 15 : Mobil Sport Hitam
16 Bab 16 : Pohon Mangga Berbuah Semangka
17 Bab 17 : Pernyataan Perang Terbuka
18 Bab 18 : Minta Kailla Memohon Padaku
19 Bab 19 : Belum Gencatan Senjata
20 Bab 20 : Godaan Kailla
21 Bab 21 : Doa Seorang Ibu
22 Bab 22 : Istri Muda Ketinggalan
23 Bab 23 : Berkunjung ke Makam Papa
24 Bab 24 : Calon Istri Muda Pram
25 Bab 25 : Makan Malam
26 Bab 26 : Kailla dan Ibu Citra
27 Bab 27. Mama Citra Mengalah
28 Bab 28 : Nasehat Bayu
29 Bab 29 : Visual 2
30 Bab 30 : Pram Mengamuk
31 Bab 31 : Mimpi Apa Aku Semalam
32 Bab 32 : Perubahan Tanpa Disadari
33 Bab 33 : Mencoba Jujur
34 Bab 34 : Belajarlah Menjadi Istri Yang Baik
35 Bab 35 : Generasi Penerus Bangsa
36 Bab 36 : Ciuman Tidak Pada Tempatnya
37 Bab 37 : Aku Mau Melamar Kinar
38 Bab 38 : Lamaran Untuk Bayu
39 Bab 39 : Segeralah Hamil
40 Bab 40 : Siapakah Dia?
41 Bab 41 : Dion Satrio
42 Bab 42 : Ide Sam
43 Bab 43 : Hukuman Sam
44 Bab 44 : Kenapa Tidak Melepasnya
45 Bab 45 : Bekal Makan Siang
46 Bab 46 : Emosi Pram
47 Bab 47 : Istri Adalah Titipan
48 Bab 48 : Diamnya Pram
49 Bab 49 : Isi Hati Kailla
50 Bab 50 : Kecelakaan Kerja
51 Bab 51 : Perlawanan Kailla
52 Bab 52 : Kemarahan Pram 1
53 Bab 53 : Kemarahan Pram 2
54 Bab 54 : Ceritakan Padaku, Kai
55 Bab 55 : Menemui Mama
56 Bab 56 : Memutus Hubungan Sementara
57 Bab 57 : Senyuman Pelepas Lelah
58 Bab 58 : Ke Rumah Sakit
59 Bab 59 : Pulang Sekarang
60 Bab 60 : Pagi Di Rumah Sakit
61 Bab 61 : Mengerjai Kinar
62 Bab 62 : Bertukar tempat dengan Sam
63 Bab 63 : Aku Minta Maaf
64 Bab 64 : Permainan Kailla
65 Bab 65 : Bawa Istrimu Ke Hotel
66 Bab 66 : Belum Membuat Perhitungan
67 Bab 67 : Pasien Tampan Penghuni Kamar Sebelah
68 Bab 68 : Di Sini Saja!
69 Bab 69 : Ditya Halim Hadinata
70 Bab 70 : Pram, Jangan Gila Lagi
71 Bab 71 : Bukan Orang Biasa
72 Bab 72 : Suamimu Masih Hidup, Sayang
73 Bab 73 : Saya Tertarik Dengan Putri Ibu
74 Bab 74 : Tolong Dininabobokan Saja.
75 Bab 75 : Arjuna
76 Bab 76 : Menghitung Kerutan
77 Bab 77 : Selesaikan Saja Dengan Bayu
78 Bab 78 : Pram vs Ditya
79 Bab 79 : Makan Siang Pertama Dengan Kailla
80 Bab 80 : Siasat Kailla
81 Bab 81 : Kesabaran Pram Habis Sudah
82 Bab 82 : Hukuman Sam
83 Bab 83 : Hukuman Kailla
84 Bab 84 : Austria
85 Bab 85 : Perjuangan Kailla dimulai, Kesabaran Pram diuji
86 Bab 86 : Teriakan Ibu Citra di pagi hari
87 Bab 87 : Nasi Goreng
88 Bab 88 : Suami pilihan daddy
89 Bab 89 : Maafkan aku
90 Bab 90 : Ibu Citra turun tangan
91 Bab 91 : Menyesal menikah denganmu
92 Bab 92 : Merindukan Kailla
93 Bab 93 : Ikan goreng sambal dabu-dabu
94 Bab 94 : Maafkan Aku
95 Bab 95 : Sayang, aku merindukanmu
96 Bab 96 : Jeritan Kesakitan
97 Bab 97 : Cobaan apa lagi ini
98 Bab 98 : Boneka dari India
99 Bab 99 : Kantor KRD
100 Bab 100 : Aku akan membunuhnya sekarang
101 Bab 101 : Tutup Panci
102 Bab 102 : Kembali Ke Indonesia
103 Bab 103 : Empat Bulan Berlalu
104 Bab 104 : Making love di siang bolong
105 Bab 105 : Bungkamnya Pram
106 Bab 106 : Kamu mencintainya?
107 Bab 107 : Bekal Makan Siang
108 Bab 108 : Kita berpisah saja
109 Bab 109 : Tidak bisa menerima dengan lapang dada
110 Bab 110 : Ketahuan Pram kembali
111 Bab 111 : Mengeluh pada Mama
112 Bab 112 : Menuju Wisuda Kailla
113 Bab 113 : Singa Asia mendekati macan betina
114 Bab 114 : Aku akan menyusulmu
115 Bab 115 : Aku mencintaimu
116 Bab 116 : Menolak Berpisah
117 Bab 117 : Perceraian adalah jawabannya
118 Bab 118 : Aku akan berjuang
119 Bab 119 : Pram pergi
120 Bab 120 : Hamil?
121 Bab 121 : Meninggalkan Sidang
122 Bab 122 : Kailla dirawat
123 Bab 123 : Kailla Sadar
124 Bab 124 : Buka pintunya, Sayang
125 Bab 125 : Perjuangan Pram
126 Bab 126 : Kelinci kecil berubah menjadi singa kelaparan
127 Bab 127 : Pohon Mangga berbuah semangka 2
128 Bab 128 : Istriku hamil
129 Bab 129 : Bahagianya Ibu Citra
130 Bab 130 : Bukan Terminal
131 Bab 131 : Mengelinding dari pintu masuk
132 Bab 132 : Akhir cerita dari pohon mangga
133 Bab 133 : Tas hitam atau tas pink
134 Bab 134 : Makhluk Tuhan paling seksi
135 Bab 135 : Jangankan Tuhan, setan saja membenci pelakor
136 Bab 136 : Kembali manja
137 Bab 137 : Pemilik hati dan hidupku
138 Bab 138 : Harus rajin disiram
139 Bab 139 : Pelukan di tengah malam
140 Bab 140 : Virus bermutasi
141 Bab 141 : Tinggal terpisah adalah jalan terbaik
142 Bab 142 : Digoda Lolita
143 Bab 143 : Sugar Baby
144 Bab 144 : The one and only
145 Bab 145 : Mencatatkan di dalam sejarah
146 Bab 146 : Mimpi terlihat nyata
147 Bab 147 : Kailla hilang
148 Bab 148 : Bermalam di rumah Ibu Citra
149 Bab 149 : Maling Kesiangan
150 Bab 150 : Tamparan di pagi hari
151 Bab 151 :Dia baik-baik saja Bay
152 Bab 152 : Aku merindukanmu
153 Bab 153 : Tahan Dia
154 Bab 154 : Kita Pulang sekarang
155 Bab 155 : Kamu bisa menembakannya ke kepalaku.
156 Bab 156 : Jakarta bakal kebanjiran
157 Bab 157 : Memaafkan Riadi
158 Bab 158 : Tertusuk bisa meletus
159 Bab 159 : Sarapan Spesial
160 Bab 160 : Memberi maaf
161 Bab 161 : Hari memanjakan suamimu
162 Bab 162 : Sarapan kesiangan
163 Bab 163 : Pergi dengan ikhlas
164 Bab 164 : Ingin dimakamkan di samping istri
165 Bab 165 : Kamu sudah mengetahui kebenarannya?
166 Bab 166 : Masa lalu Riadi
167 Bab 167 : Pemakaman
168 Bab 168 : Tidak adil untuk mama
169 Bab 169 : Apa aku benar-benar anak daddy?
170 Bab 170 : Tangismu adalah kegagalanku
171 Bab 171 : Panggilkan Bayu
172 Bab 172 : Congratulation, Bro
173 Bab 173 : Mereka adalah keluarga kita, Kai
174 Bab 174 : Pengumuman & Bonus Visual
175 Bab 175 : Kesenangan Baru Kailla
176 Bab 176 : Minggunya Kailla dan Pram
177 Bab 177 : Ada apa dengan Pram?
178 Bab 178 : Pram koma
179 Bab 179 : Berkantor pertama kalinya
180 Bab 180 : Keputusan Kailla
181 Bab 181 : Ada apa gerangan?
182 Bab 182 : Kebahagiaan Kailla adalah pencapaian tertinggi
183 Bab 183 : Di mana Kailla?
184 Bab 184 : Temani aku malam ini
185 Bab 185 : Berbagi ranjang
186 Bab 186 : Bertukar tempat, bertukar rasa
187 Bab 187 : Bandung
188 Bab 188 : Aku iri padamu,Tante
189 Bab 189 : Amarah Pram
190 Bab 190 : Semua baik-baik saja
191 Bab 191 : Kisah Lama
192 Bab 192 : Bagaimana ini?
193 Bab 193 : Maaf
194 Bab 194 : Berbagi ketakutan
195 Bab 195 : Kejutan di penghujung kisah
196 Bab 196 : Persiapan melahirkan yang masih jauh
197 Bab 197 : Tujuh bulan kehamilan
198 Bab 198 : Persiapan sebelum hari H
199 Bab 199 : Tidak sesuai dengan rencana
200 Bab 200 : Dennis Joseph
201 Bab 201 : Kutek kuku tinggal kenangan
202 Bab 202 : Ulah Kailla di detik kelahiran baby twins
203 Bab 203 : THE END
204 Bab 204. Akhir Kisah - THE END
205 Extra chapter
206 Pengumuman
207 Pengumuman
208 My Beloved bodyguard
209 SEUNTAI IMPIAN SERUNI
Episodes

Updated 209 Episodes

1
Bab 1. Sepenggal Kisah Masa Lalu
2
Bab 2. Perjuangan Kailla
3
Bab 3. Ulang Tahun Ke- 44
4
Bab 4 : Pengenalan Tokoh & Visual
5
Bab 5. Mi Panjang Umur
6
Bab 6. Membuat Cucu untuk Mama
7
Bab 7. Pertengkaran Di Meja Makan
8
Bab 8 : Restui Dia
9
Bab 9 : Kancil Mencuri Mentimun
10
Bab 10 : Maafkan Aku
11
Bab 11 : Aku Mau Kamu Hamil
12
Bab 12 : Cemburu Ala Pram.
13
Bab 13 : Surgaku Di telapak Kakinya
14
Bab 14 : Terbongkar
15
Bab 15 : Mobil Sport Hitam
16
Bab 16 : Pohon Mangga Berbuah Semangka
17
Bab 17 : Pernyataan Perang Terbuka
18
Bab 18 : Minta Kailla Memohon Padaku
19
Bab 19 : Belum Gencatan Senjata
20
Bab 20 : Godaan Kailla
21
Bab 21 : Doa Seorang Ibu
22
Bab 22 : Istri Muda Ketinggalan
23
Bab 23 : Berkunjung ke Makam Papa
24
Bab 24 : Calon Istri Muda Pram
25
Bab 25 : Makan Malam
26
Bab 26 : Kailla dan Ibu Citra
27
Bab 27. Mama Citra Mengalah
28
Bab 28 : Nasehat Bayu
29
Bab 29 : Visual 2
30
Bab 30 : Pram Mengamuk
31
Bab 31 : Mimpi Apa Aku Semalam
32
Bab 32 : Perubahan Tanpa Disadari
33
Bab 33 : Mencoba Jujur
34
Bab 34 : Belajarlah Menjadi Istri Yang Baik
35
Bab 35 : Generasi Penerus Bangsa
36
Bab 36 : Ciuman Tidak Pada Tempatnya
37
Bab 37 : Aku Mau Melamar Kinar
38
Bab 38 : Lamaran Untuk Bayu
39
Bab 39 : Segeralah Hamil
40
Bab 40 : Siapakah Dia?
41
Bab 41 : Dion Satrio
42
Bab 42 : Ide Sam
43
Bab 43 : Hukuman Sam
44
Bab 44 : Kenapa Tidak Melepasnya
45
Bab 45 : Bekal Makan Siang
46
Bab 46 : Emosi Pram
47
Bab 47 : Istri Adalah Titipan
48
Bab 48 : Diamnya Pram
49
Bab 49 : Isi Hati Kailla
50
Bab 50 : Kecelakaan Kerja
51
Bab 51 : Perlawanan Kailla
52
Bab 52 : Kemarahan Pram 1
53
Bab 53 : Kemarahan Pram 2
54
Bab 54 : Ceritakan Padaku, Kai
55
Bab 55 : Menemui Mama
56
Bab 56 : Memutus Hubungan Sementara
57
Bab 57 : Senyuman Pelepas Lelah
58
Bab 58 : Ke Rumah Sakit
59
Bab 59 : Pulang Sekarang
60
Bab 60 : Pagi Di Rumah Sakit
61
Bab 61 : Mengerjai Kinar
62
Bab 62 : Bertukar tempat dengan Sam
63
Bab 63 : Aku Minta Maaf
64
Bab 64 : Permainan Kailla
65
Bab 65 : Bawa Istrimu Ke Hotel
66
Bab 66 : Belum Membuat Perhitungan
67
Bab 67 : Pasien Tampan Penghuni Kamar Sebelah
68
Bab 68 : Di Sini Saja!
69
Bab 69 : Ditya Halim Hadinata
70
Bab 70 : Pram, Jangan Gila Lagi
71
Bab 71 : Bukan Orang Biasa
72
Bab 72 : Suamimu Masih Hidup, Sayang
73
Bab 73 : Saya Tertarik Dengan Putri Ibu
74
Bab 74 : Tolong Dininabobokan Saja.
75
Bab 75 : Arjuna
76
Bab 76 : Menghitung Kerutan
77
Bab 77 : Selesaikan Saja Dengan Bayu
78
Bab 78 : Pram vs Ditya
79
Bab 79 : Makan Siang Pertama Dengan Kailla
80
Bab 80 : Siasat Kailla
81
Bab 81 : Kesabaran Pram Habis Sudah
82
Bab 82 : Hukuman Sam
83
Bab 83 : Hukuman Kailla
84
Bab 84 : Austria
85
Bab 85 : Perjuangan Kailla dimulai, Kesabaran Pram diuji
86
Bab 86 : Teriakan Ibu Citra di pagi hari
87
Bab 87 : Nasi Goreng
88
Bab 88 : Suami pilihan daddy
89
Bab 89 : Maafkan aku
90
Bab 90 : Ibu Citra turun tangan
91
Bab 91 : Menyesal menikah denganmu
92
Bab 92 : Merindukan Kailla
93
Bab 93 : Ikan goreng sambal dabu-dabu
94
Bab 94 : Maafkan Aku
95
Bab 95 : Sayang, aku merindukanmu
96
Bab 96 : Jeritan Kesakitan
97
Bab 97 : Cobaan apa lagi ini
98
Bab 98 : Boneka dari India
99
Bab 99 : Kantor KRD
100
Bab 100 : Aku akan membunuhnya sekarang
101
Bab 101 : Tutup Panci
102
Bab 102 : Kembali Ke Indonesia
103
Bab 103 : Empat Bulan Berlalu
104
Bab 104 : Making love di siang bolong
105
Bab 105 : Bungkamnya Pram
106
Bab 106 : Kamu mencintainya?
107
Bab 107 : Bekal Makan Siang
108
Bab 108 : Kita berpisah saja
109
Bab 109 : Tidak bisa menerima dengan lapang dada
110
Bab 110 : Ketahuan Pram kembali
111
Bab 111 : Mengeluh pada Mama
112
Bab 112 : Menuju Wisuda Kailla
113
Bab 113 : Singa Asia mendekati macan betina
114
Bab 114 : Aku akan menyusulmu
115
Bab 115 : Aku mencintaimu
116
Bab 116 : Menolak Berpisah
117
Bab 117 : Perceraian adalah jawabannya
118
Bab 118 : Aku akan berjuang
119
Bab 119 : Pram pergi
120
Bab 120 : Hamil?
121
Bab 121 : Meninggalkan Sidang
122
Bab 122 : Kailla dirawat
123
Bab 123 : Kailla Sadar
124
Bab 124 : Buka pintunya, Sayang
125
Bab 125 : Perjuangan Pram
126
Bab 126 : Kelinci kecil berubah menjadi singa kelaparan
127
Bab 127 : Pohon Mangga berbuah semangka 2
128
Bab 128 : Istriku hamil
129
Bab 129 : Bahagianya Ibu Citra
130
Bab 130 : Bukan Terminal
131
Bab 131 : Mengelinding dari pintu masuk
132
Bab 132 : Akhir cerita dari pohon mangga
133
Bab 133 : Tas hitam atau tas pink
134
Bab 134 : Makhluk Tuhan paling seksi
135
Bab 135 : Jangankan Tuhan, setan saja membenci pelakor
136
Bab 136 : Kembali manja
137
Bab 137 : Pemilik hati dan hidupku
138
Bab 138 : Harus rajin disiram
139
Bab 139 : Pelukan di tengah malam
140
Bab 140 : Virus bermutasi
141
Bab 141 : Tinggal terpisah adalah jalan terbaik
142
Bab 142 : Digoda Lolita
143
Bab 143 : Sugar Baby
144
Bab 144 : The one and only
145
Bab 145 : Mencatatkan di dalam sejarah
146
Bab 146 : Mimpi terlihat nyata
147
Bab 147 : Kailla hilang
148
Bab 148 : Bermalam di rumah Ibu Citra
149
Bab 149 : Maling Kesiangan
150
Bab 150 : Tamparan di pagi hari
151
Bab 151 :Dia baik-baik saja Bay
152
Bab 152 : Aku merindukanmu
153
Bab 153 : Tahan Dia
154
Bab 154 : Kita Pulang sekarang
155
Bab 155 : Kamu bisa menembakannya ke kepalaku.
156
Bab 156 : Jakarta bakal kebanjiran
157
Bab 157 : Memaafkan Riadi
158
Bab 158 : Tertusuk bisa meletus
159
Bab 159 : Sarapan Spesial
160
Bab 160 : Memberi maaf
161
Bab 161 : Hari memanjakan suamimu
162
Bab 162 : Sarapan kesiangan
163
Bab 163 : Pergi dengan ikhlas
164
Bab 164 : Ingin dimakamkan di samping istri
165
Bab 165 : Kamu sudah mengetahui kebenarannya?
166
Bab 166 : Masa lalu Riadi
167
Bab 167 : Pemakaman
168
Bab 168 : Tidak adil untuk mama
169
Bab 169 : Apa aku benar-benar anak daddy?
170
Bab 170 : Tangismu adalah kegagalanku
171
Bab 171 : Panggilkan Bayu
172
Bab 172 : Congratulation, Bro
173
Bab 173 : Mereka adalah keluarga kita, Kai
174
Bab 174 : Pengumuman & Bonus Visual
175
Bab 175 : Kesenangan Baru Kailla
176
Bab 176 : Minggunya Kailla dan Pram
177
Bab 177 : Ada apa dengan Pram?
178
Bab 178 : Pram koma
179
Bab 179 : Berkantor pertama kalinya
180
Bab 180 : Keputusan Kailla
181
Bab 181 : Ada apa gerangan?
182
Bab 182 : Kebahagiaan Kailla adalah pencapaian tertinggi
183
Bab 183 : Di mana Kailla?
184
Bab 184 : Temani aku malam ini
185
Bab 185 : Berbagi ranjang
186
Bab 186 : Bertukar tempat, bertukar rasa
187
Bab 187 : Bandung
188
Bab 188 : Aku iri padamu,Tante
189
Bab 189 : Amarah Pram
190
Bab 190 : Semua baik-baik saja
191
Bab 191 : Kisah Lama
192
Bab 192 : Bagaimana ini?
193
Bab 193 : Maaf
194
Bab 194 : Berbagi ketakutan
195
Bab 195 : Kejutan di penghujung kisah
196
Bab 196 : Persiapan melahirkan yang masih jauh
197
Bab 197 : Tujuh bulan kehamilan
198
Bab 198 : Persiapan sebelum hari H
199
Bab 199 : Tidak sesuai dengan rencana
200
Bab 200 : Dennis Joseph
201
Bab 201 : Kutek kuku tinggal kenangan
202
Bab 202 : Ulah Kailla di detik kelahiran baby twins
203
Bab 203 : THE END
204
Bab 204. Akhir Kisah - THE END
205
Extra chapter
206
Pengumuman
207
Pengumuman
208
My Beloved bodyguard
209
SEUNTAI IMPIAN SERUNI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!